DNA Fingerprint, Momok Bagi Kriminal Dan Maling Nasab (Bagian 1)

“I would rather be a little nobody, then to be an evil somebody !”

(Saya lebih suka menjadi bukan siapa-siapa, daripada menjadi orang yang jahat ! –

Abraham Lincoln)

ISLAM DAN IPTEK

NU sebagai Ormas Islam terbesar di dunia, telah memulai sebuah langkah besar di Nusantara. Dengan penggunaan Kajian IPTEK terkait nasab/keturunan.

Melalui Keputusan Muktamar XXXI di Boyolali, nomor : VI/MNU-31/XII/2004. Tentang Bahtsul Masail Al-Diniyyah Al-Waqi’iyyah, Penetapan Nasab (Keturunan) Berdasarkan Tes Deoxyribo Nucleic Acid (DNA).
Berawal dari pertanyaan, apakah Tes DNA dapat dimanfaatkan untuk dasar hukum dalam ilhaqun nasab (menetapkan keturunan) sebagaimana al-qiyafah? Dan hasil Bahtsul Masailnya, adalah BISA untuk MENAFIKKAN ilhaqun nasab, tetapi belum tentu bisa untuk menentukan ilhaqun nasab.

Sumber Referensi :

Ahkâm al-Fuqahâ’ : Hasil-Hasil Keputusan Muktamar dan Permusyawaratan Lainnya 1345H/1926M – 1427H/2006M, diterbitkan oleh LTN PBNU, Februari 2010, [Masalah Nomor 434], hlm. 109-115.
Solusi Problematika Aktual Hukum Islam Keputusan Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2010), Penerbit Khalista, Surabaya, April 2011, [Masalah Nomor 437], hlm. 624-631.
Studi kasus, misal seorang anak yang menuntut hak waris kepada seseorang yang dianggap bapaknya. Bisa batal ketika hasil Tes DNA dia gagal. Sedangkan untuk menetapkan nasab tidak bisa otomatis dengan memakai tes DNA. Hal ini terkait status anak hasil kehamilan diluar nikah. Bisa jadi dia anak biologis, tetapi silsilah nasabnya bermasalah apabila diluar pernikahan yang syah. (https://jombang.nu.or.id/bahtsul-masail/hamil-di-luar-nikah-dan-melahirkan-begini-status-anak-dan-nasabnya-menurut-fiqih-bzPqO)

Harapan penulis, ke depan segera diperluas bahtsul masailnya sebagai payung fatwa di bidang agama :

Bisa menetapkan pula status nasab secara biologis, walau penetapan secara syar’i-nya masih debatable. Hal ini penting untuk misi kemanusiaan, misal untuk deteksi penyakit bawaan dan solusi pengobatannya.
Terkait nasab manusia paling mulia dalam Islam, yaitu Nabi Muhammad SAW. Mampu menetapkan dan membatalkan klaim seseorang apabila tidak sesuai dengan kajian Sejarah, Pustaka maupun Genetika. Artinya penetapannya tidak boleh berdiri sendiri, harus berhubungan dengan keluarga besar Nabi di seluruh dunia. Dan NU menjadi pelopor serta mobilisatornya dari Indonesia. Hal ini penting sebagai tanggung jawab menjaga kesucian Nabi dan keluarganya. Dan tentu saja menghindarkan penipuan kepada ummat. “Ulama adalah pewaris Nabi, dan bagaimana pantas menjadi pewarisnya bila tidak mampu menjaga kesuciannya !”
Dalam konteks sejarah masa silam, sebenarnya Islam pernah menjadi penguasa peradaban dunia. Pada Abad Pertengahan. Yaitu kala Eropa masih gelap gulita, dipenuhi mistis dan mitos. Sementara di lain tempat, kota-kota dari Imperium Abbasiyah dan Andalusia telah terang-benderang. Baik secara kemajuan IPTEK-nya, maupun barisan para ilmuwan kelas wahidnya. Meski demikian, kenyataannya secara fisik, memang kota-kota tersebut penuh dengan lentera dan lampu yang gemerlapan. Paling gemerlap di masanya seantero mayapada. Sebabnya mereka telah mampu mengolah minyak bumi karena kemajuan ilmu kimia dan geologinya.

Dan di jaman itulah Sayyid Ahamad bin Isa Al-Abah An-Nafath dari Iraq, seorang pengusaha minyak, eksis dan kaya-raya. Beliau tidak bergelut di bidang agama maupun politik. Sehingga bebas konflik dan bisa fokus sebagai saudagar yang sukses. Bahkan memiliki gelar ‘An-Nafath’ (minyak tanah, gasoline). Kelak beliau Sang Cicit Nabi dari jalur Imam Husain, yang dalam sejarah kurang terkenal sebagai agamawan tersebut. Akan diklaim sekelompok manusia berhaplogroup Y-DNA G untuk menjadi datuknya dan konon hijrah ke Yaman. Padahal itu hanyalah dongengan kosong belaka. Kaum itu sudah kita kenal bersama yaitu Klan Habaib Ba’alwi Yaman, yang banyak jadi imigran di Nusantara kita. Dan kini mereka akan menjalani sebuah episode yang sulit dan rumit. Diantara kebesaran jiwa atau kepalsuan. Yaitu tentang sebuah pengakuan, apakah berharap Rahmat Tuhan ataukah mempertahankan kemuliaan semu semata. Apakah tetap akan menganyam kisah dan merakit dusta sebagai keturunan Nabi, padahal hanyalah keturunan Khazari. Ataukah nantinya mau jujur dan berlapang dada. Mari kita tunggu bersama untuk menjadi saksi sejarah. Ingatlah Islam itu agama kesetaraan. Tak peduli ras dan latar-belakang, siapa saja punya peluang yang sama. Jadi hamba Tuhan yang mulia asal mau bertaqwa.

Terkait nasab Kaum Habaib Ba’alawi Yaman, sebenarnya sudah banyak ulama dari masa ke masa yang mengingatkannya. Misal Syarif Makkah (Penguasa Mekkah era Utsmani) Sayyid Aun Arrofiq Al Hasani pada abad 19, juga Sayyid Ali At Tanthowi Al Husaini dari Al Azhar tahun 1985. Dan teguran secara Ilmu Genetika, juga sudah dilakukan, misal oleh Ahli Genetika Yaman, Abdullah Al Shuaibi. Bahkan dengan tegas menyebut mereka bukan orang Arab dan sebagai keluarga keturunan Yahudi. (Lihat : https://defense-arab.com/vb/threads/82232/page-6455). Dan informasi tersebut bisa didapatkan dengan mudah karena sudah bukan menjadi rahasia lagi.

Negara-negara Islam secara umum, kini memang tertinggal di bidang IPTEK dari peradaban Barat. Bahkan juga dari peradaban ras mata sipit macam Jepang, Cina dan Korea. Hal ini akibat terlalu berpegang teguh kepada ‘nilai lama’, serta kurang tanggap terhadap ‘nilai baru’. Sehingga selalu tertinggal dan semakin tertinggal. Dalam penentuan nasab, atau silsilah keturunan misalnya. Lembaga ke-Ulama-annya, terkesan gagap IPTEK, dan setengah-setengah di dalam mengambil metodologinya. Memang di Timur-Tengah sejak tahun 2000-an sudah mulai mengkaji dengan Ilmu Genealogi. Namun belum berani melakukan penetapan dengan tegas terhadap mereka para pencangkok nasab Nabi SAW. Harusnya ketika Kajian Sejarah, Pustaka dan Genetika sudah terbukti gagal, maka palu harus diketok tanpa pandang bulu. Ibaratnya, pumpung para Serigala (baca : pemalsu nasab nabi) yang berbulu domba tidak memangsa habis dombanya (menyesatkan dan menipu ummat hahis-habisan).

Kenyataan dari kebanyakan mereka, yang mengkapitalisasi nasab Nabi, selain berlaku arogan juga minim ilmu. Tanpa standar keilmuan yang jelas, tiba-tiba mereka tampil di banyak mimbar. Lalu memberi fatwa yang tentu saja jauh dari pencerahan kepada umat. Yang ada, ummat disuruh tunduk dan menjadi budaknya. Lalu pada gilirannya, NU sebagai tempatnya eksis dan mencari makan pun dihujat. Kyai-kyai Nusantara direndahkan, agar marwahnya hancur di depan umatnya sendiri. Dengan dalih kami (habaib) lebih mulia karena membawa darah Nabi, sementara para kyai walau alim hanyalah orang ajam. Mereka lupa bahwa Kyai-Kyai yang mereka hina, justru yang membawa darah Walisongo dan sebagian Raja-Sultan Nusantara. Namun leluhur mereka mengajarkan bahwa ilmu dan adab, jauh lebih penting dari nasab. Selanjutnya, bahkan mereka sudah berani merongrong negara. Dengan mengajak umat mempersoalkan segala sesuatunya agar wibawa negara terkikis dan hancur. Andai mereka benar setia kepada NKRI, beranikah mereka teriak : NKRI Harga Mati, Pancasila Harga Mati, UUD’45 Harga Mati dan Bhinneka Tunggal Ika Harga Mati ?!? Tentu mereka akan berat hati, karena syarat dari itu semua adalah KESETARAAN. Sedangkan mereka merasa rasnya yang paling mulia, bagaimana mungkin bicara kesetaraan !!!

Lihatlah bagaimana ceramah di mimbar dan majelis mereka sungguh sesat dan menyesatkan. Penuh hujatan dan cacian, semua serba salah di mata mereka para pemilik kebenaran dan pemegang kunci surga. Sesungguhnya, penipuan yang dibungkus ajaran agama, tak ubahnya pemanis buatan. Rasanya teramat manis dan bikin kecanduan. Namun berbahaya dan menjadi sumber penyakit dalam jangka panjang.

Mari kita cermati Sabda Nabi SAW berikut ini :

سَيَأتِي عَلَى النَّاس سَنَوَات خَدَّاعَات، يُصَدَّق فِيهَا الكَاذِب ويُكَذَّب فِيهَا الصَّادِق، ويُؤْتَمَن فِيهَا الخَائِن ويُخَوَّن فِيهَا الأَمِين، ويَنْطِق فِيهَا الرُّوَيْبِضَة، قِيْلَ: ومَا الرُّوَيْبِضَة؟ قَالَ: الرَّجُل التَّافِه في أمْر العَامَّة

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah dikhianati, dan berbicara di zaman itu para Ruwaibidhoh.” Ditanyakan, siapakah Ruwaibidhoh itu? Beliau bersabda, “Orang bodoh yang berbicara dalam masalah ke-ummat-an.” (HR. Al-Hakim)

Sampai Jumpa di Bagian-2,

Wassalamu’alaikum wr.wb, Salam Sejahtera dan Rahayu Nusantaraku !

(KRAT. FAQIH WIRAHADININGRAT)
Sumber: https://rminubanten.or.id/dna-fingerprint-momok-bagi-kriminal-dan-maling-nasab-bagian-1/




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *