Lawan Penguburan dan Pengaburan Sejarah Bangsa…!!!

Lawan Penguburan dan Pengaburan Sejarah Bangsa…!!!

 

Oleh: Husni Mubarok Al Qudusi

Waspadailah kelompok radikal dan intoleran yang berusaha menyusupi generasi muda dengan cara mengaburkan fakta sejarah bangsa Indonesia, mereka bermimikri dengan memiliki tampilan yang sama persis dengan apapun yang dilakukan masyarakat luas.

 

Dalam kasus mimikrinya mereka menjadi nahdliyin banyak kalangan terpesona hingga orang bodoh dari kalangan mereka akan dicium bolak balik tangannya oleh seorang Kiai/Ustd yang berilmu. Hari ini kebohongan mereka di perlihatkan secara terang benderangan oleh Allah lewat tangan netizen yang ikhlas.

 

Kaum radikal dan intoleran kerap berusaha menghilangkan atau mengaburkan sejarah bangsa ini agar para pemuda Indonesia tidak punya kebanggaan terhadap bangsa.

 

Fenomena pengaburan sejarah bangsa ini tidak terjadi tanpa alasan. Ada maksud dan tujuan tertentu yang sering kali tidak disadari. Meski sudah ada undang-undang perlindungan cagar budaya, implementasi perlindungan sejarah manuskrip masih kurang. Akibatnya, pembelokan dan pengaburan sejarah sering terjadi.

 

Sebagai negara yang kaya akan warisan sejarah, peninggalan sejarah tidak hanya membentuk identitas dan budaya bangsa tetapi juga mencerminkan perjalanan masyarakat di masa lalu. Karakter sebuah bangsa dapat dilihat dari sejarahnya, begitu juga jati diri masyarakat yang ada di dalamnya.

 

Memahami pentingnya nilai sejarah bagi sebuah bangsa, kita wajib berupaya kuat untuk menjaganya agar tidak dirusak atau dibelokkan. Jika kita diam, anak cucu dan generasi penerus bangsa tidak bisa dibayangkan masa depannya.

 

Pembelokan sejarah tidak hanya berdampak pada jati diri generasi muda, tetapi juga bisa menghancurkan sebuah bangsa. Bangsa yang kehilangan sejarahnya akan mudah dikendalikan dan dijajah jati dirinya.

 

Sejarah dalam al-Quran disebut dengan istilah kisah, maka penting untuk dipelajari. Hal ini karena di dalamnya, sebagaimana disebut oleh Allah SWT dalam QS Yusuf ayat 111, ada ibrah atau pelajaran. Seberapa benar ibrah atau pelajaran itu didapat tentu bergantung pada seberapa valid sejarah atau kisah itu. Melalui ayat itu pula, Allah menjamin ibrah dari kisah-kisah di dalam al-Quran, seperti kisah Musa dan Fir’aun, kisah Nabi Nuh dan putranya yang tidak mau taat pada perintah Allah, kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya yang luar biasa, kisah Kaum Aad, kisah kaum Tsamud dan kisah-kisah lainnya—pasti benar. Tentu karena  kisah-kisah dalam al-Quran bukanlah cerita yang dibuat-buat.

 

Berbeda dengan kisah dalam al-Quran, sejarah, persisnya penulisan sejarah, selalu mengandung masalah. Sejarah adalah realitas tangan ke dua (second-hand reality) yang sangat bergantung pada siapa yang menuliskan, juga atas dasar kepentingan apa sejarah itu ditulis. Di sinilah, demi memuluskan kepentingan suatu kelompok, kejahatan penulisan sejarah kerap terjadi.

 

Setidaknya ada dua kejahatan penulisan sejarah yang dilakukan dengan tujuan untuk mengaburkan sejarah bangsa dan negara ini, yakni penguburan dan pengaburan sejarah.

 

Pertama: Penguburan sejarah, adalah tindakan meniadakan penulisan sebuah peristiwa sejarah. Peristiwanya ada, tetapi tidak pernah ditulis dalam sejarah

 

Kedua: Pengaburan peristiwa sejarah adalah peristiwa sejarahnya ada, ditulis juga dalam sejarah, tetapi ditulis tidak dengan sebenarnya.

 

Namun kejahatan terbesar Belanda terhadap Indonesia adalah upaya pembodohan terhadap pribumi Nusantara, pembodohan dalam sejarah, pendidikan dan mental. Hakekat sejati dari penjajahan adalah bukan penjajahan kekayaan alam, namun penjajahan mental.

 

Penulis dari Swedia Juri Lina, yang pada tahun 2004 menulis buku kontroversial “Architects of Deception- the Concealed History of Freemasonry”, berpendapat bahwa sejarah Indonesia bukan sejarah asli karena sudah dibengkokkan atau dikaburkan oleh Belanda. Juri Lina mengungkapkan juga bahwa ada tiga cara untuk melemahkan dan menjajah suatu negeri :

 

  1. Kaburkan sejarahnya
  2. Hancurkan bukti-bukti sejarahnya agar tak bisa dibuktikan lebenarannya
  3. Putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya, katakan bahwa leluhurnya itu bodoh dan primitif.

 

Bayangkan jika ketiga hal diatas dilakukan secara konsisten selama 3 abad pada rakyat negeri ini. Belanda benar-benar menerapkan 3 hal diatas. Bayangkan sejak abad 16 hingga 19 berarti pribumi kita tidak mendapat akses ilmu dan penjajahan mental. Sementara bangsa di luar sana berlari kencang.

 

Sisa-sisa dari antek penjajah Belanda masih bekerja sampai hari ini, mereka Habaib Klan Ba’alwi rasis penyembah berhala nasab tetap ngotot mempertahankan privilege (sebuah manfaat atau hak yang diterima oleh beberapa orang karena berada dalam kondisi tertentu, sehingga perlakuan yang ia terima cukup istimewa atau khusus) dalam bidang keagamaan walaupun propaganda mereka sebagai dzuriyah Nabi SAW banyak masyarakat yang menentangnya.

 

Hidup itu bergerak, diam tanda mati…

 

Waallahu Alam.

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *