Ketahuilah bahwa pengkultusan itu berarti menganggap seseorang secara berlebihan. Menganggap seseorang yang dikultuskan tersebut suci dari kesalahan. Dan pengkultusan biasanya akan membenarkan apa saja yang dilakukan dan dikatakan oleh seseorang yang dikultuskan. Mengkultuskan orang ibarat orang yang fanatik buta sehingga melihat orang yang dikultuskan sepi dari kesalahan. Dan setiap orang yang mencoba mengkritik orang yang dikultuskan akan dianggap menghina ulama.
Para mukibin ini banyak yang mengkultuskan kabib pujaanya secara berlebihan karena sudah termakan doktrin bahwa kabib pujaannya adalah keturunan Nabi Muhammad SAW.
Wahai para mukibin dimanapun kalian berada, Ketahuilah bahwa keturunan Nabi Muhammad SAW ini tidaklah Maksum “Terjaga dari Kesalahan” apalagi setelah diteliti kabib pujaanmu bukanlah keturunan Nabi dan yang maksum itu hanya Rasulullah SAW saja. Bahkan Rasulullah SAW yang terjaga dari kesalahan pun melarang umatnya untuk mengkultuskan beliau. Rasulullah bersabda,
لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.
Artinya: “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putra Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya)”. ( HR. Bukhori )
Dari hadis di atas jelas Islam sebagai agama yang egaliter melarang umatnya untuk mengkultus orang. Karena memang dalam ajaran Islam semua kedudukan manusia itu sama yang membedakan hanya tingkat ketakwaannya saja bukan atas dasar nasab. Perlu ditekankan bahwa Islam itu melarang umatnya untuk mengkultuskan orang, Rasulullah SAW sendiri tidak suka apabila dikultuskan dan dipuja-puja secara berlebihan. Beliau bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قُوْلُوْا بِقَوْلِكُمْ وَلاَ يَسْتَهْوِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ، أَنَا مُحَمَّدٌ، عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، مَا أُحِبُّ أَنْ تَرْفَعُوْنِيْ فَوْقَ مَنْزِلَتِي الَّتِيْ أَنْزَلَنِيَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ.
Artinya: “Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku.” ( HR. Ahmad )
Dan biasanya para masyarakat ini akan mengkultuskan seseorang yang mempunyai derajat ilmu seperti orang saleh ataupun Sayyid Syarif yang merupakan keturunan Rasulullah SAW. Islam sendiri mendorong umatnya untuk menghormati dan bukan mengkultuskan seseorang yang mempunyai derajat ilmu seperti orang saleh dan Sayyid Syarif.
Dan orang yang mengkultuskan seseorang biasanya akan bertindak berlebihan atau ghuluw. Dan Islam dengan jelas melarang perbuatan ghuluw. Nabi Muhammad SAW bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ اَلْغُلُوُّ فِي الدِّيْنِ.
Artinya: “Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” ( HR. Ahmad )
Adapun yang dimaksut dengan penyimpangan adalah: pengkultusan, berlebih-lebihan, dan membuat perubahan-perubahan, semua itu adalah ungkapan kalimat yang menunjukkan sesuatu yang tidak baik. Sedangkan yang dimaksut dengan pengkultusan itu sendiri adalah: melewati batas-batas tertentu, dan keluar dari apa yang dinginkan (secara syar’i).
Wahai mukibin dimanapun kalian berada, ketahuilah, inilah contoh gerakan atau kelompok yang kemarin muncul ke permukaan, sebut saja seperti kelompok ISIS yang dalam doktrinya untuk menanamkan fanatisme ketingkat pengkultusan dengan mengklaim pemimpin tertingginya Abu Bakar Al Baghdadi adalah keturunan Nabi SAW, setelah diteliti ternyata orang Yahudi dan merupakan agen Mossad (dinas rahasia luar negeri Israel).
Jelas bahwa kelompok ini keluar dari kaidah syar’iyyah, tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah hadis-hadis Rasulullah SAW), pemikiran dari kelompok ini berbahaya, karena keluar dari makna islam yang sebenarnya, dan keluar dari prinsip-prinsip yang benar.
Adapun di antara penyebab munculnya pengkultusan kepada sesuatu, pertama, kurangnya pemahaman terhadap agama. Kedua, keinginan untuk menentang semua kebijakan pemerintah (umara), sehingga pemerintah seakan-akan salah dan halal darah mereka untuk di perangi dan dib*nuh.
Rasulullah SAW pernah menggambarkan tentang kelompok yang berlebih-lebihan mengkultuskan seseorang, kelompok itu adalah “khawarij”, kelompok yang pertama kali memunculkan alghuluw (pengkultusan) tersebut, baik dari sisi akidah maupun akhlaq sehari-hari.
Adapun diantara bahaya penyimpangan mereka, sebagai perongrong keamanan dan ketenangan hidup. Karena makna aman itu adalah ketenangan yang diperoleh manusia pada agama, jiwa, kehormatan, akal, dan harta atau disebut dengan (lima hajat dasar hidup).
Kelompok yang menyimpang ini, sengaja menghilangkan lima hajat dasar hidup orang banyak ini, padahal Allah SWT telah menjamin ketenangan hidup sesorang dalam mencari rezekinya. Simaklah Firman Allah SWT (melalui lisan Nabi Ibrahim as),
”Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa, ‘ya Allah, jadikan negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan berilah penduduknya rezeki buah-buahan” ( QS Al-Baqarah, ayat 126 )
Simak juga Firman Allah SWT,
”Maka, hendaklah mereka menyembah tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah) – yang telah memberi makanan kepada mereka, untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.” ( QS Quraisy, ayat 3-4 )
Bahkan Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang setiap hari, merasa aman dirumahnya sendiri, sehat badannya, dan ada makanan pada hari itu, seolah-olah dia mendapatkan dunia dan isinya”. ( HR Tirmidzi )
Bisakah orang-orang ini menggunakan akal sehatnya? Sehingga mereka bisa memahami kehendak Allah SWT dalam berbagai Firma-Nya itu? Bagaiman bisa mereka memb*nuh, membakar, bahkan mengkafirkan manusia? seperti apa yang telah dilakukan kelompok ISIS, dan kelompok radikal lainnya.
Tidakkah mereka melihat dan bercermin kepada kelompok yang berdiri lurus dengan azas toleransi, kemudahan, tanpa kekerasan dan permusuhan. Kelompok-kelopok radikal yang kemaren kita saksikan di berbagai siaran televisi dan medsos, hanya mengatasnamakan agama sebagai tameng mereka (musang berbulu domba), sementara mereka menjajah ketenangan, kedamaian, dan ketentraman hidup orang banyak, dan ini adalah bentuk kebodohan umat hari ini.
Di antara musibah kelompok ini adalah: selalu menggunakan simbol dan alasan agama untuk pembenaran perbuatan mereka, seolah mereka adalah sosok dan contoh model beragama yang benar, sebagai penjaga agama dan penjaga syariat, padahal kenyataannya kehidupan mereka justru jauh dari pesan-pesan agama.
Diantara musibah yang ditimbulkan oleh kelompok-kelompok radikal ini, mereka juga menusuk Ahlussunnah Wal Jamaah dari dalam dan menuding bersalah, baik itu sheikh-sheikh besar, maupun ulama-ulamanya serta para Kiai, padahal betapa tsiqoh dan istiqomahnya ulama-ulama Ahlussunah Wal Jamaah dibelahan bumi manapun dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Wahai para mukibin, itu adalah kisah nyata maka berhati-hatilah serta pergunakanlah akal sehat dan kewarasanmu…
Waallahu Alam