“Benarkah Walisongo Keturunan Habaib Klan Ba’alwi? Fakta Mengejutkan Ini Mengungkap Kebenarannya!”

*”Benarkah Walisongo Keturunan Habaib Klan Ba’alwi? Fakta Mengejutkan Ini Mengungkap Kebenarannya!”*

 

Apakah Walisongo Bermarga Azmatkhan dan Bagian dari Keluarga Habaib (Ba’alwi)?

Tidak Benar Berdasarkan Bukti Sejarah dan Kajian Ilmiah:

*1. Tidak Ada Sumber Primer yang Menyebutkan Walisongo Bermarga Azmatkhan*
Nama marga Azmatkhan baru muncul dalam karya-karya Salim bin Jindan seperti Al-Khulasah al-Kafiyah (1969 M) dan dalam cetakan kitab Syamsuz Zahirah (1984 M). Karya kedua ini muncul jauh setelah masa hidup Walisongo, yang berada pada abad ke-15 hingga 16 M. Oleh karena itu, klaim bahwa Walisongo berasal dari marga Azmatkhan atau keluarga Ba’alwi tidak memiliki dasar dari sumber sejarah primer.

 

*2. Kronologi Kedatangan Habaib dan Walisongo*
Habaib Ba’alwi diketahui baru tiba di Indonesia sekitar abad ke-19 (tahun 1880-an). Sementara itu, Walisongo hidup beberapa abad sebelumnya, yaitu pada abad ke-15 hingga 16 M. Dengan demikian, mustahil Walisongo merupakan bagian dari keluarga Habaib atau marga Azmatkhan.

 

*Kajian Manuskrip Nusantara*

*A. Manuskrip Jawa yang Mengklaim Walisongo Keturunan Ubaidillah*
Beberapa manuskrip seperti Negara Kertabumi (1698 M) dan Purwaka Caruban Nagari (1720 M) pernah diasosiasikan sebagai bukti bahwa Walisongo adalah keturunan Ubaidillah. Namun, penelitian mendalam menyimpulkan bahwa manuskrip ini kemungkinan besar palsu.

Menurut Majalah Tempo edisi 22 Oktober 1988, manuskrip Negara Kertabumi terbukti merupakan dokumen yang dibuat pada abad ke-20. Bahkan Prof.Dr.Hoesein Djajadiningrat dalam disertasinya tahun 1913 tentang sejarah Banten tidak menemukan kedua manuskrip ini. Hal ini memperkuat dugaan bahwa manuskrip tersebut baru dibuat setelah masa penelitian Djajadiningrat.

 

*B. Gelar Nama Walisongo*
Nama dan gelar yang digunakan Walisongo menunjukkan keterkaitan mereka dengan wilayah Maghrib (Maroko) dan Asia Tengah, bukan Yaman. Contoh gelar “Maulana Maghribi” menunjukkan asal-usul mereka dari Maghrib. Selain itu, penggunaan gelar seperti “Makhdum” (contohnya Sunan Bonang dan Sunan Gunung Jati) menunjukkan kaitan dengan tradisi Ahlul Bait di Asia Tengah.

 

*Dari Perspektif Arsitektur dan Genetik*

  1. Bukti Arsitektur
    Masjid-masjid peninggalan Walisongo, seperti Masjid Demak, mencerminkan pengaruh arsitektur Asia Tengah, khususnya dari tarekat Kubrawiyah yang berkembang di Uzbekistan. Tidak ada indikasi pengaruh Hadhrami-Yaman dalam arsitektur tersebut.
  2. Hasil Analisis DNA
    Penelitian DNA menunjukkan bahwa:
  1. Haplogroup G didirikan pada Habaib klan Ba’alwi, yang berasal dari suku Kaukasus/Yahudi Askenazi.
  2. Haplogroup J1 ditemukan pada keturunan Walisongo, yang sesuai dengan DNA Bani Hasyim (suku Quraisy, leluhur Nabi Muhammad SAW).

Hasil ini menunjukkan perbedaan genetis yang signifikan antara Walisongo dan Habaib Ba’alwi, memperkuat argumen bahwa Walisongo tidak berasal dari Hadhramaut, Yaman.

 

*Manipulasi Kitab Suci dan Sejarah*

*A. Kitab dan Manuskrip yang Dimanipulasi*
Menurut KH Imaduddin Utsman al-Bantani, klaim bahwa Walisongo terkait dengan Ba’alwi baru muncul pada abad ke-20. Salim bin Jindan mencatat hal ini dalam kitabnya, namun penelitian filologi menunjukkan banyak inkonsistensi dan manipulasi. Sebaliknya, manuskrip Nusantara yang lebih tua seperti manuskrip Bangkalan (1624 M) dan manuskrip Pamekasan (1700 M) menyebut Walisongo sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW melalui jalur Musa al-Kazhim dan Abdul Qadir Al-Jailani.

*B. Distorsi Sejarah oleh Kolonial Belanda*
Belanda diduga sengaja memanipulasi sejarah untuk menghapus identitas asli leluhur bangsa Indonesia, termasuk Walisongo. Hal ini dilakukan agar masyarakat kehilangan kepercayaan pada warisan leluhur mereka.

*Kesimpulan*

Berdasarkan analisis sejarah, manuskrip, arsitektur, dan DNA, klaim bahwa Walisongo merupakan bagian dari keluarga Habaib Ba’alwi atau bermarga Azmatkhan adalah *tidak benar*. Walisongo memiliki asal-usul yang lebih dekat dengan Maghrib (Maroko) dan Asia Tengah, serta secara genetis terkait dengan Bani Hasyim, leluhur Nabi Muhammad SAW.

*Referensi Ahli dan Pakar*

  1. KH Imaduddin Utsman al-Bantani – Penelitian filologi dan sejarah terkait klaim Ba’alwi.
  2. Prof.Dr.Hoesein Djajadiningrat – Disertasi kritis sejarah Banten.
  3. Dr. Sugeng Sugiarto – Analisis genetika Haplogroup.
  4. Dr Michael Hammer – Penelitian genetika populasi.
  5. Prof. Dr. Anhar Gonggong – Sejarawan Indonesia, kajian manipulasi sejarah oleh kolonial Belanda.

Dengan demikian, penting bagi masyarakat untuk memahami fakta sejarah yang valid dan menjaga warisan leluhur Walisongo sebagai bagian integral dari sejarah Islam di Nusantara.

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *