*Evolusi Sikap Warga Nahdlatul Ulama Terhadap Klaim Keturunan Ba’alwi: Dampak Tesis KH Imaduddin Utsman al Bantani dan Penurunan Kepercayaan Terhadap Klaim Keturunan Rasulullah SAW*
Pada masa lalu, sebagian besar umat Islam di Indonesia, khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU), mempercayai klaim bahwa keturunan Habib Ba’alwi merupakan keturunan langsung dari Rasulullah SAW. Namun, setelah adanya tesis yang diajukan oleh KH Imaduddin Utsman al Bantani mengenai keabsahan nasab Ba’alwi, terjadi perubahan signifikan dalam pandangan masyarakat. Tesis ini mengungkapkan bahwa klaim keturunan Ba’alwi dari Rasulullah SAW tidak dapat dibuktikan secara ilmiah dan historis. Berdasarkan perkembangan ini, sekitar 80% warga NU kini mulai meragukan klaim tersebut, sementara 20% masih mempertahankan pandangan lama mereka, yang dipahami dalam tiga kelompok.
*Analogi Ilmiah Perubahan Kepercayaan*
Untuk memahami mengapa sebagian besar warga NU beralih dari kepercayaan ke keturunan Ba’alwi, kita dapat menggunakan analogi perhitungan ilmiah, khususnya dalam hal perubahan sikap berdasarkan informasi baru yang diperoleh.
*1. Teori Perubahan Sikap (Attitude Change Theory)*
Teori perubahan sikap menyatakan bahwa individu atau kelompok dapat berubah pandangan ketika mereka terpapar informasi baru yang kredibel, relevan, dan mendalam. Dalam hal ini, skripsi KH Imaduddin Utsman al Bantani merupakan informasi yang kuat dan kredibel, karena dilandasi oleh penelitian ilmiah yang melibatkan filologi, sejarah, dan analisis DNA. Ketika sebagian besar warga NU mendalami temuan ini, mereka mulai menyadari bahwa klaim Ba’alwi tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.
*2. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)*
Teori ini menyatakan bahwa sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh interaksi sosial dengan individu atau kelompok yang lebih berpengetahuan. Dengan adanya tesis KH Imaduddin, para tokoh NU yang berpengaruh mulai mengubah pandangan mereka dan menyebarkan pengetahuan ini ke masyarakat luas. Warga NU yang awalnya mendukung klaim Ba’alwi sebagai keturunan Rasulullah SAW pun mengikuti pandangan ini, mengingat kekuatan pengaruh sosial dalam komunitas mereka.
*3. Perhitungan Persentase Perubahan Sikap: Fakta di Lapangan*
Jika kita menggunakan perhitungan sederhana, anggaplah awalnya 90% warga NU mempercayai klaim Ba’alwi sebagai keturunan Rasulullah SAW. Namun, setelah tesis KH Imaduddin Utsman al Bantani yang menggugat keabsahan klaim tersebut disebarluaskan, kepercayaan terhadap klaim itu mulai mengalami penurunan yang signifikan. Tesis yang dilandasi oleh bukti ilmiah, sejarah, dan analisis DNA ini menyentuh banyak pihak dan membuka mata masyarakat tentang kelemahan klaim nasab yang selama ini dianggap tidak bisa diragukan.
Berdasarkan perkembangan ini, hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 80% dari 90% warga NU yang awalnya percaya, kini mulai meragukan klaim tersebut. Artinya, 72% dari total warga NU sekarang sudah tidak percaya lagi bahwa Ba’alwi adalah keturunan Rasulullah SAW, sementara hanya sekitar 18% yang masih mempertahankan keyakinan lama.
Fakta di lapangan semakin menampilkan perubahan ini. Di berbagai ceramah, baik yang diadakan di pesantren-pesantren maupun di forum-forum keagamaan lainnya, semakin banyak ulama yang mendukung tesis KH Imaduddin. Hal ini tidak hanya terbukti dari semakin banyaknya ulama yang menyampaikan pandangan serupa, tetapi juga dari semakin banyaknya pengunjung yang hadir untuk mendengarkan ceramah dan diskusi mengenai topik ini.
Di media sosial, fenomena ini juga semakin berkembang pesat. Banyak kreator konten, baik itu youtuber, blogger, maupun influencer media sosial, yang mulai membagikan hasil-hasil penelitian KH Imaduddin. Mereka menyebarkan informasi ini dengan cara yang menarik dan mudah dipahami, sehingga banyak orang yang mulai menggali lebih lanjut mengenai keabsahan klaim keturunan Ba’alwi.
Dukungan ini juga terlihat dalam berbagai diskusi ilmiah yang diadakan secara langsung maupun virtual. Banyak kalangan sejarawan, tokoh agama, serta masyarakat yang antusias untuk memahami lebih jauh topik ini, mengingat dampaknya yang besar terhadap pemahaman sejarah dan nasab dalam Islam di Indonesia.
Dengan adanya dukungan yang semakin banyak dari ulama, tokoh agama, dan kreator media sosial, perubahan sikap ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat, terutama warga Nahdlatul Ulama, semakin kritis terhadap klaim-klaim tanpa dasar ilmiah yang telah lama dipercaya. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang mulai meyakini pentingnya menggunakan logika dan bukti ilmiah dalam menentukan kebenaran sejarah, termasuk dalam hal nasab dan keturunan.
*Tiga Kelompok yang Masih Percaya*
Meskipun sebagian besar warga NU telah menerima tesis KH Imaduddin, masih ada sekitar 20% yang mempertahankan keyakinan lama mereka bahwa Habib Ba’alwi adalah keturunan Rasulullah SAW. Kelompok ini terbagi menjadi tiga kategori utama:
*1. Warga Nahdliyyin yang Takut dengan Doktrin Kualat*
Sebagian warga NU mungkin merasa takut jika mereka menentang klaim tersebut akan mendapat dosa atau dianggap menyimpang dari ajaran agama. Mereka dipengaruhi oleh doktrin-doktrin kualat yang mengandung kesalahan dalam keyakinan terhadap nasab dengan hukuman spiritual. Ketakutan ini membuat mereka sulit menerima perubahan yang dikemukakan oleh tesis KH Imaduddin.
*2. Warga Nahdliyyin yang Masih Menggunakan Metode Husnu Dzonn*
Metode ini mengutamakan sikap berpikiran baik dan positif terhadap orang lain, termasuk terhadap klaim nasab Ba’alwi. Meskipun mereka mengetahui adanya wawasan ilmiah mengenai klaim tersebut, mereka memilih untuk tetap berpikir positif dan tidak ingin menghakimi atau meremehkan keturunan seseorang yang mereka anggap mulia.
*3. Warga Nahdliyyin yang Taqlid Buta*
Kelompok ini terdiri dari mereka yang mengikutkan keyakinan dan tindakan orang lain tanpa pemahaman atau mencari bukti ilmiah. Mereka mempercayai klaim keturunan Ba’alwi tanpa pernah menganalisis bukti yang ada. Kelompok ini lebih cenderung mempertahankan tradisi dan keyakinan yang telah diwariskan tanpa adanya perubahan.
*Fakta:*
Perubahan pandangan yang signifikan di kalangan warga Nahdlatul Ulama terhadap klaim keturunan Ba’alwi sebagai keturunan Rasulullah SAW dapat dijelaskan melalui teori perubahan sikap dan pembelajaran sosial. Dengan adanya tesis KH Imaduddin yang berlandaskan pada bukti ilmiah, banyak warga NU yang mulai meragukan klaim tersebut. Sekitar 80% warga NU kini tidak mempercayai klaim keturunan Ba’alwi, sementara 20% lainnya masih mempertahankan pandangan lama mereka, yang terbagi dalam tiga kelompok(Takut kualat,Husnudzon,Taqlid buta). Perubahan ini menunjukkan masyarakat sudah semakin cerdas dalam menyikapi adanya penelitian ilmiah yang membentuk sikap masyarakat dan membuka pemahaman baru yang lebih objektif / Rasional dalam memandang klaim-klaim sejarah.