Ba Alwi Dan Cacat Logika

Ba Alwi Dan Cacat Logika

Definisi Cacat Logika (Logical Fallacy)

Kesalahan dalam cara berpikir dan menyusun argumen yang menyebabkan kesimpulan yang salah dan tidak masuk akal.

Bentuknya
1. Logika yang keliru
2. Bahasa yang menyesatkan
3. Emosi yang tidak tepat

Asal kata

Istilah fallacy diambil dari bahasa Latin, yaitu fallacia yang berarti deception. Deception dalam bahasa Indonesia artinya tipu muslihat atau penipuan. Dengan kata lain, argumen yang dilontarkan oleh seseorang yang tidak terbukti kebenarannya dan berpotensi menipu orang lain.

Identifikasi
1. terdapat kesalahan dalam logika berpikir
2. biasanya diterapkan dalam argumen
3. ada indikasi kesan menipu kepada orang lain

Jenis dan Contoh

Ada 24 jenis cacat logika dimana Ba’alwi dan Muhibbinnya seolah keranjingan menggunakannya. Hal itu mereka lakukan entah karena DISENGAJA sebagai upaya dari penyesatan sistematis, atau memang TIDAK SENGAJA sebagai bentuk kebodohan semata. Hanya Allah dan mereka sendiri yang tahu motif dan tujuannya. Yang jelas hal ini harus dibongkar demi membebaskan umat dari perbudakan spiritual yang mereka lakukan.

Berikut ini Logical Fallacy tersebut berdasarkan contohnya :

1. AD HOMINEM

Merupakan sesat pikir dimana saat kedua pihak melontarkan argumen, satu pihak malah membahas kepribadian pihak lainnya. Biasanya mereka yang kalah argumen akan mencoba membunuh karakter kepribadian dari lawan argumennya. Contoh ketika sedang meluruskan nasab Ba’alwi, lalu pihak mereka melakukan penghinaan pribadi kepada yang meluruskan.

2. HASTI GENERALIZATION

Bisa jadi ada pihak yang meluruskan nasab Habaib memang memiliki kelemahan secara pribadi atau metodologi. Dan hal ini segera digeneralisasi atau dipukul rata kepada semua pihak yang ikut meluruskannya.

3. STRAWMAN

Biasanya ini metode penyesatan yang memakai penggembira atau supporter. Ketika terjadi adu argumen, ada pihak lain yang menyimpulkan dengan cara yang salah dan digunakan sebagai senjata oleh pihak rekannya.

4. POST HOC

Sebuah argumen dimana suatu pihak terlalu melebih-lebihkan sesuatu dan terlalu mempercayai suatu hal. Tidak cukup itu saja, lawan bicaranya juga ditekan agar ikut mempercayainya.

Misal ketika Ba’alawi menyampaikan bahwa datuknya ada yang Mi’raj ke langit 70x dalam semalam, atau bentuk cerita karomah bombastis lainnya. Dan apabila sampai tidak percaya digeneralisasi seperti orang yang tidak percaya kepada mukjizat Nabi, yaitu orang yang tidak beriman dan tidak berhak dapat syafaat Nabi.

5. CIRCULAR REASONING

Argumen yang terus diulang-ulang tanpa bukti yang kuat. Misal berargumen bahwa Habaib itu nasabnya asli dzurriyah Nabi karena sudah disahkan oleh Lembaga Pencatat Nasab mereka yaitu MDRA. Ketika ditanya apa buktinya? Jawabannya kembali lagi ya karena sudah disahkan oleh RA, dan RA itu lembaga paling shohih sebagai pencatat keturunan Nabi.

6. BURDEN OF PROOF

Jenis sesat berpikir dimana salah satu pihak mengeluarkan tantangan agar pihak lain mengeluarkan bukti dari argumennya. Kalo tidak bisa mengeluarkan maka dianggap argumen pihak penantang lah yang benar. Misal pihak Ba’alwi menantang untuk mengeluarkan dalil bahwa kitab sejaman itu diperlukan demi membuktikan kebenaran nasab. Kalau tidak bisa mengeluarkan dalilnya maka kitab sezaman itu bukan syarat mutlak pembuktian.

Padahal logika berbicara, bila datanya saja gak ada apalagi selama 550 tahun, maka bagaimana mengkonfirmasi kebenarannya lha wong yang mau dikonfirmasi tidak ada datanya.

Ini sama halnya seorang Atheis menantang untuk menunjukkan keberadaan Tuhan, bila tidak bisa menunjukkan maka Tuhan itu tidak ada.

7. BEGGING THE QUESTION

Argumen yang tidak jelas itu pernyataan atau pertanyaan. Sehingga yang mendengar menjadi kebingungan. Bagi mereka yang nalarnya lemah, akan menyerah dan mengikuti arus penyesatannya.

Misalnya, “Nasab Habaib itu jelas seperti Matahari di siang bolong. Bagaimana mungkin mereka berani meragukannya, sedangkan sudah seberang matahari yang terang-benderang !?!”

8. FALSE DILEMMA

Teknik ini sangat efektif, kepada mereka yang lemah nalar atau malas berpikir, yaitu dengan memberikan 2 pilihan yang salah kepada lawan bicaranya.

“Sekarang pilih, kalian ingin dapat syafaat Nabi dengan mempercayai nasab kami, atau memilih bersiko mati kafir bila meragukan nasab kami?”

9. APPEAL TO NATURE

Jenis sesat pikir yang satu ini membuat orang berpendapat kalau semua hal yang alami atau rutinitas adalah baik, benar, dan tidak terbantahkan sama sekali. Contohnya, tiap hari kita melihat bahwa matahari terbit dari timur lalu bergeser ke barat, demikian setiap harinya. Maka disimpulkan matahari berputar mengelilingi bumi dengan arah dari timur ke barat. Padahal kenyataannya bumi lah yang beredar mengelilingi matahari sebagaimana planet-planet lainnya di tata surya kita. Contohnya lagi, di majelis Ba’alwi tiap hari Ratib Al Haddad dibaca, tiap malam jumat Maulid Habsyi dilantunkan dan tiap tahun banyak khoul habib diselenggarakan. Disitu disebutkan berulang-ulang bahwa nasab mereka tersambung ke Nabi SAW melalui garis lurus laki-laki. Maka tidak alasan untuk tidak mempercayainya lagi. Atau wajah mereka yang ‘ngarab’, maka jelas lebih pantas mengaku sebagai keturunan Nabi daripada kyai-kyai pribumi walau sudah mendapat isbat nasab dari Naqobah Internasional sekalipun. Padahal pengulangan ribuan kali belum tentu itu kebenaran bila tidak diuji dengan kaidah yang benar, dan wajah saja tidak bisa menentukan kebenaran dari suatu keturunan, yang benar yaitu dari kajian pustaka dan genetika.

10. ANECDOTAL

Yaitu dengan menggunakan pengalaman pribadi dan sampel tertentu secara subjektif untuk pembenaran. Misal dia ke majelis Habib Umar bin Hafidz di Tarim Yaman, dan disana diakui beliau seorang cucu Nabi. Kemudian ke Dubai datang di Majelis Habib Ali Jufri dan disana pula diakui sebagai keturunan Nabi. Demikian pula ketika ke Habib Zein bin Sumaith di Madinah, dan habib-habib lain di Malaysia, India atau di Oman. Semua murid-murid dan sekitarnya mengakui semua habaib itu adalah cucu Nabi. Maka tidak ada alasan bahwa di Indonesia menolaknya. Harusnya tanya seseorang itu benar keturunan Nabi ya ke keluarga besarnya dan di lembaga yang valid, yaitu di Naqobah Saadatul Asyrof Yaman dan Iraq sebagai asal Negeri Leluhur yang diklaimnya.

11. AD IGNORANTUM

Hampir sama dengan menggeneralisasi tetapi terpaku pada satu subjek saja. Misal dalam suatu kitab yang berdekatan dengan masa hidup kakek mereka disebutkan nasab putra Sayyid Ahmad bin Isa hanya 3, tidak ada nama kakek mereka Ubaidillah. Lalu di Kitab tersebut nasab sayyid yang lain tidak disebutkan, maka seketika diyakini nasab yang lain itu juga batil, atau kitab tersebut tidak valid. Padahal mengkaji sesuatu itu harus banyak kitab. Karena bisa jadi nasab yang ikut dituding palsu pula itu ternyata disebutkan di banyak kitab nasib lainnya yang sezaman. Tujuan dari penyesatan ini adalah mengalihkan perhatian dengan membuka konflik baru.

12. THE GAMBLER’S FALLACY

Kesesatan yang bersifat perjudian dan mengajak orang berpikir sempit. Seperti himbauan seorang Habib kepada jamaahnya agar jangan ikut-ikutan bertanya atau menghiraukan segala polemik nasab mereka. Dengan alasan sebentar saja hal tersebut ramai, nanti juga akan reda dengan sendirinya. Ini penyesatan untuk menghibur diri dan bagi mereka yang ditipu-daya olehnya.

13. MIDDLE GROUND

Mengajak agar orang lain netral. Karena belum jelas mana yang benar dan mana yang salah. Dalam polemik kekinian, mereka menggunakan kalimat, “LEBIH BAIK SALAH MENCINTAI DARIPADA SALAH MEMBENCI.” Kalimat ini adalah salah satu bentuk penyesatan nyata. Mengajak orang netral di situasi yang salah, sama halnya dengan mendukung kebatilan. Dan kalimat tersebut adalah jebakan dari dua pilihan yang tidak tepat. Bagaimanapun mencintai yang salah dan perbuatan yang dilaknat Allah adalah ikut menjadi bagian dari mereka yang terlaknat pula ! Harusnya kalimatnya dirubah : “JANGAN SAMPAI SALAH, BAIK MENCINTAI ATAU MEMBENCI, KARENA INI TERKAIT HAL YANG DILAKNAT ALLAH DAN ROSULNYA !!!”

14. FALSE CAUSE

Kita diajak untuk mengaitkan sesuatu yang tidak ada kaitannya sama sekali. Misal, suatu daerah terkena bencana alam karena masyarakatnya tidak ramah pada habaib.

15. APPE TO POPULARITY

Penyesatan yang mengajak orang percaya karena disetujui oleh banyak orang. Dalam kaitan dengan isu nasab Habaib, mereka memakai kaidah SYUHROH wal ISTIFADHO. Sesuatu yang sudah masyhur dan tersebar maka itu adalah kebenaran yang tidak perlu dibantah lagi. Padahal apabila Nasab ini adalah bagian dari ilmu, maka suatu ilmu harus mau dan bisa diuji terus menerus. Apabila tidak mau diuji maka itu bukan ilmu, tetapi doktrin. Ketika Galileo Galilei menabrak kaidah diatas terkait Heliosentrisnya yang menabrak paham Geosentris, maka dia sejatinya telah menolak penyesatan model diatas.

16. SLIPPERY SLOPE

Adalah kesalahan tentang hukum sebab-akibat. Contohnya, “Apabila engkau berani meragukan nasab Ba’alwi maka itu sama halnya berani meragukan nasab seluruh keturunan Nabi SAW.”

17. BANDWAGON

Sama dengan Appeal to Popularity yaitu hal yang sudah umum dianggap sebagai suatu kebenaran dengan tujuan menggoyahkan semua argumen yang berlawanan. Padahal umum di suatu daerah belum tentu diterima sebagai hal yang umum di daerah lainnya. Contohnya, mari kita tanyakan keumuman Ba’alwi sebagai dzurriyah Nabi di negeri asalnya Yaman sana. (https://youtu.be/sHOHQ4AhEGM?si=IvKIIcAHOthulb-c)

18. THE FALLACY FALLACY

Yaitu penggiringan opini bahwa ketika suatu klaim dibantah dengan cara yang buruk maka argumen tersebut adalah salah. Misal ada seorang yang bahasanya tidak sopan mempertanyakan nasab Ba’alwi, seketika dicap bahwa dia telah tidak benar tindakannya. Kesimpulannya, penyesatan dengan diarahkan lebih melihat tampilan daripada isi atau substansi.

19. APPEAL TO EMOTION

Suatu penyesatan dengan memanipulasi emosi orang lain. Misalnya kini Kaum Ba’alwi telah melakukan playing victim, atau merasa menjadi korban. Bahwa dengan isu nasab ini mereka merasa nasab mereka dibegal dan diadu-domba dengan ulama-ulama pribumi Nusantara. Padahal sesungguhnya merekalah yang selama ini berlaku arogan, rasis, membelokkan sejarah, melakukan belah-bambu, dan mengadu-domba bangsa ini.

20. AMBIGUITY

Penyesatan dengan pengkaburan argumen. Misalnya, “Kenapa kok sekarang banyak orang yang usil ngurusin nasab Habaib, apa mereka kurang kerjaan?” Padahal merekalah yang selama ini kurang kerjaan membelokkan nasab orang lain dan koar-koar di setiap mimbar bahwa nasab mereka paling mulia sementara yang lain lebih rendah derajatnya.

21. PERSONAL INCREDULITY

Menggiring agar orang lain tetap tidak tahu dan mengikuti si penyesat. “Sudahlah kalian jangan ikut-ikutan, karena ilmu nasab ini bera. Karena hanya orang yang alim dan bersih hatinya yang bisa memahaminya. Kalian juga harus mengerti tentang negeri Yaman dengan segala kondisinya selama ratusan tahun ini. Kalau kalian belum alim dan bersih hatinya, apalagi tidak pernah ke Yaman dan tahunya hanya dari internet, maka jangan coba-coba untuk ikut-ikutan ribut masalah ini, pasti kalian akan tersesat !” Padahal masalah nasab ini adalah hal yang sangat mudah pembuktiannya, apalagi di zaman yang mutakhir seperti sekarang. Dimana komunikasi dengan Naqobah Dunia atau bepergian antar negara dan mendapatkan data juga lebih mudah. Dan tak lupa ilmu genetika sudah demikian mutakhirnya dengan tes DNA.

22. TU QUOQUE

Adalah penyesatan dengan berbalas kritikan. Ketika dikritik keabsahan nasabnya, maka mereka membalas dengan kritikan juga yang jauh lebih pedas dan sarkastik. Teknik ini berguna untuk membangkitkan semangat dan ego dari manusia-manusia yang suka keributan dan pendek nalarnya. Dengan cara ini kebenaran substantifnya seketika teralihkan dan lenyap dari fokus kajiannya.

23. GENETIC

Yaitu penyesatan dengan menyerang latar-belakang dari penyampai argumen. Misal dengan direndahkan namanya, bentuk fisiknya, pendidikannya, asal daerahnya, keluarganya, dan hal lainnya yang tidak ada hubungannya dengan materi pokoknya.

24. SPECIAL PLEADING

Penyesatan dengan mengecualikan dirinya lewat serangkaian keistimewaan palsu. Misal, “Siapa saja boleh diragukan nasabnya kecuali nasab kami. Karena kami lah yang paling tertib dalam menjaga nasab, memelihara pernikahan dan mencatat silsilah keluarga kami.” Padahal sejatinya yang bernarasi seperti itu adalah dusta belaka. Dimana nasabnya itu hanyalah rakitan, pernikahannya pun demi kedok rasisnya, dan catatan keluarganya cuma klaim sepihak dan telah terbukti putus ratusan tahun lamanya !!!

Semoga bermanfaat dan membawa kewaspadaan bagi semua pihak. MERDEKA !!!

Rahayu Nusantaraku, Salam Sejahtera, Wassalamu’alaikum wr.wb,

(KRAT. FAQIH WIRAHADININGRAT, 1 Suro – 2024 Masehi)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *