Nasib Tragis Ba Alawi Di Nusantara Dan Pemetaan Para Pendukungnya (Termasuk Gus Rumail Abas)

Nasib Tragis Ba Alawi Di Nusantara Dan Pemetaan Para Pendukungnya (Termasuk Gus Rumail Abas)

KRT. FAQIH WIRAHADININGRAT

 

Setelah sekian lama vakum menulis karena mendapat peran baru sebagai ‘pelayan’ Bani Walisongo, maka alhamdulillah di malam Maulid Nabi 1445 H ini bisa menyempatkan diri mereview segalanya.

Sebagai pelayan maka tugas utamanya melayani tuannya. Semoga yang dilakukan misal belum bisa memberikan kepuasan, namun setidaknya ada progres energi positif dan kemajuan.

Dari konsolidasi ke seluruh keluarga Walisongo, hingga edukasi terkait test DNA. Atau menyampaikan data, ide dan gagasan melalui wawancara online dan offline di berbagai channel Medsos. Termasuk juga keterlibatan dalam Seminar Nasional di PADASUKA yang seperti kita ketahui bersama banyak memberikan pencerahan dan membuka tabir kepalsuan. Terutama terkait pembodohan dan doktrin atas klaim sesat Ba’alawi sebagai turunan Nabi SAW ataupun klaim sebagai yang paling berjasa dalam sejarah Nusanta maupun berdirinya NKRI. Dan masih banyak kegiatan lain yang tidak mungkin disebutkan semuanya.

NASIB TRAGIS BA’ALAWI

Peradaban dibangun dengan akal sehat dan ilmu pengetahuan, barang siapa menolak keduanya maka dia akan menjadi sampah peradaban !”

(KRT. Faqih Wirahadiningrat)

Sebagaimana sudah dapat diduga bahwa Ba’alawi akan mengalami fase keruntuhannya di Bumi Nusantara.

Mereka yang selama ini paling arogan atas nasabnya, tentu saja untuk membangun nasibnya, kini seolah seperti anak terlantar di negeri orang.

Ketragisan tersebut penyebabnya karena :

  1. Terlalu bangga akan nasabnya yang disambungkan kepada Nabi SAW.
  2. Melakukan praktik rasisme, selain merasa sebagai ras paling mulia juga merembet kepada aturan pernikahan yang direkayasa atas dasar kafa’ah, atau kesetaraan derajat ras. Dimana putri mereka harus menikah dengan sederajat rasnya yaitu turunan Nabi, sementara untuk yang laki-laki bebas dengan siapa saja.
  3. Klaim garis lurus laki-laki silsilah nasabnya kepada Sayyidina Husein bin Ali, cucu Nabi SAW. Disinilah letak blunderterbesarnya, sehingga gampang dibuktikan kepalsuannya.
  4. Banyak melakukan hinaan, cacian, bahkan persekusi kepada pribumi apabila dianggap akan menyaingi dan mengancam eksistensi nasab mereka. Untuk hal ini ada yang garis radikal, tetapi ada juga dengan cara moderat. Cara kedua inilah yang paling sulit dideteksi, karena diantaranya menggunakan organisasi Sufisme dan merapat ke NU. Disinilah NU menjadi ‘tersandera’, bingung mau berbuat apa. Beruntunglah saudara-saudara yang di Muhammadiyah, sejak dulu waspada dengan urusan beginian.
  5. Melakukan pembelokan sejarah dan pencangkokan nasab baik kepada Pahlawan Nasional juga tokoh-tokoh di Kesultanan Nusantara.

Begitulah ketika hampir semua pihak bangkit mempertanyakan semua hal diatas, seketika mereka remuk-redam dan gagap dalam menjawabnya. Andai Ba’alawi bisa menghadirkan 4 hal dibawah ini, maka ketragisan itu bisa dihindari :

  1. Data kitab nasab sejaman untuk menjawab keterbatasan nasab selama 550 tahun. Sampai tulisan ini dibuat Hasilnya masih NIHIL.
  2. Hasil isbat nasab resmi dari Naqobah Internasional, terutama dari asal negeri leluhurnya, baik Yaman ataupun Iraq (negeri asal Sayyid Ahmad bin Isa yang diklaim sebagai datuknya). Hasilnya juga NIHIL.
  3. Hasil test Y-DNA yang presisi sebagai keturunan lurus laki-laki dari Imam Husein (J1-FGC30416) bin Ali (FGC10500). Hasilnya, jangankan menemukan kedua Haplotype diatas, haplogroupnya saja bukan J1, malah G2. Artinya, selain gagal sebagai keturunan lurus laki-laki, malah terdeteksi bukan ras Arab.
  4. Tidak bisa menghadirkan data yang sepuh dan runut terkait ketersambungan nasab tokoh-tokoh Nusantara baik Walisongo maupun Raja-Sultan Nusantara dengan mereka. Rata-rata datanya berasal dari era penjajahan. Seperti dalam Kitab Syamsu Dzohiro, yang jelas tertulis menurut VAN DEN BERG. Tokoh ini adalah konseptor utama pengacau sejarah Nusantara yang memiliki anak buah diantaranya Snouck Hurgronje dan Mufti Batavia Usman bin Yahya. Nama terakhir adalah dari Ba’alawi yang mendapat medali penghargaan dari Ratu Belanda. Artinya, klaim mereka sebagai yang paling berjasa di Nusantara telah gagal-total. Sebuah rencana jahat massif yang layu sebelum berkembang.

Realita dari 4 hal tersebut diatas adalah :

  1. Mereka tidak akan pernah menemukan kitab nasab sezaman. Karena pendataan nasab Nabi SAW ternyata berjalan demikian rapi dari masa ke masa, saling terjalin dan terjaga hingga kini. Dan itu diwujudkan dengan adanya Majelis Saadatul Asyrof dari tiap bani dan tiap negara.
  2. Mereka tidak akan pernah dapat isbat dari Naqobah Yaman, karena data keluarga Nabi ternyata sudah demikian rapi, bahkan di Abad 7 H sudah pernah diadakan sensus. Untuk Naqobah Iraq, tentu akan lebih tragis lagi, karena Sayyid Ahmad bin Isa hanya punya 3 putra (Muhammad, Ali dan Husein), dan tidak ada nama Ubaidillah yang diklaim sebagai datuknya Ba’alawi. Bahkan tidak pernah hijrah ke Yaman. Semua sudah kami tulis dalam edisi sebelumnya.
  3. Apalagi untuk Test DNA, kegagalan disini membuktikan bahwa Catatan Tuhan tidak pernah salah. Haplogroup G mereka menunjukkan garis laki mereka berasal dari Kaukasus, dan Haplotype mereka yang memiliki kode PF3296 identik dengan keluarga Yahudi Askhenazi. Bila ini dikaji lebih dalam, mereka yang sama sekali bukan bangsa Arab, apalagi Bani Hasyim Quraisy. Justru adalah Yahudi Khazari dari Kaukasia. Yakni keturunan dari suatu bangsa yang hidup dari merampok di Jalur Sutra. Suku ini memeluk Agama Yahudi di jaman The Great Solomon (Sulaiman AS), untuk memperoleh perlindungan dan jatah jalur sutra yang strategis di Kaukasus. Mereka sama sekali bukan keturunan Ibrahim AS. Karena Bangsa Yahudi yang keturunan dari 12 suku putra Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim harusnya haplogroup Y-DNA nya juga J1. Bila Quraisy Bani Ismail bin Ibrahim, J1-L859, mereka J1-L860. Kerajaan KHAZARI ini beribukota di ITIL, musnah akibat sebuah bangsa asing dari Mongol hingga Kerajaan Rusia (https://web.archive.org/web/20080927200637/http://news.yahoo.com/s/ap/20080920/ap_on_re_eu/russia_lost_capital). Yahudi Khazar ini terkenal sebagai Yahudi suku ke-13, diluar keturunan 12 suku Abrahamik diatas. Bahkan menurut pakar Eskatologi Dunia, Syekh Imron Hosein, Ya’juj Ma’juj itu manusia biasa yang jahat & membuat kerusakan di muka bumi, munculnya dari Kaukasus (https://odysee.com/@PreppersAkhirZaman:8/yakjuj-makjuj-keturunan-bangsa-khazar:f). Yaitu Yahudi garis ke-13 yang kini mendirikan Negara Zionis Israel, dan sebagian lainnya menyebar ke seluruh dunia, baik tetap beragama Yahudi maupun menjadi Yahudi Crypto (beragama diluar Yahudi).
  4. Kegagalan di point ini diperparah dengan mengklaim nasab trah Kerajaan Nusantara ke Ba’alawi. Ibaratnya menggunakan jurus Dewa Mabuk,namun benturkan kepala ke batu cadas. Kengawuran itu misalnya, mengklaim Trah Pakubuwono ke Assegaf, sementara Hamengkubuwono ke Bin Yahya, konyol bukan? Padahal keduanya berangkat dari 1 kakek yang sama yaitu Amangkurat Jawi. Atau yang sekarang sedang viral, Pahlawan yang gugur di Perang Sepehi lawan Inggris, yaitu Senopati Singo Barong alias KRT. SUMODININGRAT, cucu Sultan Hamengkubuwono I dibelokkan ke Bin Yahya Ba’alawi. Tentu saja ini akan semakin mempercepat rungkadnya nasib Ba’alawi di Nusantara.

NASIB TRAGIS PENDUKUNG BA’ALAWI

“Tiap orang punya hak untuk goblok, tetapi beberapa orang telah menyalahgunakan hal itu secara berlebihan!”

(Al Habib Yosef Stalin, Bapak Komunis Uni Soviet, Yahudi Khazari berhaplogroup Y-DNA G, sama dengan Ba’alawi)

Apabila majikannya akan bernasib tragis gara-gara bernasab utopis, maka tentu saja jongosnya pun akan bernasib sama, bahkan mungkin lebih pahit.

Kenapa, karena sejarah sering terulang, majikan tetap selamat namun jongosnya biasanya dijadikan korban atau martir untuk melindunginya.

“Mereka yang tidak mau belajar dari kesalahan sejarah, akan dikutuk untuk mengulanginya!”

Berdasarkan pemetaan, maka pengikut Ba’alawi bisa dibagi dalam 3 kelas :

  1. Golongan akademis yang termotivasi dalam dialektika ilmiah, atau kemungkinan ada juga karena imbalan materi demi biaya penelitiannya.
  2. Golongan santri yang bersanad ke Ba’alawi.
  3. Golongan masyarakat awam korban doktrinal.

Prediksi terkait ketiga Golongan tersebut diatas :

  1. Golongan ini sulit diminta kesetiaannya, ibaratnya pasukan bayaran, bila imbalan yang ditawarkan tidak memadai, atau dialektika keilmuan sudah tidak menarik mereka akan mudah berbalik arah. Nasib golongan ini relatif akan lebih aman bila segera pandai membaca situasi. Namun tetap saja mereka akan tercatat dalam sejarah, pernah berdiri di sisi sebelah mana.
  2. Golongan ini, adalah yang paling gamang. Karena sebenarnya mereka kaum ilmiah juga, namun kadang banyak yang masih berpandangan bahwa bila bersanad ilmu kepada seseorang, maka benar atau salah tetap harus dibela. Padahal harusnya faham bahwa urusan nasab itu urusan takdir, urusan hitam-putih. Beda dengan urusan ilmu, dimana siapa saja bisa pandai asal mau belajar, dan mengangkat guru juga bisa dari bangsa manapun, tidak harus turunan Nabi. Golongan santri yang cerdas, tetap akan jernih dalam memandang hal ini. Karena men-Tuhan-kan guru yang salah itu juga kejahatan dalam agama, ikut andil dalam penyesatan kepada ummat. Apalagi ini urusannya dengan kesucian Nabi SAW terkait derajat terkutuk (mal’un) masalah pernasaban. Guru kita tidak maksum, bila salah wajib ditinggalkan. Janganlah mengambil guru yang palsu apalagi berderajad terkutuk di sisi Tuhan. Kecuali kita juga ingin hal yang sama nasibnya.
  3. Golongan terakhir ini adalah harapan terakhir dari Ba’alawi untuk bersembunyi dan memanfaatkan segalanya. Narasi kebohongan dengan memanipulasi golongan terakhir ini minimal bisa memperpanjang nafas merasa mulia di Nusantara. Namun sampai kapan akan terus bersembunyi? Sampai seluruh anak cucu kita wajib test DNA demi identitas diri & kepentingan kesehatan? Kalo ini dilakukan, kita akan dikutuk anak-cucu sebagai moyang pendusta. Atau sampai Naqib pencatat Nasab Keturunan Sayyid Ahmad bin Isa dari Iraq datang, dan bersaksi kalo kakek-kakek mereka tidak punya saudara bernama Kang Ubed? Wah, tambah jadi bahan tertawaan nanti. Maka sebelum semua itu terjadi, sebaiknya bertaubat, ikhlas menerima takdir Ilahi. Dilahirkan dari siapapun wajib kita syukuri, dan semuanya punya peluang yang sama sebagai hamba mulia yang bertaqwa di sisiNya. Selain dosa pribadi, juga dosa berjamaah karena menyesatkan orang yang motivasinya sebenarnya baik, cinta ahlil bait Nabi tapi ternyata kepada si pemalsu nasab Nabi.

Golongan ini yang nasibnya paling tragis karena rentan dijadikan kayu bakar di garis depan.

TERKAIT PENDUKUNG BA’ALAWI YANG BERNAMA RUMAIL ABBAS.

Dari semua narasi pembelaan Ba’alawi, baik dari Golongan Ba’alawi sendiri atau pendukungnya.

Tidak ada perlawanan yang paling cerdas dan bermutu kecuali dari dia.

Yang lain, termasuk Habib Aventador, Habib Wafi, Habib Buya Yahya, dan lain-lain kelasnya masih cheerleaders.

Banyak ngawurnya dan bermain retorika semata. Apalagi Habib Idrus Masyhur, membedakan Nukleotida dengan Haplogroup saja tidak faham, tapi dengan konyolnya berani bahas di ruang publik (https://youtu.be/AE29W2mMgkg?si=AfL6sQNqLX1LH8S5). Owalah Drussss..Druss..parah ente !!!

Kembali ke Rumail Abas..slebewww..(ikuti gaya dia sesekali masak gak boleh).

Awalnya, penulis sama sekali tidak tertarik menanggapi semua pendukung Ba’alawi yang menolak validasi test DNA. Kecuali tentu saja  Bung Fikri Syahab karena penulis merasa penyesatannya keterlaluan namun dengan cara yang sangat elegan (https://rminubanten.or.id/penolakan-metode-test-dna-dalam-pembuktian-validasi-nasab-nabi/). Ibaratnya kelas bintang lima lah, bukan kaki lima macam Idrus Masyhur.

Dan, penyesatan dengan kemasan luxury inilah yang memaksa saudara kita Dr. Sugeng Sugiharto turun gunung mengingat kredibilitas Ilmu Genetika sedang diperkosa oleh orang yang bukan di bidangnya. Walau sebenarnya yang geram banyak, namun untuk sementara cukuplah beliau yang aktif memberikan edukasi. Minimal sudah ada 3 Doktor & kepala Lab. Genomic BRIN sudah tampil di Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh PADASUKA tanggal 26 Agustus 2023 di UIN Jakarta. Bagaimana sesungguhnya menentukan garis nasab melalui Test DNA (https://youtu.be/6nVOkMpJV3M?si=Ezh-mHrPG5j_zcg-).

Oh ya, Rumail Abbas, sampai lupa pula..blewww-slebewww..

Saya sebenarnya tidak ingin menulis apapun tentang dia, hingga Dr. Sugeng menunjukkan video lama dimana dia menyinggung saya secara pribadi (https://youtu.be/kkO0MNGOyjE?t=612).

Apalagi kami sudah membuat pertemuan yang beliau Gus Rumail minta ‘dirahasiakan’, entah apa yang ditakutkan. Mungkin terkait pihak sponsor yang mendanai beliau, khawatir mencurigainya, mungkin lho ya.

Waktu itu dia ingin ketemu saya & Gus Fuad, dan dijembatani Dr. Sugeng. Bertempat di ponpes Gus Fuad Plered Jogja itu kesimpulannya sebagai berikut :

  1. Klaim beliau adalah penggiat sejarah (Historian), yg dulu membela Kaum Syiah, Tertuduh Islam Liberal, dan korban G30SPKI.
  2. Penelitiannya tentang Nasab Ba’alawi ini atas sponsor seorang politisi yang bermain politik dengan memanfaatkan beberapa tokoh Ba’alawi. Dan jelas itu untuk kepentingan politik praktis, apalagi memasuki tahun-tahun politik.
  3. Dia sudah dipanggil Habaib baik yang Sunni (kantor RA Pusat), maupun yang Syiah, dimana yang Ba’alawi Syiah jauh lebih open minded dan cerdas dalam bersikap daripada yang Sunni. Infonya beberapa Ba’alawi bersedia test DNA di Lab. DANTE Jerman dalam koordinasi dengan Gus Rumail pula.
  4. Beliau dari jalur ibu, mengaku keturunan Sunan Kalijaga & keluarga Mbah Mutamakkin Pati. Artinya masih bagian dari Keluarga Walisongo pula.
  5. Dari ayahnya bukan Assegaf Ba’alawi tapi dari Al Musawi Hijaz. Entah dari jalur mana belum diterangkan secara lebih detil oleh yang bersangkutan langsung.
  6. Kita juga memberi narasi tegas, bahkan Dr. SUGENG bilang : “Bukumu tentang Ba’alawi akan jadi sampah kalo nanti DNA mereka yg ngaku Emas, ternyata terbukti hanyalah Kuningan.” Dan sebagai sesama kerabat atas pengakuannya diatas, saya mencoba memberi muatan, apabila kadung disponsori buat buku, tolong dikasih narasi BERKELIT, andai nanti situasi tdk menguntungkan tetap bisa selamat, yaitu manakala Naqib Bani Jamil yg mencatat nasab 3 putra Sayyid Ahmad bin Isa bilang : Datuk kami tdk punya saudara bernama Ubaidillah !
  7. Dia minta sebagai pertemuan rahasia, karena takut mungkin dituduh main 2 kaki atau untuk kepentingan yg lain.

Awalnya kami akan mematuhinya, namun karena akhirnya beliau ciderai sendiri, terpaksa pertemuan tersebut kami buka ke publik.

Kenapa kami anggap pertemuan tersebut dicederai oleh Gus RA sendiri, setidaknya ada beberapa alasan :

  1. Harapan kami bahwa Gus RA akan sadar dengan logika sehat, malah memframing test DNA dalam unggahannya yang menyesatkan. Ibaratnya setelah tahu dalamnya kami, malah mencoba bermain-main dengan narasi sesat. Itulah yang membuat akhirnya Dr. Sugeng sebagai inisiator pertemuan tersebut, kami minta agar membuat VLOG EDUKASI DNA, agar narasi sesat tidak meracuni publik lagi.
  2. Klaimnya akan tetap di barisan akal sehat, namun ternyata ketika hadir di Seminar PADASUKA, tidak berani bertanya, mungkin karena ada Prof. Anhar Gonggong, pakar sejarah sungguhan, bukan abal-abal. Bahkan ada Kyai Imaduddin Usman sebagai pembicara di Seminarpun tidak dimanfaatkan untuk diskusi yang sehat.
  3. Malah segera cabut dari arena Seminar, dan mempercepat kehadiran di Forum Banten sebagai pihak pembela Ba’alawi, padahal di Jogja sudah bersepakat bahwa ‘menguji kadar emasnya’dahulu lebih utama daripada meributkan dokumennya. Ada banyak saksi dan selalu ada record di Ponpes Gus Fuad Plered.

Yang terakhir, beliau pernah membully saya sesuai video diatas, ketika di awal kemunculannya ikut meramaikan polemik ini.

Bagi saya, yang punya pedoman: “Kita sangat bisa memanipulasi catatan manusia, namun tidak mungkin bisa memanipulasi catatan Tuhan dalam diri kita”, melihat siapa saja yang mencoba membuat narasi membela Ba’alawi tapi ‘anti’ test DNA maka saya nilai selain tidak faham juga sedang berusaha menyesatkan publik. Dan manusia-manusia seperti ini sungguh tidak layak ditanggapi, lha wong Catatan Tuhan saja dia cederai, apalagi komitmen luhur kemanusiaan.

Dan dalam bullyan Kanjeng Gus Rumail itu menanyakan kapasitas saya berbicara DNA.

Baiklah perlu saya jawab, agar narasi DNA yang semakin tegak ini mendapatkan posisinya yang mulia sebagai Catatan Tuhan yang layak dimulyakan oleh manusia-manusia yang beriman & berpikiran sehat. Ini jawaban saya :

  1. Membatalkan klaim sesat Nasab Ba’alawi tidak perlu turun gunung sekelas Prof. Herawati, atau Dr. Sugeng Sugiharto, Dr. Ary Keim, dkk. Cukup mahasiswa semester 4 Jurusan Biologi, karena sangat mudah sebab klaim garis lurus laki-laki tersebut hanya berurusan dengan stabilnya DNA Kromosom Y yang diturunkan melalui garis patrilineal (garis laki-laki).
  2. Dan alhamdulillah sebagai Pemerhati DNA, selain saya bertanya kepada ahlinya juga pernah kuliah di 4 kampus yang berbeda, dan 2 kampus diantaranya sekilas membahas tentang DNA.
  3. Walau tidak secara langsung namun seolah gelar KRT saya juga dipertanyakan keabsahannya, saya jawab bahwa ini adalah perlawanan kebudayaan maka saya lebih suka menggunakan gelar kebudayaan daripada gelar akademik. Dan gelar tersebut resmi bukan abal-abal, juga ditandatangani oleh Raja yang syah dari beberapa Kraton. Artinya mewakili kegelisahan Kraton-Kraton Nusantara yang sejarahnya juga dimanipulasi dan berusaha dibelokkan dengan narasi sesat ke arah ‘Yamanisasi’. Dan alhamdulillah, sekarang barisan Ilmuwan genetik siap memberikan testimoni kebenaran manakala kredibilitas sebuah ilmu mencoba diciderai dengan narasi sesat.
  4. Gus Rumail juga mencoba membully saya dengan situs GOOGLE SCHOLAR, untuk menguji kepakaran seseorang. Dan sekarang saya pertanyakan balik, beliau yang sudah berani ‘menghina’para pahlawan bangsa, bahkan memuji mufti Batavia yang anteknya Belanda, serta narasi-narasi lain yang membikin banyak patriotik bangsa mendidih darahnya. Dimanakah posisinya di SITUS GOOGLE SCHOLAR, dan tulisan-tulisan ilmiah apa yang sudah terdaftar disitu?

Kalau juga tidak ada, berarti kelasnya masih pemerhati, bukan ahli, atau jangan-jangan hanyalah peneliti pemula. Harapan saya janganlah publik diberi harapan palsu, terutama Ba’alawi, tuntaskanlah dulu kepakaran anda, baru membela dengan metodologi dan narasi yang benar. Saya sepakat dengan Dr. Sugeng, anda orang yang cerdas, semoga dikutuk jadi DOKTOR, agar bisa berbicara kebenaran dengan kaidah yang benar. Dalam konteks sebagai saudara, ijinkan memberi nasehat, tetaplah berdosa memberi harapan palsu kepada yang palsu.

Jangan jadi RONIN, atau SAMURAI TAK BERTUAN, khawatir disewa DAIMYO YANG SESAT & DIGARISKAN KALAH OLEH SEJARAH !

Salam Waras, Rahayu Nusantaraku !!!

Ditulis di Malam Maulid Nabi SAW 1445H, di suatu sudut sepi Bumi Untung Suropati dan kampungnya Empu Gandring (semoga kita bisa mengambil ketauladanan & memetik hikmah sejarah dari ketiganya, Al Faatihah)

Editor: Didin Syahbudin

Sumber Tulisan : https://rminubanten.or.id/nasib-tragis-ba-alawi-di-nusantara-dan-pemetaan-para-pendukungnya-termasuk-gus-rumail-abas/




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *