*MEMBONGKAR SKENARIO TERSEMBUNYI DI BALIK MUKTAMAR PBNU KE-34: DUGAAN MANUVER KH MIFTAHUL ACHYAR UNTUK MENYINGKIRKAN KH SAID AQIL SIRAJ*
Bismillāhir-Raḥmānir-Raḥīm
Dalam Muktamar PBNU ke-34 di Lampung, publik Nahdliyin dikejutkan oleh munculnya informasi dari Prof. Dr. Nadirsyah Hosen—salah satu pimpinan sidang Muktamar—yang membongkar dugaan adanya skenario tersembunyi yang dijalankan KH Miftachul Achyar. Dugaan ini mengarah pada upaya sistematis untuk merusak marwah organisasi NU sekaligus mempermalukan KH Said Aqil Siraj, tokoh sentral dalam dinamika kepemimpinan NU.
🔍 *Pernyataan KH Miftachul Achyar yang Mengundang Kecurigaan*
Sebelum Muktamar, KH Miftachul Achyar pernah menyampaikan pernyataan yang kontroversial:
“Kalau saya terpilih lagi menjadi Rais Aam, saya punya hak veto untuk menolak Kiai Said sebagai calon Ketua Umum PBNU berikutnya. Dan itu pernah saya lakukan ketika saya jadi Rais Syuriyah di Jawa Timur.”
Pernyataan ini mengindikasikan adanya niat politik untuk menutup ruang demokrasi di tubuh NU, sekaligus mencederai etika kepemimpinan yang menjadi ciri khas para masyayikh NU terdahulu.
🧕 *Respon KH Said Aqil Siraj yang Menunjukkan Jiwa Besar*
Dalam salah satu pernyataannya menjelang Muktamar, KH Said Aqil menyampaikan:
“Ini bukan tentang saya. Saya kalah dan dipermalukan tidak mengapa. Tapi ini ada sesuatu yang lebih besar. Kita harus menjaga Nahdlatul Ulama.”
“Saya sebagai Ketua Umum PBNU mungkin pernah melakukan suatu kesalahan, tetapi saya tidak pernah berniat untuk merusak NU.”
Pernyataan ini mencerminkan *kerendahan hati dan jiwa negarawan* dalam menjaga NU dari potensi perpecahan dan infiltrasi agenda yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar Ahlussunnah wal Jama’ah.
⚠️ *Mengapa KH Miftachul Achyar Begitu Membela Klan Al-Kadzab Ba’alwi?*
Dalam polemik klaim nasab palsu yang dilakukan oleh segelintir pihak dari Klan Ba’alwi, KH Miftachul Achyar tampak sangat keras membela mereka, bahkan ketika terbukti:
- Mereka membelokkan sejarah NU,
• Merendahkan martabat para Kiai NU,
• Dan terindikasi memanipulasi figur-figur lokal dengan klaim nasab fiktif.
Kini kita mulai mengerti bahwa pembelaan itu bukan semata soal nasab, tapi diduga kuat bagian dari strategi yang lebih besar untuk menggeser arah NU dari akar historis dan ideologisnya.
❗*PERTANYAAN BESAR UNTUK KITA SEMUA:*
📢 Apakah kita sebagai Warga Nahdliyin akan terus bersikap “sami’na wa atha’na” terhadap KH Miftachul Achyar, ketika arah kebijakannya justru mengakomodasi klaim palsu yang berpotensi merusak warisan para muassis NU?
✋ Apakah kita rela melihat NU dijauhkan dari akar sejarah, disusupi kepentingan asing, dan dijadikan alat politik untuk kepentingan kelompok tertentu?
💡 *SAATNYA BERPANDANGAN CERDAS, WARAS, DAN KRITIS.*
NU bukan milik satu orang atau satu kelompok. NU adalah amanah para pendiri untuk dijaga oleh umat Islam Indonesia yang berpikir jernih dan bertanggung jawab.
Mari kita selamatkan NU dari infiltrasi agenda yang menyesatkan. Jangan biarkan skenario tersembunyi menghancurkan rumah besar kita bersama.