Catatan Silsilah Trah “Jumadil Kubro” di Jawa Hingga ke Sunan Makdum Jamil/Jamnga
Sumber: Serat Salasilah Para Loloehoer ing Kadanuredjan, 1989/1932: 102-105
- Syekh Maulana Jumadil Kubro menikah dengan Siti Fatimah al-Makkawi.[1]
- Putra yang lahir dari perkawinan ini, yang nomor 6, bernama: Syekh Maulana Abujidin/Imam Muhammad Apandi al-Kubro,[2] yang bersahabat dengan Syekh Abdul Qodir al-Jailani sekaligus berguru dengan sang wali quthbul aqthab itu.[3] Lalu ia ditunjuk menjadi guru oleh sang wali quthbul aqthab.
- Syekh Maulana Abujidin/Imam Muhammad Apandi al-Kubro datang ke Pulau Jawa, dijuluki: Sunan Tuding.
- Setelah itu ia dilantik menjadi imam di Campa.[4]
- Syekh Maulana Abujidin/Imam Muhammad Apandi al-Kubro menikah dengan Siti Saripah binti Syekh Wadi di Jeddah.
- Putra perkawinan ini, salah satunya: Syekh Jidin.
- Syekh Jidin berputra: Syekh Jahidin.
- Syekh Jahidin berputra: Syekh Ngabdulkubro.
- Syekh Ngabdulkubro berputra: Sunan Makdum.
- Sunan Makdum beristri putri Sultan Sirajuddin di Campa.
- Setelah Sultan Sirajuddin meninggal, Sunan Makdum menggantikan mertuanya. Di sini ia memakai nama: Sultan Makdum Tajuddin al-Kubro, berkedudukan di Campa.
- Sunan Makdum/Sultan Makdum Tajuddin al-Kubro berputra: Sunan Makdum Jamnga.[5]
- Sunan Makdum Jamnga menggantikan ayahnya, lalu memakai nama: Sultan Makdum Jamnga Tajuddin al-Kubro II, di Campa.
- Sultan Makdum Jamnga Tajuddin al-Kubro II beristri putri Sunan Atasangin II.
- Perkawinan ini melahirkan 3 orang putra:
- Sayid Makdum Atas Abungali Saddar al-Kubro. Ia menjadi Sultan Cempa III (Sultan Tajuddin al-Kubro III).
- Sayid Asmanapi Atas bin Jamnga. Ketika masuk ke Pulau Jawa dijuluki: Pangeran Pujangga.
- Sayid Dahrunapi Atas Bin Jamnga Kaji Maulana. Ketika masuk ke Pulau Jawa, ia disebut: Pangeran Atasangin.
- Sayid Asmanapi Atas bin Jamnga/Pangeran Pujangga beristri putri Sultan Ngusmanakid Jahidu al-Akbar (Sultan Modang ing Cirebon).[6]
- Putra-putri yang lahir dari perkawinan ini adalah:[7]
- Kyai Adipati Wiraudaya. Ia menjadi Bupati Pakuwan Wirasaba I. Ia hidup semasa dengan Prabu Brawijaya V, Raja terakhir Majapahit.
- Kyai Rangga Sidayu. Ia dimakamkan di Sidayu Ngadipala. Tokoh inilah yang nanti melahirkan anak-turun di Sokawati yang menurunkan terus hingga Rangga Prawirasentika.
- Nyai Ageng manggora, tinggal di Truka, meninggal di Banyumas.
- Nyai Ageng Tojapakis, tinggal di Truka, meninggal di Banyumas.
- Nyai Ageng Donan, tinggal di Truka, meninggal di Banyumas.
- Nyai Ageng Tinebah. Ia diperistri Arya Suwangsa bin Brawijaya V.[8] Arya Suwangsa disebut juga Kyai Ageng Wotsinom. Ia awalnya adalah murid Pangeran Pujangga. Lalu masuk Islam dan diambil mantu oleh gurunya itu.
- Kyai Gede Buwara.
- Urutan silsilah Syekh Maulana Jumadil Kubro hingga Sayid Asmanapi Atas bin Jamnga/pangeran Pujangga adalah seperti ini:
Syekh Maulana Jumadil Kubro → Syekh Maulana Abujidin/Imam Muhammad Apandi al-Kubro/Sunan Tuding → Syekh Jidin → Syekh Jahidin → Syekh Ngabdulkubro → Sunan Makdum/ Sultan Makdum Tajuddin al-Kubro I → Sunan Makdum Jamnga/Sultan Makdum Jamnga Tajuddin al-Kubro II → Sayid Asmanapi Atas bin Jamnga/Pangeran Pujangga.
Demikian tinjauan dari data yang saya miliki. Perlu diteliti lagi dengan sumber-sumber lain untuk menguatkan. Lagi pula, di atas tidak ada keterangan di manakah “Sunan Makdum Jamil/Jamnga” dimakamkan.
Wallahu a’lam.
Yogyakarta, 10 Juni 2024
mya
[1] Di Serat Salasilah tertulis: Siti Patimah Kamakawi.
[2] Di Serat Salasilah tertulis: Imam Muhammad Apandi Dinikubro.
[3] Perlu dicek masa kehidupan dan kematian Syekh Abdul Qodir al-Jailani. Apakah memang tokoh ini bertemu dengan sang quthbul aqthab itu?
[4] Ada kemungkinan “Campa” yang dimaksud di dalam khazanah Jawa-Islam adalah: Aceh/Dunia Melayu.
[5] Ada kemungkinan bahwa yang dimakasud ”Sunan Makdum Jamnga” ini adalah “Sunan Makhdum Jamil”.
[6] Kemungkinan kuat tokoh inilah yang disebut sebagai “Makhdum Jamil” menantu Sunan Gunung Jati.
[7] Di Serat Salasilah dikatakan putranya ada 8, namun, yang tercatat ada 7.
[8] Hasil pernikahan Brawijaya V dengan istri selir nomor 30.