*”Teguran Tegas untuk Gus Miftah: Menjaga Akhlak dan Martabat sebagai Mubaligh dan Panutan Umat”*
*Pendahuluan*
Seorang mubaligh memiliki peran besar sebagai panutan umat, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun akhlaknya. Namun, ketika tokoh agama seperti Gus Miftah mengucapkan kata-kata yang mengomel sesama, bahkan penghinaan, hal ini menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Dalam beberapa momen pengajian, Gus Miftah terlontar ucapan yang tidak mencerminkan adab Islami, seperti:
- *Menghina Pedagang Es The*
“Ambil es tehnya gratis, saya yang bayar. Yang ambil es memang gak punya duit… kere… kere (miskin… miskin).” - *Merendahkan Pengantar Kopi*
Setelah bersalaman dengan pengantar kopi, Gus Miftah berkata, “Ada pasir tidak? Saya harus mandi 7 kali karena bersalaman dengan orang tidak jelas itu.”
Ucapan-ucapan ini tidak hanya menyakiti hati orang yang menjadi objeknya, tetapi juga mencoreng kehormatan dakwah Islam yang seharusnya membawa rahmat, kasih sayang, dan kehormatan bagi semua umat manusia.
Peringatan dari Al-Qur’an dan Hadis
- *Larangan Merendahkan dan Menghina Orang Lain*
Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)…”
(QS. Al-Hujurat: 11)
Mengolok-olok dengan sebutan kere (miskin) dan menyebut orang sebagai tidak jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Ayat ini melarang kita memberi batasan pada orang lain karena hanya Allah yang mengetahui keutamaan seseorang di sisi-Nya.
- *Kesombongan adalah Sifat yang Dicela*
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walaupun sebesar biji sawi.”
(HR.Muslim, no.91)
Ucapan seperti “Saya kaya… Saya kyainya presiden…” dan pelanggaran terhadap pengantar kopi mencerminkan kesombongan yang berpotensi merusak hubungan dengan umat serta menodai akhlak seorang mubaligh.
- *Adab dalam Dakwah: Menghormati dan Memuliakan Semua Orang*
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak memberi salah seorang dari kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya sendiri, apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagai seorang mubaligh, Gus Miftah seharusnya menjadi teladan dalam mencintai dan memuliakan orang lain. Ucapan yang menyakiti hati, baik bercanda maupun serius, bertentangan dengan misi Rasulullah yang diutus untuk menyempurnakan akhlak.
*Pandangan Ulama Sunni Aswaja*
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan pentingnya menjaga lisan:
“Lisan adalah salah satu kenikmatan yang besar, tetapi jika tidak dijaga, ia bisa menjadi penyebab kebinasaan.”
Ibnu Hajar al-Asqalani juga menulis dalam Fathul Bari :
“Orang bijak tidak akan membiarkan lisannya berbicara kecuali hal itu membawa manfaat atau kebaikan, karena setiap kata akan dimintai pertanggungjawaban.”
*Teguran dan Nasehat untuk Gus Miftah*
- *Hindari Ucapan yang Meyakiti*
Sebagai tokoh agama, Gus Miftah perlu lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata, terutama dalam suasana pengajian. Humor yang mencerminkan martabat orang lain tidak sesuai dengan adab Islami. - *Rendahkan Hati dan Bersikap Tawadhu’*
Rasulullah SAW, yang memiliki kedudukan tertinggi di sisi Allah, adalah sosok yang tawadhu’ dan tidak pernah menghina orang lain, bahkan terhadap mereka yang menghina beliau. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk menjaga sikap rendah hati. - *Minta Maaf secara Terbuka*
Ucapan yang telah menyakiti hati masyarakat dan individu tertentu hendaknya diikuti dengan permohonan maaf secara terbuka. Ini tidak hanya menunjukkan sikap ksatria, namun juga membangun kembali kepercayaan umat. - *Meningkatkan Kualitas Dakwah*
Dakwah bukan sekedar menyampaikan ceramah, namun juga menjadi teladan dalam akhlak. Gus Miftah perlu fokus pada peningkatan kualitas dakwahnya agar lebih membawa kemaslahat daripada kontroversi.
*Penutup*
Sebagai umat Islam, kita wajib saling mengingatkan dan menasihati dalam kebaikan. Teguran ini adalah bentuk kasih sayang dan perhatian kepada Gus Miftah agar tetap berada di jalur dakwah yang benar. Ucapan yang melukai hati orang lain tidak hanya menodai hubungan antarsesama, tetapi juga merusak citra dakwah Islam. Semoga Gus Miftah dapat mengambil hikmah dari kritik ini dan menjadi sosok yang lebih baik di depannya.
Wallahu a’lam bish-shawab.