*Karomah Itu Ada, Tapi Jangan Sampai Keblinger Khurafat!*
Buat yang bilang kita ini nggak percaya karomah cuma gara-gara kita berani ngejelasin fakta soal klan Ba’alwi bukan dzuriat Nabi Muhammad SAW, itu pemahaman yang salah banget. Kita tetap percaya sama karomah, tapi karomah yang benar-benar sesuai syariat dan tidak bertentangan sama akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
*Dalil Percaya Karomah*
Kita ini, sebagai Ahlus Sunnah wal Jama’ah (ASWAJA), memang percaya bahwa karomah itu nyata, dan Allah SWT bisa memberikan keajaiban-keajaiban tersebut kepada para wali. Dalilnya ada dalam Al-Qur’an, misalnya dalam kisah Maryam:
“Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, dia menemukan makanan di sisinya. Zakariya berkata: ‘Wahai Maryam, dari mana kamu mendapatkan (makanan) ini?’ Maryam menjawab: ‘Itu dari Allah.’ Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa hisab.” (QS. Ali Imran : 37)
Nah, ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT bisa memberikan karomah kepada hamba-Nya yang saleh. Tapi perlu dicatat, karomah itu tidak mungkin melanggar syariat Islam atau logika sehat.
*Referensi Ulama Sunni tentang Karomah*
Para ulama Sunni sepakat bahwa karomah itu nyata, tapi nggak asal percaya aja. Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim mengatakan bahwa karomah adalah sesuatu yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa, namun tidak bertentangan dengan hukum syariat.
Syekh Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa juga menegaskan bahwa meskipun karomah itu nyata, kita harus hati-hati membedakan antara karomah yang benar dengan cerita-cerita palsu yang cenderung menyesatkan dan mengarah ke khurafat.
*Karomah yang Bertentangan dengan Syariat*
Contohnya, cerita tentang “karomah” seseorang yang meremas dada istri orang lain buat alasan mistis. Bro, Islam jelas melarang tindakan kayak gitu. Nabi Muhammad SAW sendiri bersabda:
“Setiap Muslim atas Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR.Muslim)
Kalau ada yang mengaku-ngaku karomah sampai melakukan hal yang jelas melanggar kehormatan orang lain, itu tidak masuk akal dan tidak sesuai ajaran Islam. Lalu soal cerita karomah bisa mir’raj 70 kali, itu malah bertentangan sama peristiwa mir’raj Nabi yang hanya sekali dan jadi momen penting dalam sejarah Islam.
*Kritik Cerita Khurafat*
Contoh lain, katanya ada wali yang bisa mundurin pesawat terbang. Bro, kita hidup di zaman modern di mana bandara penuh CCTV dan segala keajaiban kayak gitu pasti viral banget kalau benar terjadi. Faktanya, tidak ada bukti yang kuat, hanya cerita-cerita dari mulut ke mulut yang tidak bisa dioperasikan.
Bahkan Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa kalau ada keajaiban yang diklaim, harus dicek dulu, jangan mudah percaya, apalagi kalau itu melanggar syariat.
*Membedah Kisah Karomah Absurd: Mana yang Bener, Mana yang Nyeleneh*
Nah gan, soal kepercayaan kita sama karomah, ini memang penting untuk dilurusin. Ahlus Sunnah wal Jama’ah percaya bahwa Allah SWT bisa memberikan keajaiban luar biasa kepada wali-wali-Nya yang saleh. Tapi masalahnya, ada cerita-cerita absurd yang nggak cuma nggak masuk akal, tapi juga melanggar syariat, dan kita harus bisa membedakannya.
*1. Karomah yang “Meremas Susu Istri Orang”*
Oke, ini contoh yang paling absurd dan tidak sesuai syariat. Gimana mungkin perbuatan yang jelas-jelas haram, seperti menyentuh aurat istri orang lain, bisa dianggap karomah? Dalam Islam, kehormatan seorang Muslim itu harus dijaga. Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR.Muslim)
Nah, dari sini aja kita tahu bahwa cerita soal “karomah” yang meremas susu istri orang itu jelas bertentangan dengan akhlak mulia yang diajarkan Rasulullah SAW. Bukannya membawa manfaat, cerita semacam ini malah merusak akidah dan menimbulkan fitnah.
*2. Mir’raj 70 Kali*
Cerita mir’raj 70 kali juga nggak masuk akal sehat. Ingat, peristiwa Isra’ Mi’raj yang dialami Nabi Muhammad SAW adalah momen sakral dan sekali seumur hidup. Itu pun diceritakan secara detail dalam Al-Qur’an dan hadits yang mutawatir (sangat kuat) kebenarannya. Kalau ada seseorang yang mengaku mir’raj berkali-kali, di mana buktinya? Kenapa tidak ada rekamannya atau bukti yang bisa berfungsi? Sebagai seorang muslim, kita wajib hati-hati dengan cerita-cerita yang tidak ada dasar kuatnya dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
kita tahu bahwa Rasulullah SAW cuma satu kali aja Mi’raj seumur hidup. Mi’raj ini bukan main-main, Allah SWT sendiri yang ngatur perjalanan ini dengan tujuan yang sangat spesifik dan luar biasa. Beliau naik ke Sidratul Muntaha pakai buraq—kendaraan yang Allah siapkan khusus untuk perjalanan yang tidak mungkin dijangkau manusia biasa. Nah, hasil dari Mi’raj Rasulullah SAW ini juga jelas banget: beliau membawain perintah sholat untuk kita, yang akhirnya jadi tiang agama dan punya kedudukan khusus dalam ibadah.
Sekarang, kita bandingin sama klaim tentang Faqih Muqoddam dari klan Ba’alwi, yang katanya bisa Mi’raj sampai 70 kali dalam semalam. Dan bukan cuma itu, dia disebut-sebut Mi’rajnya naik keledai! Pertanyaan pertama yang langsung muncul: kalau Mi’raj ini hanya simbol amaliyah sholat, kenapa ada detail sampai 70 kali? Terus kenapa harus ada cerita tentang kendaraan keledai sebagai prasarana seperti buraq? Bukankah seharusnya kalau memang itu cuma amaliyah sholat, nggak perlu embel-embel kayak gitu?
Kalau ada yang bilang Mi’raj-nya Faqih Muqoddam ini cuma simbol atau lambang dari sholat, kita masih punya pertanyaan lain: keledai itu simbol apa dong? Kalau perjalanan Faqih Muqoddam ini memang punya makna spiritual, kok pake keledai buat perjalanan ke tempat setinggi Sidratul Muntaha? Rasulullah SAW aja, dengan keistimewaan yang Allah kasih, Mi’rajnya pakai buraq, kendaraan yang nggak ada bandingannya di dunia ini. Jadi, kalau keledai ini memang punya makna simbolis, maknanya apa ya?
Kita juga bisa melihat dari hasil Mi’raj Rasulullah SAW, yang berdampak langsung bagi umat Islam. Mi’raj beliau bukan sekadar perjalanan pribadi, namun menghasilkan perintah sholat yang membawa kebaikan besar bagi umat. Nah, kalau ada klaim Faqih Muqoddam Mi’raj sampai 70 kali, harusnya ada manfaat besar juga buat umat, bukan? Tapi, kalau hanya buat cerita yang tidak punya makna nyata atau manfaat buat orang banyak, kesannya malah kayak dongeng yang susah dinalar.
Jadi, kalau Mi’raj Faqih Muqoddam hanya sekedar amaliyah sholat biasa, kenapa dibikin sampai 70 kali bolak-balik ke Sidratul Muntaha dan pakai keledai? Ini yang membuat cerita itu tampak aneh. Kalau cuma buat sendiri, ya nggak perlu diungkit sampai detail banget kayak gini.
*3. Karomah Mindurin Pesawat Terbang*
Yang ini juga lucu gan. Bandara modern penuh dengan CCTV, sistem keamanan, dan pengawasan ketat. Kalau ada peristiwa “karomah” mindurin pesawat terbang, itu pasti jadi berita besar, viral di media sosial, dan memicu kehebohan. Tapi kenyataannya? Cerita-cerita ini hanya menyebar dari mulut ke mulut, tanpa satu pun bukti yang bisa dipercaya. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk menggunakan akal sehat dan tidak mudah termakan cerita mistis yang tidak masuk logika.
*4. Karomah Matikan Api Neraka*
Nah, ini juga super nyeleneh. Api neraka adalah salah satu bentuk hukuman yang sudah Allah tetapkan. Bahkan Nabi Muhammad SAW tidak pernah menceritakan “mematikan” api neraka, melainkan menyelamatkan umatnya dengan syafaat (membawa mereka keluar dari neraka). Allah SWT berfirman tentang Rasulullah SAW:
“Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya : 107)
Rasulullah SAW adalah pemberi syafaat, bukan pemadam api neraka. Jadi, cerita tentang wali yang bisa matiin api neraka itu jelas tidak sesuai dengan akidah Islam yang benar.
*Kenapa Cerita Kita Tolak Tidak Masuk Akal?*
Jadi, intinya begini: kita percaya karomah itu nyata. Tapi kita nggak asal telan cerita-cerita aneh yang nggak ada bukti atau dalilnya. Syekh Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa mengingatkan kita untuk kritis dan tidak percaya sama cerita khurafat. Islam ngajarin kita untuk pake akal sehat, sesuai firman Allah:
“…maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl : 43)
Kita wajib nanya ke ulama yang bener-bener paham, biar nggak keblinger dan malah melenceng dari ajaran yang lurus.
Jadi, kepercayaan kita sama karomah nggak hilang kok. Tapi kita berpegang teguh bahwa karomah itu tidak mungkin bertentangan dengan syariat atau melanggar logika dasar. Kita diajari untuk seimbang: percaya sama kekuasaan Allah, tapi juga tetap kritis dan tidak mudah termakan cerita-cerita aneh. Tetap jaga akidah, tetap cerdas, dan jangan mudah terperdaya!
*Karomah VS Khurafat*
Kita percaya bahwa karomah itu anugerah dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Tapi kita juga tahu batasnya. Kalau ada cerita-cerita yang melanggar syariat atau tidak masuk akal, ya kita wajib skeptis. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk tetap berpikir kritis dan menggunakan akal sehat.
Intinya, percaya karomah itu wajib, tapi kita juga wajib pakai akal, dalil, dan logika. Jangan mudah tertipu sama cerita-cerita yang berputar. Tetap pegang teguh ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah!