Mengungkap Kemungkinan Siapa Sesungguhnya Datuk Ba’alawi (SAYYID AHMAD AL ABAH) Yang Hijrah Ke Yaman Ditinjau Dari Kajian Sejarah, Genetika Dan Kitab Nasab

SAYYID AHMAD AL ABAH (VERSI ASLI)

Sayyid Ahmad bin Isa Arrumi bin Muhammad Annaqib bin Ali Al Uraidhi bin Jakfar Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husein Assyahid bin Imam Ali/Sayyidatuna Fathimah Azzahrah bin Rosulullah Muhammad SAW.

Untuk selanjutnya karena beliau berjuluk Al Abah, maka kita sebut Sayyid Ahmad Al Abah saja. Beliau dalam kitab-kitab nasab telah diulas sebelumnya oleh Kyai Imaduddin Usman dalam sebuah tulisan ilmiah (https://www.nahdlatululum.com/pengakuan-para-habib-sebagai-keturunan-nabi-belum-terbukti-secara-ilmiyah/). Bedah kitab2 Nasab dari Abad 4-10 H, tercatat hanya memiliki 3 putra : Sayyid Muhammad, Sayyid Ali & Sayyid Husein. Yang masing-masing berketurunan & juga melakukan pencatatan nasab. Artinya kesaksian dari 3 putra & keturunannya ini nanti akan menjadi kunci atas bagaimana sebenarnya Sayyid Ahmad Al Abah tersebut.

Tetapi sebelum menggelar pembuktian tersebut, marilah kita melakukan analisa dari berbagai sudut dahulu. Agar bangunan logika & akal sehat, kokoh dalam penggalian ini.

Sayyid Ahmad Al Abah (wafat 350H atau 961M) secara faham atau Madzhab, beliau menganut Syiah. Seangkatan secara nasab dengan Imam ke-10 Syiah Ali Al Hadi (827–868). Dan beliau mengikuti zaman Imam ke-11 hingga ke-12 Syiah, Hasan Al Askari (846–874) & Muhammad Al Mahdi (lahir 868M). Artinya beliau hidup di negeri pusatnya Syiah & pergolakan 2 Imam.

Menurut catatan yang sangat kuat referensinya, karena ditulis oleh keturunan dari Sayyid Muhammad bin Ahmad Al Abah yang berjudul ANSABUL ‘ASYAIR AL AROBIYYAH FI NAJAF AL ASYROF, halaman 85, karya Sayyid Naji Wada’ah Assyurais. Beliau pernah hijrah ke INDUNUS, pada tahun 313 H (925 M), sebuah wilayah yg kini bagian dari Pakistan.
Ini selaras dengan manuskrip turun-temurun Kabilah AL QOBAJI (Keturunan dari Sayyid Ali bin Ahmad Al Abah) yang menyebutkan Jazirah Al Hindi (Anak Benua India, sekarang terpecah menjadi India, Pakistan & Banglades).

Dikisahkan, Sayyid Al Abah ini juga berjuluk ANNAFATH, ahli dalam perminyakan (baca : minyak bumi, sebagai bahan bakar). Dimungkinkan beliau sering bepergian dikarenakan seorang usahawan minyak yang menjelajah banyak negeri. Secara kajian keilmuan, beliau memang bukan Sayyid yang menonjol di bidang ilmu agama. Karena tidak ada jejak karya di bidang tersebut. Walaupun demikian tetaplah diyakini Cicit Nabi di era sedekat itu masanya dengan Nabi pastilah seorang yang alim & sholeh. Hanya beliau berdakwah dengan cara lain, yaitu menjelajah banyak negeri dengan keahliannya yang sangat langka di masa itu.

Sejarah mencatat, pada era tersebut, Negara Adidaya di dunia adalah 2 Imperium Islam. Yaitu Daulah Abbasiyah dengan ibukotanya Baghdad & Daulah Umayyah Andalusia dengan ibukotanya Cordova.

Kedua ibukota metropololis dunia tersebut adalah kota yang paling terang benderang dikarenakan para ilmuan Islam telah berhasil melakukan eksplorasi & penyulingan minyak bumi (https://sindikasi.republika.co.id/berita/pxwllx313/pajak-minyak-dan-kotakota-islam-bertaburan-cahaya).
Pada puncak peradaban Islam, bukan rahasia lagi, telah menghasilkan banyak maestro di berbagai bidang ilmu, termasuk ilmu kimia & terapannya (http://repository.unissula.ac.id/12452/).

Indunus sendiri, adalah kawasan peradaban disekitar Sungai Indus, sekarang masuk negara bagian Sindh Pakistan. Sangat berdasar perpindahan ini karena hingga sekarang wilayah tersebut adalah penghasil MIGAS terbesar di Pakistan (https://en.m.wikipedia.org/wiki/Sindh).
Patut dicatat, menurut kitab-kitab nasab beliau pindah dari BAGHDAD, bukan BASRAH. Dan selain misi ekonomi, sangat mungkin ada misi dakwah. Mengingat beliau adalah putra dari Naqib Isa Arrumi bin Naqib Muhammad dari Madinah. Tentunya putra & cucu Naqib bukan orang sembarangan dalam bidang agama. Motif berikutnya, menghindari ketegangan antara faham Syiah dan Penguasa Abbasiyah pada era 2 Imam terakhir.

Dan setelah hijrah sekian lamanya, beliau pulang ke kampung halaman & meninggal serta dimakamkan di Najaf (177 km dari Baghdad). Mendekati makam datuknya Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib. Secara tradisi ini sangat logis, karena bila beliau dari Basrah maka cukup dimakamkan di Basrah. Mengingat jarak Basrah ke Najaf hampir 450 km jauhnya dan banyak pemakaman orang besar pula di Basrah.

Ada pendapat lain, bahwa kata INDUNUSIA, itu Indonesia, namun hal itu sangat mustahil mengingat pada tahun 313 H (925 H), belum dikenal nama tersebut dalam pergaulan dunia.
Yang lebih mungkin adalah salah tulis, huruf NUN itu seharusnya ANDALUSIA. Kalau ini benar, maka juga masih logis nantinya (akan dijelaskan berikutnya).

Kesimpulan Sayyid Ahmad Al Abah versi asli :
Pengikut Syi’ah Imamiyah & mengikuti zaman 2 imam terakhir dari Syi’ah 12 Imam.
Berprofesi sebagai usahawan & keliling banyak negeri. Berhijrah karena kepentingan usaha, serta ketegangan politik di wilayah Dinasti Abbasiyah. Bukan seorang yang menonjol di zamannya sebagai ulama, atau pengarang kitab ilmu agama. Punya 3 putera yang nanti akan menyebar & berketurunan, yaitu Sayyid Muhammad, Ali & Husein.

SAYYID AHMAD AL MUHAJIR (VERSI BA’ALAWI)

Dalam manaqib versi Ba’alawi disebutkan :
Sayyid Ahmad bin Isa lahir dengan banyak versi, ada yang menyebut 214, 260, 273 dan 279 H. Atau rentang kemungkinan lahirnya 829 sampai 892 M !!! Suatu kejanggalan aneh, harusnya kalo katanya gudangnya wali, mampu meneropong dengan pasti kelahiran datuknya.
(https://sanadmedia.com/post/imam-muhajir-ahmad-bin-isa)
Beliau wafat sekitar tahun 345H (956M) di Husaisa Hadramaut Yaman.
Hijrah dari Bashrah-Iraq ke Hadramaut Yaman tahun 317 H (929M). Mula-mula Sayyid Ahmad hijrah ke Madinah dan Mekkah melalui jalur Syam ke selatan (catat : melalui SYAM). Dengan alasan jalur langsung dari Irak ke Hijaz dinilai cukup berbahaya karena adanya kaum Qaramithah yang kala itu berhasil mencuri Hajar Aswad (https://m.republika.co.id/berita/jurnal-haji/rihlah/qur368320/siapa-qaramithah-yang-pernah-rampas-hajar-aswad).
Catat : Beliau hijrah & sampai di Makkah, pada tahun yang sama QARAMITHAH merampas Hajar Aswad, membunuh 30 jamaah haji di Makkah & melakukan penjarahan besar !
Kemudian pada tahun 318 H (930M), beliau memulai perjalanan lagi dari Mekkah ke Yaman kurang lebih sampai sekitar tahun 319 H (931M).
Alasan utama hijrah karena menyelamatkan Aqidah dari faham Syiah dan kerusuhan di Basrah.

Sejauh ini, penulis belum menemukan data Qaramithah sempat menyerbu ke Basrah atau Baghdad. Dan keluarga besar keturunan Imam Husein, begitu banyaknya di Iraq. Semuanya tetap bertahan Syi’ah & dihormati oleh mayoritas warga Iraq hingga sekarang yang mayoritas juga Syi’ah. Siapa yang paling memakmurkan makam Imam Ali di Najaf, hingga Arba’in Karbala, serta merawat makam-makam pembesar Syi’ah kalo bukan keluarga besar Ahlil Bait sendiri di tanah Iraq.
(Lalu ada apa datuknya Ba’alawi ini Hijrah?!?)
Ikut dalam rombongan sejumlah 7 orang kerabat & 70 pengikut (https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/manaqib-al-imam-ahmad-bin-isa-al-muhajir.html?m=1).
Termasuk diantara Datuk dari Bani Al Ahdal & Qudaim.
Hijrah dengan membawa harta yang sangat banyak, selain dari 70 orang itu budak-budaknya, juga membawa beberapa ontanya. Tanpa harta yang banyak sulit menghidupi 77 orang, selama 2 tahun perjalanan. Dan dengan harta tersebut banyak membangun infrastruktur di Hadramaut (baca kitab Dhiya Shihab : Al Imam Al Muhajir).
Di referensi Ba’alawi tidak dijelaskan rinci, kenapa beliau sangat kaya-raya.
Dan kenapa menyingkir ke tempat yang sampai sekarang paling miskin di Jazirah Arab, serta menjadi SUNNI (padahal keluarga besarnya di Iraq masih mayoritas Syi’ah semuanya).

Sebelum kami membedah siapa sebenarnya Datuk Ba’alawi yang Hijrah ke Hadramaut Yaman ini. Mengapa dan bagaimana, bisa berbeda jauh dengan data dari ahlul balad di Iraq. Baik dari Kajian Kitab-Kitab Nasab Primer & serta tentunya Kajian Genetika.
Maka ini sebenarnya wajar untuk dilakukan.
Bukankah Walisongo sendiri, sebagai penyebar agama Islam di Nusantara, semua orang boleh menganalisanya. Sesuai keping & jejak data sejarah, serta kajian manuskrip, yang masing-masing pastilah punya dasar.

Ada yang mengatakan Walisongo itu pribumi, dari Cina, atau Campa, Gujarat, Uzbekistan, atau dari Maghribi. Bahkan oleh Ba’alawi yang baru datang di Nusantara, juga tidak mau ketinggalan diklaim dari golongannya.
(https://historia.id/agama/articles/kisah-leluhur-walisongo-P1Rkl/page/3).
Artinya sah-sah saja siapapun mengomentari datuknya siapapun, selama punya dasar & kajian yang logis.

KAJIAN INDUNUS

Sayyid Ahmad Al Abah ANNAFATH, seorang ahli perminyakan, beliau disebut hijrah ke wilayah INDUNUS, kini Sindh di Pakistan.
Wilayah Sind yang kaya minyak, di distrik Ghotki, dan beberapa kota lain adalah sisa-sisa peradaban Hindu yang jejaknya masih banyak hingga sebelum pemisahan India & Pakistan, dan hingga kini pemeluk Hindu juga masih bercokol serta menghadapi banyak tindak kekerasan, persis saudara muslimnya yang ada di India sekarang (https://www.dw.com/id/kerusuhan-akibat-kasus-penistaan-di-pakistan-komunitas-hindu-khawatirkan-keselamatan-diri/a-50457050).
Secara garis besar, cicit Rasulullah, hijrah ke Sindh adalah selain sesuai dengan keahliannya, ahli perminyakan. Juga pasti ada motivasi dakwah. Sehingga bisa kita lihat, negara-negara Jazirah Hindustani. Adalah penyumbang pemeluk muslim terbesar dunia bila digabungkan (Asia Selatan kawasan penyumbang Islam terbesar, 31% : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Islam_menurut_negara).
Sebagai pengusaha minyak, tentunya wajar memiliki harta berlimpah.
Hasil test DNA Najwa Shihab menyebutkan : gen dominannya berasal dari Asia Selatan 48,54% (https://historia.id/historiografis/articles/mengenal-najwa-lewat-tes-dna-DnoW2/page/1).
Bila semua kitab & kesaksian menyebutkan Sayyid Ahmad Al Abah dimakamkan di Najaf. Lalu siapakah yang dimakamkan di Hadramaut?
LOGIKANYA, TIDAK MUNGKIN ORANG YANG SAMA PUNYA KUBURAN LEBIH DARI 1, KECUALI YANG SATU ASLI & YANG LAIN PASTI PALSU !
Taruhlah misal, diduga yang asli di Iraq karena data & kesaksian lebih kuat, berarti yang di Hadramaut wajib diragukan keasliannya. Lalu mengapa yang palsu bisa & berani mengaku sebagai Sayyid Ahmad & membawa 1 orang anak. Yaitu Ubaidillah, yang nihil keberadaannya di seluruh kitab nasib primer?
Jawaban logisnya : Yang ASLI pernah hijrah ke Asia Selatan, dan berjumpa dengan yang PALSU di tempat yang sama. Karena sudah sangat mengenal sosoknya, maka berani mengaku sebagai sosok tersebut. Apalagi di jaman itu teknologi komunikasi sangat terbatas, maka siapapun lebih mudah mengaku sebagai orang lain. Syaratnya, jarak. Ya, menyingkrlah yang jauh agar sulit dideteksi keberadaan & kebenarannya.
Hipotesa berlanjut, entah dengan cara bagaimana & motif apa. Maka yang terindikasi palsu kemudian memisahkan diri dengan membawa harta yang banyak. Menyingkir ke tempat paling sepi & sulit dideteksi. Dan untuk menyempurnakan penyamarannya dengan mengaku bermazhab Sunni, agar tidak ada kewajiban berziarah ke Karbala. Ingat, penguasa Yaman selama berabad-abad silih berganti mayoritas adalah Syi’ah, baik Zaidiyah maupun Ismailiyyah, seperti Dinasti Rasuli, Dinasti Fatimiyyah maupun The Sulayhid Dinasty. Sebab, bila tetap Syiah, lalu berziarah ke Karbala, maka kemungkinan besar akan berjumpa dengan keluarga besar yang asli. Logis?!?
Dalam versi Ba’alawi disebutkan bahwa ketika awal kedatangannya, menghadapi banyak tantangan dari Kaum Khawarij, justru klaim ini sangat berbeda dengan sejarah resmi Yaman, dimana di akhir abad 9M, adalah awal dari kebangkitan Syiah Zaidiyah, serta kemudian penguasan Yaman oleh Syi’ah Fatimiyyah Mesir di abad 10M.
Kekacauan Yaman di abad itu tidak menghambat kemajuan Syi’ah Zaidiyah hingga era sekarang (https://en.m.wikipedia.org/wiki/History_of_Yemen).

KAJIAN ANDALUS

Sebelum peristiwa Inkuisisi (Abad 16M) yang mengakhiri peradaban Islam di Semenanjung Iberia (Spanyol & Portugis). Daulah Umayyah Andalusia pernah hampir runtuh. Pada pertengahan abad 9M, mayoritas Gubernur memberontak. Dipimpin Umar bin Hafsun & ditambah dengan serangan dari Kaum Salib Fanatik (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al-Andalus).
Pepatah mengatakan : Gajah berperang melawan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah. Bila 2 kekuatan besar saling bertikai, yang lemah akan hancur. Dua Kekuatan itu adalah Islam & Kristen, sementara pelanduknya adalah pemeluk Yahudi. Disinyalir pada Krisis ini, banyak eksodus Yahudi keluar Andalusia. Hingga akhirnya Sultan Abdurrahman III naik tahta 912 M, dengan panglima perangnya bernama Ubaidillah. Memadamkan pemberontakan dan pada tahun 929 mengangkat dirinya sebagai Khalifah. Setara Abbasiyah di Baghdad. Di masa itulah dikenal sebagai awal dari GOLDEN AGE. Abad Keemasan.
Diatas disebutkan ada kemungkinan Sayyid Ahmad Al Abah ANNAFATH, hijrah ke Andalusia. Dimana kota2 Bani Umayah Andalusia, sebagaimana Baghdad adalah kota yang paling gemerlap & terang di seluruh dunia.
Praktisi perminyakan seperti beliau wajar apabila hijrah ke sebuah negeri yang sedang bangkit, gemerlap & menerapkan toleransi dengan semua ummat beragama.
Walaupun teori hijrah ke Andalusia ini lebih lemah, dilihat dari kesesuaian tahun. Namun hijrahnya Sayyid Ahmad versi Ba’alawi yang melintasi Syam, bisa jadi masuk akal. Mengingat tahun kelahiran Sayyid Ahmad versi Ba’alawi saja sangat bias jauh sekali, bisa jadi hijrahnya pun juga sangat bias versi aslinya.
Patut diketahui, bila Yordania adalah wilayah Syam paling selatan, maka jarak Basrah-Amman-Mekkah, hampir 3.000 km. Suatu jarak yang memutar sangat jauh sekali.
Tapi pelarian dari Andalusia menuju Yaman, harus melalui SYAM. Rutenya, menyeberangi Selat Gibraltar, melintasi Afrika Utara, Syam, Hijaz hingga tiba di Yaman. Apalagi adanya penemuan massif, Yahudi ber-YDNA G-P303 yang mendiami Pulau Ibiza di selatan Spanyol, kode ini juga ditemukan pada Ba’alawi (https://www.islamadania.com/opini/pr-4066957980/klaim-nasab-habib-baalawi-yaman-subagai-dzurriyah-nabi-muhammad-sawgagal).
Pada hasil test DNA Najwa Shihab ditemukan ras kedua terbesar adalah dari Afrika Utara. Hal ini wajar karena, kemana lagi larinya Yahudi Andalusia kalau tidak menyeberang ke Afrika Utara. Wilayah Muslim yang lebih toleran. Baik tiap kerusuhan sebelum maupun pasca Inkuisisi abad 16.
Bukti lainnya adalah di tengah Kepemimpinan Abdurrahman III ini, diangkatlah seorang Perdana Menteri, bernama Hasdai bin Shaprut, seorang Yahudi yg melakukan banyak korespondensi mencari Keluarga Yahudi di seluruh dunia (https://en.m.wikipedia.org/wiki/Hasdai_ibn_Shaprut). Jejak keluarga besar Yahudi ini dia telusuri. Termasuk yang terkenal korespondensi dengan Raja Yahudi Bani Khazar. Pasca runtuh, penyebaran suku bangsa ini terindikasi ke Asia Selatan melalui Afghanistan (ditemukannya DNA Yahudi pada salah satu Raja Afghanistan : https://jewishdna.net/AB-056-dataFTDNA.html). Selain banyak yang ke Andalusia tentunya, dimulai masa Hasdai bin Shaprut.
Hasdai bin Shaprut layak diacungi jempol. Seorang pejabat tinggi dari negeri super-power di jamannya sedang mencari jejak keluarga. Dia seorang budiman, kacang yang tidak lupa pada kulitnya. Walau akhirnya, banyak saudaranya yang raib karena berpindah agama, atau tenggelam bersembunyi di pelosok Hadramaut Yaman.

Demikian Bagian 2 kami akhiri, dengan kesimpulan yang semakin jelas bahwa Datuk Ba’alawi yang diklaim Hijrah ke Yaman, ternyata sangat lemah datanya. Dan di bagian ini, dilakukan hipotesa-hipotesa siapakah & darimana sebenarnya beliau tersebut.
Sampai jumpa di Bagian 3, atau bagian terakhir : Kajian Komparasi Kitab, Pembuktian Kegagalan Nasab Ba’alawi.

Wassalam, Rahayu, Salam Sejahtera Bagi Semuanya !

KRT. WIRAHADININGRAT
Pemerhati Budaya, Sejarah & Genetika




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *