Mem-Ba’alwi-kan Walisongo Menggunakan Data Abad 20

Mem-Ba’alwi-kan Walisongo Menggunakan Data Abad 20

Didalam kitab Raudatul Wildan karya Salim bin Jindan, pada halaman 247 menyebutkan bahwa Al-Adzmat Khan adalah keluarga Ba’alwi yang menyebarkan Islam di Nusantara. Di kitab ini ia memang hanya menyebutkan keluarga Palembang, para sultan di Mindanau dan di Manila yang merupakan keluarga Adzmatkhan. Tetapi di kitab lainnya, Salim bin Jindan menyebutkannya. Dan tahun 1984, Hamisy kitab Syamsudzzahirah, menyebut semua Walisongo adalah Adzmatkhan.

 

Semua berita bahwa Walisongo adalah Ba’alwi tidak berdasar data apapun, karena walisongo, berdasar dokumen-dokumen tua adalah keturunan para sayyid dari jalur Al-Musawi dan Al-jailani. Tidak ada data apapun yang menjadi referensi Ba’alwi ketika mengklaim Walisongo sebagai bagian dari mereka selain sabotase kemulyaan masalalu, sebagaimana mereka lakukan kepada keluarga Ali bin Jadid dan Salim bin Basri. Lalu, ketika walisongo diklaim sebagai bagian keluarga mereka dengan tanpa data atau dengan data palsu, kemudian anak keturunannya dianggap musnah dan yang mengaku adalah palsu, hal demikian sebagaimana Ali bin Jadid dan Salim Basri ini diakui sebagai keluarga mereka, lalu keturunan mereka berdua dianggap inqirad ( musnah, tidak berketurunan lagi) di abad enam.

 

Namun Faktanya, jika kita membaca kitab Ibnu Batutah (w.779 H.) yang berjudul Rihlah Ibnu Batutah: Tuhfatunnudzar fi Garaibil Amsar wa ‘Aja’ibil Asfar, yang mengunjungi Nusantara di abad 14 Masehi, maka masuknya Islam di Nusantara itu satu abad sebelum masa Ba’alwi ini mengklaim diri sebagai Ba’alwi. Maksudnya, sebelum keluarga Abdurrahman Assegaf ini mengklaim bahwa silsilah mereka sama dengan silsilah Ali Bin Jadid dari keluarga Abi Alwi yang terdapat dalam Al-Suluk karya Al-Janadi, dan sebelum mereka mengklaim sebagai keturunan Nabi, maka Ibnu Batutah sudah mendapati orang Nusantara ini memeluk Islam.

 

Ibnu Batutah mengkisahkan, bahwa ketika ia memasuki Jawa (maksudnya Nusantara) di abad ke-delapan Hijriah, ia mendapati penduduk Nusantara sudah memeluk Islam; ia bertemu dengan Sultan Malik al-Dzahir (Sultan Samudra Pasai Aceh). Ibnu Batutah juga menyebutkan bahwa Sultan dan rakyatnya menganut Madzhab Syafi’i; para fuqoha berkumpul bersama Sultan bermudzkarah ilmu (h. 630). Dari situ kita mengetahui bahwa klaim Ba’alwi menyebarkan Islam di Nusantara itu adalah klaim mengada-ada. Nusantara di abad ke-8 sudah memeluk Islam, ketika keluarga Ba’alwi masih gelap dalam sejarah tidak ada yang menyebutkan sama sekali.

 

Ditambah, klaim mereka bahwa para sultan Palembang, Mindanau, Manila, dan walisongo sebagai bagian Ba’alwi adalah palsu, tidak berdasar sejarah apapun. Siapa yang dapat menunjukan satu data primer yang menyebut bahwa Abdul Malik Ba’alwi mempunyai anak bernama Abdullah lalu cucu bernama Jalaludin, lalu cicit bernama Jamaluddin, lalu canggah bernama Ali Nurul Alam, lalu wareng bernama Abdullah Umdatuddin, lalu krepek bernama Sunan Gunung Jati? Tidak ada.

 

Walisongo disambungkan kepada Ba’alwi itu baru diciptakan abad 20 Masehi, ditulis Salim bin Jindan dalam kitab Al-Khulasah al-Kafiyah (juz 1 h. 35) dan dalam kitab Tsamaratul Aqlam, Sebelumnya tidak ada, lalu dicetak dalam hamsiy kitab Syamsudzahirah tahun 1984 M. ada sebuah mansukrip Cirebon yang berangka tahun abad 17 M bernama Negarakertabumi yang menyebut silsilah Waliongo sebagai Ba’alwi, tetapi kemudian terbukti oleh pakar filolog bahwa manuskrip itu adalah palsu, dan baru ditulis 1960-an (masa yang sama dengan Salim Jindan).

 

Bukti juga bahwa catatan silsilah Salim Jindan mengenai Walisongo tidak dapat dijadikan rujukan adalah ditemukannya manuskrip-manuskrip nusantara yang lebih tua yang menyebutkan para walisongo itu adalah keturunan Nabi dari jalur Musa al-kadzim dan Al-jailani. Seperti manuskrip Bangkalan tahun 1624 M, manuskrip Tapal Kuda tahun 1650 M, manuskrip Pamekasan tahun 1700 M. sedangkan silsilah Walisongo menjadi jalur Ba’alwi ini memang baru ditulis oleh Salim bin Jindan antara tahun 1930- 1969 M.

 

Waallahu Alam

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *