*”Mukibin Ba’alawi: Menyebarkan Kebodohan dengan Klaim Palsu – Inilah Mengapa Mereka Gagal Memahami Ilmu Genetika!”*
*Pertanyaan Mukibin:*
Tes DNA model Imad harus haplo J1, Ring 1 di suku Arab kok haplo G ya dan di Yaman Utara keturunan Bani Hasyim kok haplo E ya, Bagaimana menurut tim Imad?
*Jawaban:*
Bawa contoh “Ring 1” suku Arab dan “Bani Hasyim Yaman Utara” seperti membandingkan nyamuk dengan gajah. Kenapa? Mari kita bahas satu per satu:
*1. Haplogroup J1 Itu Konsensus Ilmiah, Bukan Hanya Opini KH Imaduddin Utsman al Bantani.*
Bukan hanya KH Imaduddin yang mengatakan keturunan Nabi Muhammad SAW itu haplogroup J1—ini sudah dibuktikan oleh penelitian genetika internasional! Banyak ahli genetika dunia, seperti Dr. Michael Hammer, yang menemukan pola haplogroup J1-P58 pada garis keturunan Bani Hasyim. Ini adalah fakta ilmiah berbasis data DNA, bukan sekadar pendapat.
*2. “Ring 1 Suku Arab Kok Haplo G?” Itu Bisa Jadi Kasus yang Berbeda!*
Suku Arab itu sangat luas. Jika kamu menemukan haplogroup G di suku Arab, itu tandanya mereka bukan dari keturunan Bani Hasyim. Arab itu terdiri dari banyak garis keturunan, dan tidak semuanya menggunakan haplogroup J1. Jadi, tidak ada alasan untuk bingung jika ada yang haplo G.
*3. “Bani Hasyim Yaman Utara Kok Haplo E?” Ini Justru Bukti Mereka Bukan Keturunan Nabi!*
Nah, ini malah lebih lucu! Jika ada yang mengaku keturunan Nabi Muhammad SAW di Yaman Utara namun memiliki haplogroup E, itu justru bukti bahwa mereka bukan dari keturunan Nabi Muhammad SAW. Haplogroup E lebih banyak ditemukan di Afrika Utara, bukan di garis keturunan Quraisy. Jadi, klaim mereka justru membuktikan hal itu.
*Kesimpulan:*
Jika kamu menemukan orang yang mengklaim keturunan Nabi tapi haplogroup-nya bukan J1-P58, mereka pasti bukan keturunan langsung Nabi. Jadi, berhentilah membawa contoh yang tak relevan dan mulai gunakan data ilmiah yang konkret!
*Pertanyaan Mukibin:*
“Ring-1” Sadah Bani Syaibah, asyraf yang ternyata memiliki haplogroup yang tidak sama dengan haplogroup rekomendasi Bani Quraish (J-L859). Sadah Al-Shirazi, Sadah Qazwini, Sadah An-Na’imi, dan lainnya, haplogroup mereka adalah G-FTA39054, G-M201, G-L91, G-FGC72255, G-FTB45460. Si Imad bingung melihat fakta ini.
*Jawaban:*
Fakta ini justru memperkuat argumen kita! Mari kita uraikan dengan data ilmiah:
*1.Daftar Sadah Itu Makin Menguatkan Argumen Kita.*
Nama-nama yang disebutkan itu semua klaim nasab berdasarkan lisan dan dokumen, bukan bukti genetika. Setelah dites DNA, ternyata mereka memiliki haplogroup G, bukan J1. Ini justru membuktikan bahwa klaim mereka salah!
*2. Sadah Itu Gelar Sosial, Bukan Bukti Garis Nasab Murni.*
“Sadah” bukan bukti genetika. Gelar ini banyak diberikan karena faktor politik atau pernikahan, bukan karena hubungan darah yang murni dengan Nabi Muhammad SAW. Banyak yang berasal dari Persia atau Turki dan mengklaim keturunan Nabi hanya untuk mendapatkan kehormatan sosial.
*3. Haplogroup G Itu Tidak Berasal dari Jalur Nabi Muhammad SAW.*
Haplogroup J1-P58 itu khas Bani Hasyim. Sedangkan haplogroup G lebih sering ditemukan di Kaukasus, Eropa Selatan, dan sebagian Timur Tengah. Jadi, jika kamu menemukan Sadah dengan haplogroup G, itu artinya mereka bukan keturunan langsung Nabi Muhammad SAW.
*Kesimpulan:*
Klaim nasab tanpa bukti DNA itu kosong. Jadi, klaim bahwa mereka keturunan Nabi hanya berdasarkan dokumen atau gelar sosial tidak akan bertahan terhadap bukti ilmiah. Jika mereka benar keturunan Nabi, mereka pasti memiliki haplogroup J1-P58.
*Pertanyaan Mukibin:*
Ada referensi juga haplo E untuk Bani Idris, Al-Hasani, Bani Thayyib di Yaman Utara. Tesis harus banyak referensi biar tidak disebarluaskan.
*Jawaban:*
Jika ada Bani Hasyim atau Bani Idris yang haplogroup-nya bukan J1-P58, itu berarti ada kesalahan dalam klaim nasab mereka. Mari kita bahas:
*1. Bani Idris dan Bani Thayyib Harusnya Memiliki Haplogroup J1-P58.*
Bani Idris adalah keturunan Bani Hasyim, yang berarti harusnya memiliki haplogroup J1-P58. Kalau ada yang haplo E, G, atau yang lain, berarti mereka bukan dari jalur Nabi Muhammad SAW.
*2. Mengapa Ada “Keturunan Nabi” yang Haplo E atau G?*
Bisa jadi mereka bukan keturunan dari jalur laki-laki Bani Hasyim, bisa juga karena faktor politik, pernikahan, atau klaim sepihak. Banyak orang yang mengaku keturunan Nabi tanpa bukti genetik.
*3. Tesis Butuh Banyak Referensi? Betul!*
Itulah mengapa kami menggunakan data ilmiah, seperti tes DNA, untuk verifikasi nasab. Dokumen atau klaim lisan bisa dipalsukan atau salah. Data ilmiah tidak bisa dimanipulasi.
*Kesimpulan:*
Jika haplogroup-nya tidak cocok dengan J1-P58, berarti klaim nasabnya salah. Ini semakin menguatkan penelitian KH Imaduddin Utsman al Bantani yang berbasis pada data ilmiah. Jangan tertipu klaim kosong tanpa bukti nyata.
*Pertanyaan Mukibin:*
Begini, DNA itu bukan benda mati, itu bukan molekul helix yang rentan berubah dari generasi ke generasi. Imad, Imad nggak pernah belajar.
*Jawaban:*
*1. DNA Itu Stabil, Bukan Seperti Warna Rambut yang Bisa Berubah Sembarangan.*
DNA memang bisa mengalami pengobatan, tapi pengobatannya sangat kecil dan teratur. Haplogroup yang diturunkan melalui jalur Y-DNA (patrilineal) tidak akan berubah drastis. Jika nenek nenek moyangmu J1-P58, kamu tidak akan tiba-tiba menjadi haplo G atau E di generasi berikutnya.
*2. DNA Gak Bisa Bohong.*
Mutasi yang terjadi pada DNA hanya bisa sedikit berubah, dan haplogroup tidak bisa berpindah-pindah dengan mudah. Jadi, jika ada klaim keturunan Nabi dengan haplogroup yang tidak sesuai, berarti mereka bukan keturunan biologis Nabi Muhammad SAW.
*Kesimpulan:*
DNA tidak bisa dimanipulasi atau diubah tanpa alasan yang jelas. Jadi, kalau kamu mengaku keturunan Nabi tapi haplogroup-mu beda jauh, itu tandanya klaimmu salah. Gunakan logika dan bukti ilmiah, jangan cuma klaim kosong! 😎
*PERTANYAAN Mukibin:*
Klo mutasi, efek radiasi, obat-obatan, lingkungan, bisa berubah, tidak bisa dibatasi?
*JAWABAN:*
Mutasi memang bisa terjadi, tetapi tidak mungkin haplogroup Y-DNA berubah dari J ke G atau E dalam satu garis keturunan laki-laki. Mutasi hanya dapat terjadi dalam subclade yang sama, misalnya dari J1 ke subclade J1 lainnya, tetapi tidak dapat melompat ke haplogroup yang berbeda seperti G atau E.
Secara ilmiah, pengobatan SNP (Single Nucleotide Polymorphism) yang menentukan haplogroup terjadi dengan sangat lambat, sekitar 1 mutasi setiap 80-150 tahun, dan itu pun hanya dalam subclade yang sama. Perubahan dari J ke G atau E membutuhkan waktu yang sangat lama, puluhan ribu tahun. Artinya, jika ada yang memiliki haplogroup yang berbeda, itu jelas bukan satu garis keturunan laki-laki.
Jadi, jika ada yang mengatakan “mutasi bisa membuat haplogroup berubah total,” itu seperti mengatakan manusia bisa berubah menjadi spesies lain dalam satu atau dua generasi. Itu tidak ilmiah! 😆
*PERTANYAAN mukibin:*
Fakta yang diberitakan, ternyata ada yang berbeda dengan teori Imad.
*JAWABAN:*
Fakta yang dilaporkan bukan berarti haplogroup bisa berubah dalam satu generasi. Yang benar adalah: ada banyak klaim nasab yang ternyata tidak sesuai dengan hasil DNA, dan ini membuktikan bahwa klaim nasab mereka lemah, bukan karena obat atau faktor eksternal yang membuat haplogroup berubah total.
Jika pengobatan benar bisa menyebabkan haplogroup lompat dari J ke G atau E, mengapa tidak ada satu pun penelitian genetika yang mendukung teori ini? Haplogroup itu stabil selama ribuan tahun, dan jika ada yang berbeda, itu berarti memang bukan satu garis keturunan laki-laki secara langsung.
Jadi yang berbeda itu bukan teori Imad, melainkan klaim-klaim nasab yang ternyata sesuai dengan bukti ilmiah. 🤭
*PERTANYAAN Mukibin:*
Haplogroup itu stabil? Dari kromosom Y, pria, tidak mungkin stabil dari generasi ke generasi. Mudahnya begini, dari Nabi Adam katakan 8000 tahun yang lalu. Melihat berbagai macam suku, ribuan ras, itu menunjukkan perubahan yang signifikan dibandingkan leluhur.
*JAWABAN :*
Jawabannya ngawur gan. Haplogroup itu stabil di jalur paternal (kromosom Y). Memang ada mutasi yang terjadi, namun perubahan yang terjadi sangat teratur dan tidak menyebabkan perubahan haplogroup secara drastis.
Kamu bilang dari Nabi Adam 8000 tahun yang lalu, terus lihat berbagai ras dan suku? Itu namanya adaptasi genetik, bukan perubahan haplogroup. Perubahan fisik terjadi karena seleksi alam dan mutasi kecil pada genom lain, tetapi haplogroup Y tetap bisa ditelusuri dengan jelas tanpa melompat dari J ke G atau E dalam beberapa generasi.
Contohnya, haplogroup J1 (J-L859) punya jejak ribuan tahun yang konsisten dari Timur Tengah, sedangkan haplogroup G lebih tua dan menyebar dari Kaukasus. Tidak ada satu pun penelitian yang menunjukkan bahwa mutasi bisa menyebabkan J1 tiba-tiba menjadi G dalam waktu singkat. Jika ada perbedaan haplogroup, itu berarti memang nenek moyangnya berbeda, bukan hasil mutasi ajaib. 😆
*PERTANYAAN Mukibin:*
“Ada ta haplo J1 di Indonesia menurut Imad, biar saya paham. Hidung pesek, maaf ya, ada yang J1?”
JAWABAN:
Ya, haplogroup J1 ada di Indonesia. Haplogroup ini bukan hanya ditemukan pada satu kelompok atau ras tertentu, melainkan lebih kepada jejak genetika yang diturunkan dari leluhur jauh kita, yang bisa berasal dari berbagai tempat di dunia, termasuk Timur Tengah. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, haplogroup J1, khususnya subclade J1-M267, sudah menyebar luas, dan Indonesia adalah salah satu tempat di mana haplogroup ini ditemukan, terutama pada kelompok yang memiliki hubungan historis atau genetika dengan jalur perdagangan, penyebaran agama Islam, atau migrasi dari Timur Tengah.
Pertanyaan terkait tentang “hidung pesek” —memang, banyak orang berpikir bahwa ciri fisik seperti bentuk hidung bisa berhubungan langsung dengan haplogroup. Namun pada kenyataannya, bentuk hidung atau ciri fisik lainnya dipengaruhi oleh banyak faktor genetik dan bukan hanya oleh satu garis keturunan atau haplogroup. Ciri-ciri fisik ini bisa berasal dari berbagai nenek moyang yang berbeda. Misalnya, seseorang dengan haplogroup J1 bisa saja memiliki ciri fisik yang bervariasi—termasuk pesek hidung—karena faktor genetik yang lebih kompleks dan bukan semata-mata dipengaruhi oleh haplogroup.
Jadi, tidak bisa disimpulkan bahwa orang dengan haplogroup J1 pasti memiliki hidung tertentu atau ciri fisik yang spesifik. Haplogroup lebih fokus pada pola garis keturunan genetika yang turun dari ayah (patrilineal), dan tidak selalu berhubungan langsung dengan ciri-ciri fisik seperti bentuk hidung.
*PERTANYAAN Mukibin:*
“Tapi kok bisa ada J1 di Indonesia?”
*JAWABAN:*
Haplogroup J1 di Indonesia memang ada, dan ini bisa dijelaskan oleh sejarah migrasi manusia. india merupakan tempat bertemunya banyak kelompok etnis dan budaya, dan selama berabad-abad, ada banyak gelombang migrasi dari Timur Tengah, India, bahkan Afrika, yang membawa haplogroup J1. Salah satunya adalah migrasi yang berkaitan dengan penyebaran agama Islam, yang membawa pengaruh besar dari Arab ke Indonesia. Jadi, meskipun kita mungkin tidak selalu melihat ciri-ciri fisik yang sama, haplogroup J1 dapat ditemukan pada kelompok keturunan yang memiliki sejarah atau hubungan dengan wilayah-wilayah tersebut.
*PERTANYAAN Mukibin:*
“Ooh, jadi haplogroup itu gak ada teknisnya langsung dengan ciri fisik ya?”
*JAWABAN:*
Betul! Haplogroup itu lebih berkaitan dengan garis keturunan genetik kita yang diturunkan melalui ayah. Ciri-ciri fisik seperti hidung, warna kulit, atau tinggi badan dipengaruhi oleh banyak faktor genetik lainnya dan bisa bervariasi dalam satu keluarga atau kelompok. Jadi, meskipun seseorang memiliki haplogroup J1, itu tidak berarti mereka akan memiliki ciri fisik tertentu. Haplogroup itu lebih menunjukkan hubungan nenek nenek moyang kita di jalur paterna (ayah), dan bukan ciri fisik yang kita lihat.
*Fakta Ilmiah:*
Tulisan ini secara tegas mengungkapkan bahwa klaim keturunan Nabi Muhammad SAW berdasarkan identifikasi haplogroup yang tidak sesuai dengan J1-P58 adalah salah dan tidak didukung oleh bukti ilmiah. Penelitian genetika internasional yang melibatkan ahli genetika seperti Dr. Michael Hammer membuktikan bahwa keturunan Nabi Muhammad SAW seharusnya memiliki haplogroup J1-P58, yang merupakan ciri khas garis keturunan Bani Hasyim. Sebaliknya, haplogroup lain seperti G dan E, yang ditemukan dalam klaim nasab dari beberapa individu atau kelompok, malah menunjukkan garis keturunan yang berbeda dan lebih terkait dengan populasi di luar Bani Hasyim.
Penggunaan gelar sosial seperti “Sadah” untuk klaim keturunan Nabi tanpa didukung oleh bukti DNA yang sah, serta kesalahan dalam menghubungkan haplogroup tertentu dengan Bani Idris atau Bani Thayyib, hanya memperkuat argumen bahwa klaim-klaim semacam itu tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu, klaim keturunan Nabi Muhammad SAW yang tidak sesuai dengan haplogroup J1-P58 adalah klaim kosong yang tidak dapat diterima.
Dalam konteks ini, pendekatan ilmiah melalui tes DNA dan analisis haplogroup menjadi kunci untuk memastikan kebenaran klaim nasab, sementara klaim tanpa bukti konkret hanya akan mengarah pada penandatanganan dan disinformasi.