MEMBANGGAKAN NASAB ADALAH TRADISI JAHILIYAH, DALAM ISLAM ORANG YANG MULIA DISISI TUHANNYA ADALAH ORANG YANG TAQWA
Kondisi masyarakat arab sebelum kedatangan Islam dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah yaitu, kondisi yang diliputi kebodohan tentang Allah dan rasulNya, dan bodoh syariat agama. Mabuk-mabukan dan Berjudi, berbangga-bangga dengan nasab, kesombongan dan sejumlah penyimpangan lainnya adalah hal yang biasa dilakukan di masa jahiliyah.
Adapun karakter jahiliyyah yang disabdakan oleh Rasulullah adalah sebagimana diriwayatkan oleh Abu Malik Al-Asy’ari RA,
أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ، لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ وَقَالَ: النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا، تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ، وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ
“Ada empat perkara khas jahiliyah yang masih melekat pada umatku dan mereka belum meninggalkannya: (1) membanggakan jasa (kelebihan atau kehebatan) nenek moyang; (2) mencela nasab (garis keturunan), (3) menisbatkan hujan disebabkan oleh bintang tertentu, dan (4) dan niyahah (meratapi mayit)”
Rasulullah ﷺ bersabda,
« أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالِاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ، وَقَالَ: النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا، تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ ». [«صحيح مسلم» (3/ 45 ط التركية)]
Artinya,
“Ada empat perkara jahiliyah yang masih melekat pada umatku dan mereka belum meninggalkannya: Membanggakan kedudukan, mencela nasab (garis keturunan), meminta hujan dengan bintang-bintang, dan niyahah (meratapi mayit).” Beliau bersabda: “Orang yang meratapi mayit, jika ia belum bertaubat sebelum ajalnya tiba maka pada hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan memakai baju panjang yang berwarna hitam dan memakai tameng dari pedang yang sudah karatan.” (H.R.Muslim)
di dalam ajaran agama Islam tidak ada kasta, adanya derajat di sisi tuhan namanya TAKWA
(Takwa adalah memelihara semua batasan-batasan yang telah ditetapkan Allah Swt, baik yang berbentuk perintah atau larangan, dan bersifatan (kepribadian) dengan sifat yang diperintahkan, serta menjaga diri dari sifat-sifat yang terlarang.)
Adapun dalilnya:
- Al-Hujurat ayat 13 Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
- Al-Anam ayat 132 : Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
- Al-Hujarat ayat 11 : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim
- Al-Jasiyah ayat 22 : “Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.