“Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!” (Bung Karno)
Musuh Dalam Selimut
Tidak ada lawan paling berbahaya, melainkan orang terdekat. Demikian juga bagi NU. Harusnya NU waspada terhadap siapa saja yang tiba-tiba mendekatinya, bahkan mengaku saudaranya.
Sejarah mencatat, tidak ada 1 orang pun kaum Ba’alwi atau Habaib Imigran Yaman yang terlibat dalam pendirian NU. Maklumlah di tahun 1926 mereka masih menikmati menjadi jongos Kolonial. Bahkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 pun mereka tidak mendukungnya. Malah 2 bulan kemudian mendirikan organisasi eksklusif dan rasis bernama Robithoh Alawiyah. Yang katanya untuk mencatat nasab keluarga mereka demi meneguhkan dirinya sebagai keturunan Nabi di Nusantara. Walaupun nyatanya di Yaman organisasi ini tidak ada. Karena jelas, nasab mereka tidak pernah diakui sebagai bagian keluarga Keturunan Nabi di Yaman. Sejak awal kedatangan mereka, hingga beberapa penguasa Yaman berikutnya. Nasab mereka laksana fatamorgana di padang pasir, ibarat menganyam ilusi di cakrawala dan ‘mimpi basah’ di siang bolong. Demi tujuan utamanya, yaitu motivasi materi dan fasilitas mewah dari kolonial, yang membuat kaum imigran ini ‘ngeyel’, ngotot harus diakui sebagai Cucu Nabi. Secara by design mereka memang didatangkan demi kepentingan penjajahan itu sendiri. Ngaku Cucu Nabi kok malah jadi jongos penjajah Kafir Harbi dan ikut menindas pribumi yang mayoritas ummatnya Nabi !!!
Dalam tradisi Islam berfaham Ahlussunnah wal Jama’ah di Nusantara, NU relatif memiliki doktrin yang lebih kental dalam penghormatan kepada keturunan Nabi SAW. Dan sebagai manhaj yang paling banyak dianut, maka harus ditaklukkan !!! Caranya?! Doktrin yang kuat itu harus ditunggangi. Karena segala paham yang tidak mampu bersimbiosis dengan nilai dan tradisi Nusantara tidak laku dan sulit berkembang. Contohnya paham Wahabisme, karena sifatnya yang kaku, puritan dan tekstual, sehingga resinstensi penolakannya sangat kuat. Maka supaya laku, caranya adalah susupi NU, strateginya?
1. NU pewaris ajaran Walisongo, maka akui Walisongo sebagai keluarga dan berleluhur dari Ba’alwi Yaman pula (baca Kitab Nasab Ba’alwi Syamsu Dzohiro, dalam tahqiq Diya Shahab versi Van Den Berg, orientalis Belanda).
2. Bangun hubungan kekerabatan pernikahan dengan keluarga Walisongo. Tentu saja karena mereka penganut Patriarkhi (supremasi garis nasab laki-laki) & metode Rasis, maka nikahi putri-putri Ulama Nusantara. Agar generasi berikutnya sudah menjadi peranakan Ba’alwi. Ke depan ras campuran ini diharapkan akan lebih tunduk ke ideologi Ba’alwi dan bekerja demi kepentingan ras mereka.
3. Rampoklah sejarahnya, dengan mengarang rangkaian sejarah palsu. Contohnya : Klaim BA’ALWI yang merestui pendirian NU, yang menjadi pelopor kemerdekaan, pencipta lambang negara Burung Garuda, pencetus Bendera Merah-Putih, pentakwil Hari Proklamasi, dan serangkaian dongeng sampah lainnya yang jauh dari kebenaran. Cara ini efektif karena NU menganut semboyan Hubbul Wathon Minal Iman, cinta tanah air adalah sebagian dari iman.
4. Kuasailah gerakan keruhanian utama dari NU, yaitu THORIQOT. DAHULU, jejak sejarahnya jelas, Mufti Batavia jongos Belanda, Utsman bin Yahya, terbukti berfatwa memberi stempel sesat kepada gerakan Thoriqoh. Namun KINI, mereka membajak JATMI dan membegalnya dengan JATMAN. Keduanya jam’iyyah ahli thoriqoh-nya NU. Tidak cukup itu, mereka lalu mengangkangi banyak Thoriqoh yang telah masyhur mu’tabaroh level dunia, dengan membuat Thoriqoh baru bernama Alawiyah (seolah mereka pewaris utama dari Sayyidina Ali). Dimana mursyidnya yang tidak jelas jejaknya di dalam gerakan sufi dunia, adalah Alfaqih Muqoddam Ba’alwi yang didongengkan melebihi Nabi mampu Mi’raj 70x ke langit. Sejarah Thoriqoh telah dirubah, dibajak dan dibelokkan.
5. Yang terakhir, dalam upaya menghabisi NU dari dalam yaitu memasukkan sebanyak mungkin oknum Ba’alwi ke dalam tubuh Kepengurusan NU. Dengan teknik ini seolah mereka membuat 2 lapak dagangan. Dimana oknum yang garis keras diwadahi melalui FPI (organisasi terlarang yang terindikasi pro-khilafah dan teroris). Sedangkan yang lain, bermain peran dengan wajah moderat. Mereka bermanis muka menyusup dan merangkul melalui Kyai-Kyai NU yang bermental inlander. Kyai yang mudah dirayu dan dilumpuhkan nalarnya, segera memberi mereka ruang dan posisi. Hingga pada akhirnya situasi rumah besar NU tidak akan sama lagi. Seperti rumah yang dulunya damai telah disatroni penyamun bertopeng polisi. Kemudian, terjadi saling sandera kepentingan dan adu-domba di internal. Kalau ini dibiarkan, lama-kelamaan tidak saja semua panggung dan narasi keagamaan direbut mereka. Bisa jadi kepengurusan di posisi paling strategis PBNU pun akan diambil-alih mereka. Bila ini terjadi, maka sisa-sisa residu Kolonial tersebut akan mampu bertransformasi menjadi bom nuklir yang mengancam Nusantara tercinta kita !!!
NU Benteng Nusantara
Ketika project Zionis dengan segala proxinya mampu meluluhlantakkan banyak negeri. Dan hampir saja Indonesia pun pada dekade silam mengalami nasib serupa. Namun dengan kokohnya berbagai ormas yang cinta NKRI, terutama NU, maka hingga detik ini Indonesia masih baik-baik saja. Bahkan mampu berpacu di dalam kemajuan. Misalnya kini masuk di dalam negara ekonomi terkuat dunia kelompok G-20, dan mampu membangun infrastruktur yang masif di seluruh pelosok negeri (bandingkan dengan para negara korban proxy Zionis yang hancur-lebur). Serta pastinya mampu menata sumber daya alamnya, yang dulu banyak dikuasai asing kini kembali ke pangkuan ibu pertiwi melalui renegoisasi dan hilirisasi.
NU adalah BENTENG INDONESIA, karena bersama NU 4 Pilar Kebangsaan didukung dan ditancapkan dalam sanubari umatnya. Hingga sampai diplesetkan PBNU adalah singkatan dari Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945. Atau dapat dijabarkan : NU teguh kepada NKRI harga mati, yang berlandaskan ideologi Pancasila, dengan diimplementasikan melalui Konstitusi UUD 1945, serta komitmen kebangsaan BHINNEKA TUNGGAL IKA.
Pertanyaannya : Beranikah para oknum BA’ALWI yang katanya moderat untuk bersikap sama?
Yaitu berkomitmen denga harga mati yang sama bagi NKRI, PANCASILA, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika?
Jawabannya : OMONG KOSONG !!!
Mengapa?!?
Karena syarat utama agar mampu berkomitmen demi 4 pilar Kebangsaan diatas haruslah dengan KEMANUSIAAN, KEADILAN DAN KESETARAAN !!!
Dengan sistem rasisme dan segregasi kelas warisan penjajah, maukah mereka mengakui bahwa rasnya setara dengan seluruh etnik di Nusantara?
Jawabannya : Pastilah kami ini berbeda, ras kami lebih mulia karena membawa darah Nabi SAW !!!
Padahal hanyalah PALSU DAN TIPU-TIPU BELAKA !!!
Narasinya memang harus TEGAS, karena menghadapi manusia yang penuh topeng dan tidak tahu-diri dibutuhkan sikap jelas dan lantang.
Sebelum mereka mampu menunjukkan HASIL ISBAT NASAB dari NAQOBAH PENCATAT NASAB NABI dari NEGARA ASAL LELUHURNYA dan BERANI TEST DNA untuk DIKOMPARASI dengan KELUARGA AHLIL BAIT di seluruh dunia, maka selama itu pula seluruh manusia layak meragukan dan menolak klaim kosong mereka !!!
Ba’alwi Adalah Rayap
Ibarat bangunan, NU adalah benteng bagi Nusantara. Selama benteng itu kokoh, maka terjangan musuh dari manapun akan menemui kegagalan. Namun apabila benteng itu telah digerogoti RAYAP, yang mengikis pondasi dan elemen-elemen bangunannya. Niscaya lama-kelamaan benteng itu akan rapuh dan mudah runtuh hanya dengan serangan yang ringan dari luar.
Rekomendasi Penulis:
1. Pumpung rayap itu belum merajalela, dan melemahkan sendi-sendi dari NU itu sendiri, segera NU melakukan studi komprehensif bersifat keilmuan terkait kaidah PERNASABAN KETURUNAN NABI. Adalah ironi dan inkonsistensi pabila sudah menggaungkan FIQIH PERADABAN tapi malah menolak kaidah keilmuan di dalam menjaga kesucian nasab Nabinya.
2. NON-AKTIFKAN dulu oknum-oknum Ba’alwi yang menjadi pengurus di tubuh NU dari seluruh tingkatan. Agar tidak bias dan tersandera kepentingan. Mengingat OBYEK yang akan dikaji adalah klaim nasab mereka sebagai Cucu Nabi.
3. Setelah kajian lengkap dan tuntas, buatlah RISALAH dan keputusan yang jelas. Agar ummat tercerahkan dan tidak terulang kembali menjadi korban perbudakan spiritual dengan modus kapitalisasi nasab Nabi SAW.
4. Semaksimal mungkin rangkul dan LIBATKAN NEGARA. Karena ini menyangkut stabilitas kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Apalagi nantinya diperlukan dukungan hubungan diplomatik dengan negara-negara Islam, yang mana terdapat Naqobah Internasional pencatat nasab Nabi di masing-masing negara tersebut.
5. Berdayakan kampus dan lembaga penelitian, agar kajian ini masuk di dalam ranah yang bermartabat dan akuntabel. Dengan dikaji secara ilmiah dan formal, maka sulit untuk dibelokkan narasi sesat atau framing jahat dan oleh oknum-oknum picik yang biadab. Karena untuk mengakhiri kebiadaban memang harus dengan cara beradab. Dan mematahkan modus jahiliyyah mutlak harus mengembalikan kepada logika akal sehat. NU adalah ormas Islam terbesar di dunia, wajar bila menjadi representasi dari wajah Islam itu sendiri. Adalah naif bila menolak kajian ilmiah dan problem solving yang beradab !
Demikian, yang bisa penulis sampaikan melalui tulisan yang lugas ini. Sebagai wujud keresahan dari mayoritas warga NU, ummat Isam dan kaum beragama yang menghendaki kedamaian di bumi Nusantara ini. Semoga mampu ditelaah dengan positif oleh para pemangku kebijakan. Baik di level Ormas maupun Pemerintah.
“Apa kekurangan kita? Kekurangan kita adalah kurangnya percaya diri sebagai suatu bangsa sehingga kita menjadi penjiplak luar negeri dan kurang mempercayai satu sama lain.”
(BUNG KARNO)
Wassalamu’alaikum wr.wb, Salam Sejahtera, dan Rahayu Nusantaraku !!!
Penulis: KRAT. FAQIH WIRAHADININGRAT