Bukan Keturunan Nabi Muhammad SAW, Tetapi Keturunan Tukang Tipu
Dengan menumpang kemuliaan Nabi Muhammad SAW, banyak orang-orang yang mengaku keturunan beliau mengambil keuntungan untuk mendapatkan kemuliaan dari sebagian umat Islam.
Mereka menganggap keturunan Nabi Muhammad SAW yang bergelar Syarif dan Sayyid sebagai orang yang mulia yang lebih unggul dari orang lainnya.
Bahkan pada masa imperium Ottoman di Turki, banyak orang dari Timur Tengah yang pada saat itu masih miskin lalu bermigrasi dan menetap serta berusaha di Turki, kemudian membeli atau memalsukan identitasnya dan mengaku keturunan Nabi Muhammad SAW untuk mendapatkan gelar Sayyid, agar memperoleh keringanan pajak dari kekhalifahan Ottoman.
Seorang peneliti dan penulis di zaman Hindia Belanda, yakni L.W.C. Van Den Berg yang menulis hasil penelitian-nya tentang keturunan Arab di Indonesia mengatakan, di masa itu orang Arab bangsa Yaman waktu naik ke kapal Belanda yang eksodus ke Indonesia lalu mengganti nama mereka saat dicatat di atas kapal.
Sehingga kemungkinan adanya seseorang yang mengganti namanya menjadi seolah-olah keturunan Nabi Muhammad SAW, sangat bisa terjadi, karena pada saat itu belum dikenal kartu identitas.
Misalnya: pada saat itu ada seseorang yang bernama Mirza Umar, kemudian ketika naik ke kapal mengganti nama menjadi Utsman bin Yahya Shihab, yang kemudian berlanjut ke keturunannya.
Nah, identitas palsu ini terus berlanjut dibawa oleh keturunan mereka berikutnya. Sehingga keturunan orang Arab Yaman yang menggunakan identitas palsu ini, merasa diri mereka keturunan Nabi Muhammad SAW.
( Catatan: Utsman bin Yahya, karena jasanya membantu Belanda, maka diangkat menjadi Mufti di Batavia, dengan gaji 100 gulden/bulan, dan dapat lencana berbentuk Salib ).
Pada masa Hindia Belanda tersebut, belum ada yang namanya kartu identitas alias KTP, sehingga identitas palsu mustahil untuk dilacak dan diungkap identitas aslinya.
Lalu, apakah Habaib-Habaib yang ada sekarang adalah benar-benar yang diyakini sebagai keturunan Rasulullah SAW dari nasab Sayyid/Syarif yang datang dari Hadramaut?
Tidak ada satu pun yang tahu, termasuk para Habaib-Habaib itu sendiri, bahwa moyangnya benar-benar keturunan Muhammad SAW.
Atau jangan-jangan, adalah seorang Yaman yang keturunan entah siapa, yang ketika datang untuk pertama kalinya ke Nusantara hanya mengaku-ngaku sebagai dzuriyah Nabi SAW agar dihormati oleh penduduk setempat. Dan hanya Allah SWT sajalah yang mengetahuinya.
Allah SWT menjaga lisan Rasulullah SAW yang bertutur kata sangat santun. Begitu juga Allah SWT menjaga lisan anak dan cucu Rasulullah SAW. Bahkan Allah SWT menjaga juga lisan cucu cicit Rasulullah SAW yang masih hidup dan sudah terbukti DNA-nya, yakni Raja Abdullah II dari Yordania.
Oleh karena itu, apabila ada cucu cicit Rasulullah SAW yang mengaku-ngaku tapi lisan-nya buruk dan busuk, maka dia bukanlah cucu cicit Rasulullah SAW!
Bisa saja para Habaib tersebut ngotot bahwa dirinya adalah cucu cicit Rasulullah SAW. Tetapi, agar masyarakat Indonesia tidak ragu kepada nya, sebaiknya melakukan tes DNA.
Sehingga akan terungkap, apakah para Habaib tersebut benar-benar keturunan Nabi Muhammad SAW.
Lab test DNA yang diakui secara Internasional adalah yang menyimpan DNA Raja Abdullah II, penguasa Yordania, yang sudah terbukti adalah keturunan Ali bin Abi Thalib RA, suami dari Sayyidatina Fatimah RA, putri Rasulullah SAW.
Waallahu Alam
Sumber/Referensi:
~ Le Hadramout et les Colonies Arabes Dans I’Archipel Indien, Impr. da Gouvenement, Havard Univercity, 1886, (Orang Arab di Indonesiz)
~ https://www.igenea.com/en/muhammad