AJARAN HABIB KLAN BA’ALWI MENGARAHKAN UMMAT ISLAM KEPADA KEBODOHAN

Habib ali Sarkan menulis tentang seseorang yang hidup di abad ke-4 H (seperti Ubaidillah) dalam kitab yang ditulis pada abad ke-9 H tanpa merujuk kepada sumber-sumber sezaman atau referensi ilmiah yang valid adalah tindakan yang sangat tidak bisa dipercaya dan tidak ilmiah.
Dalam tradisi ilmu sejarah, setiap informasi yang disampaikan harus memiliki dasar yang kuat berupa bukti tertulis dari masa yang sama, atau setidaknya sangat dekat dengan peristiwa atau tokoh yang disebutkan. Ketika Ali Sarkan menyebut nama Ubaidillah di dalam karyanya pada abad ke-9 H tanpa dukungan dari kitab-kitab sezaman, itu menimbulkan keraguan besar akan keaslian dan keabsahan informasinya.
Keilmuan yang sah menuntut adanya metode penelitian yang jelas, termasuk analisis kritis terhadap sumber-sumber yang digunakan. Jika suatu informasi hanya didasarkan pada dugaan atau tidak memiliki rujukan yang dapat diverifikasi, itu tidak memenuhi standar ilmiah. Mempercayai hal semacam ini sama saja dengan menutup mata terhadap logika dan bukti, yang bertentangan dengan prinsip menggunakan akal dan nalar.
Orang yang tetap percaya pada informasi tanpa dasar ilmiah yang kuat dapat dianggap tidak menggunakan pikirannya dengan baik atau bahkan bersikap bodoh. Mereka mengabaikan akal yang seharusnya memandu dalam memilah mana yang benar dan mana yang salah, berdasarkan bukti-bukti nyata. Dengan demikian, mempercayai sesuatu yang tidak ilmiah adalah bentuk ketidakrasionalan yang merugikan.
Tradisi yang mengajarkan sesuatu tanpa dasar ilmiah atau tanpa referensi yang valid, baik itu dalam bentuk dalil atau sumber sejarah yang kuat, akan membawa manusia pada kebodohan dan kesesatan. Dalam tradisi keilmuan yang benar, setiap informasi harus didukung oleh bukti yang sahih dan dapat diverifikasi. Ini adalah prinsip fundamental dalam setiap ilmu, termasuk ilmu sejarah, nasab, maupun agama.
Ketika seseorang menerima suatu informasi yang tidak memiliki referensi yang valid, mereka mengabaikan kebutuhan untuk berpikir kritis dan menggunakan akal sehat. Misalnya, jika nama seseorang seperti Ubaidillah disebutkan dalam kitab yang ditulis berabad-abad setelah tokoh tersebut hidup, tanpa adanya referensi dari kitab-kitab sezaman, maka informasi tersebut harus dipertanyakan. Mempercayai informasi yang tidak memiliki dasar kuat sama saja dengan menolak akal yang diberikan oleh Allah untuk memandu kita dalam mencari kebenaran.
Tradisi yang tidak berlandaskan ilmu dan bukti hanya akan membentuk pola pikir yang tidak kritis dan mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak benar. Orang-orang yang hidup dalam tradisi semacam ini akan cenderung menerima apa saja yang diajarkan kepada mereka tanpa mempertanyakan atau mencari kebenaran. Ini membuat mereka terjebak dalam kebodohan, karena mereka tidak menggunakan kemampuan berpikir dan meneliti.
Dalam Islam, Allah mendorong kita untuk menggunakan akal dalam mencari kebenaran, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah?” (QS. Al-A’raf: 185).
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menginginkan manusia untuk merenungkan dan memikirkan bukti-bukti, bukan menerima sesuatu tanpa dasar atau dalil yang jelas.
Jadi, mengajarkan sesuatu yang tidak ilmiah atau tanpa referensi yang sahih sama saja dengan menjauhkan manusia dari kebenaran dan mendorong mereka ke arah kebodohan. Tradisi semacam ini harus dihindari agar umat tidak terjebak dalam kepercayaan yang keliru, dan penting bagi setiap individu untuk selalu mencari dalil atau sumber yang valid sebelum mempercayai atau mengajarkan sesuatu.

Klaim-klaim yang tidak masuk akal dan tidak memiliki dasar ilmiah, seperti yang disampaikan oleh sebagian tokoh dari klan Ba’alwi, justru semakin menambah daftar ajaran yang bisa menyesatkan dan membuat umat Islam semakin bodoh. Beberapa contoh seperti:

  1. Pesawat bisa berjalan mundur – Ini adalah klaim yang bertentangan dengan hukum alam dan prinsip fisika yang kita ketahui. Tidak ada bukti ilmiah atau teknis yang mendukung klaim ini. jika dongeng ini benar, mestinya akan menjadi berita viral terkait di bandara sudah terpasang ratusan CCTV dan ribuan pengunjung yang membawa camera.
  2. Faqih Muqaddam melakukan mi’raj (perjalanan spiritual naik ke langit) 70 kali dalam semalam – Ini tidak hanya tidak masuk akal dari sudut pandang fisik, tetapi juga tidak ada dalil yang mendukung klaim semacam ini. Mi’raj adalah peristiwa yang hanya terjadi pada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat khusus dari Allah SWT (itupun Nabi Muhammad s.a.w melakukan mi’raj hanya 1 x dalam hidupnya), ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan berulang-ulang oleh orang lain.
  3. Orang bangkit dari kubur dan bersalaman dengan peziarah – Ini juga merupakan klaim yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam. Menyebarkan keyakinan seperti ini hanya membuat umat jauh dari pemahaman Islam yang rasional dan berbasis dalil.
  4. Matahari bisa ditahan tidak bergerak – Mengklaim bahwa seseorang bisa mengendalikan pergerakan alam semesta adalah khurafat yang tidak sesuai dengan prinsip tauhid, yang mengajarkan bahwa hanya Allah yang mengendalikan segala sesuatu di alam semesta.

Ajaran-ajaran semacam ini, yang penuh dengan dongeng dan cerita-cerita mistis tanpa landasan dalil sahih atau bukti ilmiah, bukan hanya menyesatkan, tetapi juga merendahkan akal dan intelektualitas umat Islam. Islam adalah agama yang mendorong penggunaan akal dan ilmu pengetahuan. Allah dalam Al-Qur’an sering kali mengajak manusia untuk berpikir, merenung, dan mencari kebenaran berdasarkan bukti-bukti yang nyata, baik melalui wahyu maupun melalui alam semesta.

Ketika umat Islam diajarkan untuk mempercayai hal-hal yang tidak rasional dan tidak berdasar, mereka cenderung terjebak dalam takhayul dan khurafat, yang pada akhirnya akan melemahkan kemampuan kritis mereka. Ini akan membuat umat Islam terbelakang dan sulit untuk maju, karena mereka lebih mengandalkan cerita-cerita ajaib yang tidak masuk akal daripada ilmu pengetahuan yang benar.

Selain itu, klaim-klaim seperti ini dapat merusak citra Islam sebagai agama yang rasional dan moderat. Di saat umat lain maju dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam yang terjebak dalam ajaran-ajaran seperti ini akan tertinggal dan terlihat tidak menggunakan akalnya.

Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk menjaga ajaran Islam yang murni, berdasarkan Al-Qur’an, hadits yang sahih, dan pengetahuan yang ilmiah. Menjauhkan diri dari ajaran-ajaran khurafat yang tidak berdasar, seperti yang diklaim oleh sebagian tokoh dari klan Ba’alwi, adalah langkah penting untuk menjaga kemuliaan Islam dan mencegah umat dari kebodohan.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *