Melawan Ideologi Ba’alwi Al Kadzab

Melawan Ideologi Ba’alwi Al Kadzab

Di Indonesia penjajahan sesungguhnya telah terjadi penjajahan tanpa disadari. Dimana, penjajahan itu tidak seperti penjajahan jaman kolonial. Tetapi, penjajahan spiritual yang merusak ahklak dan mental melalui doktrin dan dogma oleh pemalsu nasab yaitu Klan Ba’alwi al Kadzab berakidah kastanisasi rasis penyembah berhala nasab, yang tentunya sesat dan menyesatkan.

 

Penjajahan mental dan spiritual di Indonesia saat ini jauh lebih kejam dan biadab jika dibandingkan penjajahan pada jaman kolonial. Karena, jaman penjajahan kolonial lebih condong kepada penjajahan fisik yang dirasakan.

 

Akan tetapi, penjajahan spiritual dan mental telah mengganggu napas kehidupan dalam keberagaman tanpa disadari. Sehingga, tanpa terasa sendi-sendi sosial, budaya dan agama menjadi ngilu.

 

Persoalannya, rasa ngilu itu seakan dirasakan seorang diri. Karena, penjajah spiritual dan mental menggunakan politik devide et empera agar kejahatan yang terorganisir dapat megalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.

 

Cukup akrab ditelinga kita soal tukang kawin dari Klan Ba’alwi Al Kadzab. Dan, merekalah yang kerap kali melakukan kawin cerai sesuka hati terhadap wanita pribumi, tanpa mengalami kesulitan sedikitpun dalam proses perkawinan. Sedang di tuduh zina jika lelaki pribumi menikahi secara sah wanita dari Klan Ba’alwi Al Kadzab.

 

Ironisnya, para orang tua dengan mudah merelakan anak gadisnya untuk dijadikan budak sex. Dan, atas nama agama mereka menganggap ini adalah benar adanya. Padahal, sesungguhnya perkawinan itu untuk membangun rumah tangga bukan untuk pelampiasan nafsu setelah bosan ditinggal pergi atau dicerai.

 

Jika ini kawin kontrak maka secara tidak sadar melegitimasi perzinahan dan perdagangan anak.

 

Tetapi, apa boleh buat kalau orang tua telah terhipnotis dengan para penjajah spiritual, dengan di iming-imingi barokah dan angin sorga. Itu seakan sudah menjadi budaya dan sudah menjamur, keluguan kaum pribumi dimanfaatkan secara barbar. Bahkan hartanyapun ikut di keruk habis.

 

Budaya Indonesiapun menjadi berubah karena penjajahan spiritual dan mental. Budaya Indonesia yang seharusnya dipertahankan dan dikembangkan malah justru dihancurkan. Jati diri bangsa Indonesiapun dengan mudah dijajah.

 

Bahkan, Klan Ba’alwi Al Kadzab melecehkan serta merendahkan Kiai pribumi dan pejabat negara (simbol bangsa) dengan mudah melakukan hal seperti itu secara berulang-ulang tanpa mengenal kata malu.

 

Selain itu juga bahkan, kepada pendiri bangsa Bung Karno dan tokoh lainnya seperti Gus Dur maupun Kiai Ma’ruf Amin dengan gampang menghinanya. Klan Ba’alwi Al Kadzab yang terkenal rasis selalu mempromosikan tampilan dan budaya Arab, yang di framing sebagai bagian dari ajaran agama. Penampilan dan budaya orang asli Indonesia malah di hukumi bukan dari ajaran Islam.

 

Boleh dikatakan, bahwa Klan Ba’alwi Al Kadzab dan sengkuninya sedang menjajah Indonesia. Oleh karena itu, rakyat Indonesia harus segera sadar dan melawan penjajahan spiritual tersebut.

 

Dahulu kala, politik pecah belah, politik adu domba, atau devide et impera adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan.

 

Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. Dan, kekuatan militer menjadi faktor pendukung utama. Bukan, Agama yang menjadi ujung tombaknya.

 

Awalnya, devide et impera merupakan strategi perang yang diterapkan oleh bangsa-bangsa kolonialis mulai pada abad 15 (Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, Prancis). Bangsa-bangsa tersebut melakukan ekspansi dan penaklukan untuk mencari sumber-sumber kekayaan alam, terutama di wilayah tropis.

 

Seiring dengan waktu, metode penaklukan mereka mengalami perkembangan, sehingga devide et impera tidak lagi sekadar sebagai strategi perang namun lebih menjadi strategi politik. Dan, semua itu tidak menggunakan agama sebagai alat untuk menghasut apalagi mengadu domba atas nama agama. Karena, tujuan penjajah sesungguhnya merampok kekayaan alam Indonesia.

 

Namun hari ini penjajahan spiritual yang mengatasnamakan Nabi Muhammad SAW masih berlangsung, Klan Ba’alwi Al Kadzab dengan bala tentaranya sebut saja kelompok mukibin abidin jongos (pribumi fanatik buta) dengan sekuat tenaga mempertahankan ideologinya yang telah runtuh total dan menjadi sampah peradaban.

 

Kebohongan-kebohongan Klan Ba’alwi Al Kadzab di kuliti habis tak tersisa oleh dzuriyah Walisongo, yang notabenya sebagai paku bumi di tanah Nusantara.

 

Waallahu Alam

 

Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi, DPP PWI Laskar Sabilillah




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *