Ba’lawi dan NUGL: Kami Tidak Akan Pernah Lupa

Ba’lawi dan NUGL: Kami Tidak Akan Pernah Lupa

Persinggungan Ustadz Idrus Ramli dengan KH Said Aqil Siradj berawal di tahun 2010. Masa itu, KH Said Aqil Siradj yang menjabat sebagai Ketua Umum PBNU diisukan sebagai orang Syiah. Maka dibukalah forum tabayun terhadapnya. Para kiai yang tergabung dalam Forum Kiai Muda (FKM) Jawa Timur bertemu di Ponpes Bumi Shalawat, Tulangan, Sidoarjo, asuhan K.H. Ali Masyhuri. Ustadz Idrus Ramli termasuk dalam FKM.

Untuk mengantisipasi konferensi NU ke-33 di Jombang pada tahun 2015, berbagai jenis fenomena islam radikal muncul. Yaitu, suatu kelompok yang bertindak atas nama NU Garis Lurus (NUGL), yang secara radikal menentang semua kelompok yang berbeda dari diri mereka sendiri. Grup ini dipimpin oleh Ustadz Lutfi Bashori (Malang), Yahya al-Bahjah (Cirebon), dan Ustadz Idrus Ramli (Jember).

Dengan gaya radikal, NU Garis Lurus menjelma menjadi gerakan neo-khawarij, menuduh siapa saja yang menyimpang dari versi tafsir religiusnya, termasuk Gus Dur, M. Quraish Shihab dan KH Said Aqil Siradj.

Gaya radikalisme ini tentunya membingungkan para warga Nahdliyyin. Keberhasilan NU Garis Lurus, yang mampu memobilisasi jemaahnya untuk kepentingannya, ini terlihat jelas dalam pemilihan presiden 2019.

Untuk menyerang NU Moderat, NU Garis Lurus mengangkat isu-isu lama seperti permusuhan terhadap kaum Syiah dan Ahmadiyah. Ironisnya, NU garis lurus malah tertipu oleh Wahhabi yang secara kaku mengubah teks kitab Ar-Risalah yang dikarang Hadratus Sheikh Hasyim Asy’ari. Mbah Hasyim tidak memusuhi kelompok Syiah secara umum, tetapi secara khusus adalah Syiah Rafidha, mereka yang memusuhi para sahabat Nabi SAW.

Faktanya kelompok Syiah Rafidhah tidak ada di Indonesia. Namun, karena ditangkap oleh versi Wahhabi, NU Garis Lurus malah membandingkan semua Syiah tanpa bisa membedakan mana yang Rafidha dan mana Syiah secara umum. Di sinilah potensi destruktif dari aliran NUGL menjadi sangat jelas. Sehingga ia tidak berbeda dengan kelompok Islam radikal lainnya.

Sifat destruktif dari aliran NUGL sangat jelas. Dalam setiap dakwahnya, tuduhan terhadap kelompok di luar dirinya terdistorsi, dianggap salah tempat, selalu tidak benar. Tidak hanya terhadap kelompok Syiah, Ahmadiyah, bahkan tokoh-tokoh seperti Gus Dur, Quraish Shihab dan KH Said Aqil Siradj tidak pernah bebas dari tuduhan bahwa mereka telah menyimpang. Arti konsep Aqidah Ahlus Sunah wal Jamaah dan teks-teks buku yang ditulis oleh Hadratus Sheikh Hasyim Asy’ari ditafsirkan sesuai dengan perspektif kelompok mereka sendiri.

Kehadiran NUGL tidak dapat dilihat secara terpisah dari peran yang dimainkannya, yaitu anti-tesis sekolah liberal yang diprakarsai oleh anak-anak muda NU moderat. Namun, gerakan yang terlalu kanan malah akan membuat masalah nasional dan masalah agama menjadi lebih rumit. Pada dasarnya NUGL hanya ada untuk mengacaukan dialektika internal NU.

Hari ini kelompok tersebut yang paling keras membela nasab Ba’Alwi yang sudah rungkad secara uji pustaka maupun ilmu genetika, walau dengan narasi ngawur.

Waallahu Alam

Penulis: Abdullah Abu Bakar, L.C.

Sumber: https://rminubanten.or.id/balawi-dan-nugl-kami-tidak-akan-pernah-lupa/




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *