Mereka menginginkan agar manusia tidak mengingkari perbuatan mereka, bahkan agar manusia benar-benar pasrah kepadanya, serta membuat alasan bahwa dongeng keajaiban-keajaiban mereka tersebut adalah karamah yang dimiliki oleh orang-orang yang shalih.
Iblis telah memasukkan perangkapnya kepada suatu kelompok manusia, dimana mereka membuat dongengan-dongengan tentang karamah-karamah para wali untuk menyokong keadaan mereka, padahal kebenaran tidak membutuhkan sokongan dari kebatilan, dan Allah akan menyingkap perbuatan mereka ini melalui para Ulama.
Mereka akan terus menerus seperti itu sampai-sampai mereka mengaku memiliki sesuatu yang sebenarnya khusus dimiliki oleh Allah saja. Seperti mengetahui hal-hal ghoib dan dapat mengetahui isi lauhul mahfud dan dapat membacanya, serta mengatur alam semesta beserta galaxinya, atau mereka berbuat keharaman lalu mengatakannya sebagai karamah
Contoh yang kesatu :
Di dalam buku “Tadzkiirin Naas” ada perkataan Ahmad bin Hasan Alatas yang dikumpulkan oleh Abu Bakar Alatas bin Abdillah bin ‘Alwy al-Habsyi (1393 H), adapun teksnya sebagai berikut :
Sayyidi (Tuanku) (Maksudnya : Ahmad bin Hasan Alatas) bercerita tentang al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya bahwasanya ketika beliau sampai di kota Malibar, beliau menemui al-Habib ‘Alwy bin Sahl dan di dalam rumahnya beliau melihat gambar-gambar burung dan seekor ayam jantan dan juga yang lainnya. Lalu …. Al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya berkata : Wahai tuanku, sesungguhnya kakek kalian bersabda : “Pada hari kiamat nanti para pemilik gambar-gambar akan dipaksa untuk meniupkan ruh ke dalam gambar-gambar tersebut”. Al-Habib ‘Alwy bin Sahl berkata : Apakah anda masih memiliki perkataan lain selain perkataan ini? Al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya menjawab : Tidak. Lalu dia mengatakan : Maka Al-Habib ‘Alwy bin Sahl meniup gambar-gambar tersebut dan tiba-tiba ayam jantan berkokok dan burung-burung berkicau. Maka al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya menyerahkan keadaan tersebut dengan pasrah kepada Al-Habib ‘Alwy bin Sahl. [buku “Tadzkiirin Naas” hal. : 155].
Contoh yang kedua :
Di dalam buku “al-Jawaahir” asy-Syaikh Abu Bakr Taajul Akaabir, cetakan Darul Fikr al-Hadiits di Kairo, pada halaman : 28. Manakib ini dikumpulkan oleh Abdullah bin Ahmad al-Haddaar tahun 1391 H, dan dia adalah cucu yang keempat dari asy-Syaikh Abu Bakr bin Salim (yang dikenal dengan bangsa Bin Syeikh Abu Bakar).
Sang pengarang, Abdullah bin Ahmad al-Haddaar berbicara tentang asy-Syaikh Abu Bakr bin Saalim, seraya menyebutkan namanya, kemudian tempat dan tanggal lahirnya, dia juga menyebutkan siapa saja guru-gurunya serta menyebutkan berbagai pujian dari para ulama yang semasa dengannya.
Kemudian dia menyebutkan sebuah pembahasan dengan judul : “Pujian para ulama terhadap Syaikh Abu Bakr bin Saalim sebelum kelahirannya dari jalan Kasyf (menyingkap tabir ghaib)” Di antara orang yang memuji asy-Syaikh Abu Bakr bin Saalim sebelum kelahirannya adalah as-Sayyid al-Wali al-Mukaasyif al-‘Aarifbillah Ahmad bin ‘Alwy al-Majdzuub bin Abdirrahman as-Saqqaaf yang tinggal di daerah Maryamah, dikubur di kota Tarim, dia juga pernah mendatangi pinggiran kota ‘Inaat arah barat daya sebelum kemakmurannya, daerah itu dipenuhi oleh pohon-pohon dan bebatuan yang banyak, baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Kemudian dia berdiri di tempat itu seraya mengatakan : (Akan lahir seorang anak yang akan memiliki kedudukan yang tinggi, dia akan tinggal di sini dan akan menolong masjid-masjidnya, tempat shalatnya, sebagaimana yang ada di buku “Faidhil Asraar”) Di dalam buku “Az-Zahrul Baasim fi Rabaa al-Jannaat” yang dikarang oleh al-‘Allaamah al-Muhaqqiq asy-Syaikh Abdullah bin Abu Bakar Qadary Basy’aib, dia mengatakan : (Disinilah, sesungguhnya as-Sayyid ‘Alwy yang telah disebutkan diatas, mengatakan : (Inilah masjidnya, dan dia akan shalat disini, serta akan tinggal di tempat ini, seraya menunjuk ke arah sebagian lokasi. Ini rumah-rumah dan tempat tinggalnya, maka benar-benar asy-Syaikh Abu Bakr Saalim membangun rumah-rumah dan masjid pada lokasi yang telah ditunjukkan oleh as-Sayyid ‘Alwy).
Di dalam buku “Majmu’atus Sayyid al-‘Allaamah al-Kabiir al-Imam ‘Ali ibn Muhammad al-Habsyi” secara ringkas dia mengatakan : Pada permulaan tanah al-Mushif di kota al-Qasam al-Imam al-‘Aarif billah Shahibul Kasyf al-Jaly al-Khariq al-Habib Muhammad bin Ahmad Jamalullail menunjuk ke arah kota ‘Inaat seraya mengatakan : Nah disinilah akan muncul keturunan kita, tempat-tempat ziarah, dan kubah-kubah. Perkataan ini sebelum kelahiran asy-Syaikh Abu Bakr bin Saalim radhiallahu’anhum ajma’in). Syaikhul Haqiqah dan Imaamut Thariqah serta Raja, berkata : semua wali pada masanya yaitu al-Habib Abu Bakar bin Abdillah al-‘Iddrus penguasa ‘Adn berkata: Purnama kebahagian telah dekat kemuculannya Dan benar-benar akan nampak Jika dia telah muncul, maka bintang-bintang yang meluncur akan mentaatinya Meskipun agak terlambat Cabang dan pokok pertumbuhan akan bersatu Sedangkan bunganya akan berbuah. Yang di maksud di dalam bait-bait syair ini adalah asy-Syaikh Abu Bakr bin Saalim berdasarkan kasfyf rabbany (penyingkapan ketuhanan).
Asy-Syaikh Abu Bakr bin Salim menyenandungkan sebuah syair untuk mengingat kenikmatan dan dukungannya dalam hal penyingkapan ghaib yang dilakukan oleh para imam tersebut, semoga Allah menjadikannya bermanfaat sebagai suatu penetapan dan pengakuan: Cahaya purnama telah menyinari langit dan bumi Sungguh telah disebutkan keutamaanku sebelum aku disebut.
Contoh yang ketiga :
Penulis buku “al-Masyra’ ar-Rawy” (Buku “al-Masyra’ ar-Rawy fi Fadhooil Aali Baa’alwy” ) penuh dengan dongeng-dongeng khurafat. Seandainya ada seorang penuntut ilmu yang mumpuni, mau mengkhususkan diri untuk membacanya, lalu mengeluarkan darinya dongeng-dongeng khurafat, kemudian membantahnya dengan metode ilmiah, niscaya didalamya ada kebaikan yang besar.
Menyebutkan bahwasanya asy-Syaikh Abdullah Ba’abbaad bertanya kepada ‘Alwy bin al-Faqiih al-Muqaddam tentang yang dia lihat melalui kasyf (penyingkapan tabir ghaib) setelah bapaknya wafat, maka ‘Alwy bin al-Faqiih al-Muqaddam berkata : “Nampak bagiku tiga perkara : Saya menghidupkan dan mematikan. Saya mengatakan kepada sesuatu : “kun (jadilah)”, maka akan jadi. Dan saya mengetahui perkara yang akan terjadi”. [Dinukil dari buku “Ziaroh Hud ‘alaihissalaam lisy-Syaikh Ahmad al-Mu’allim” (kunjungan nabi Hud ‘alaihissalaam kepada asy-Syaikh Ahmad al-Mu’allim-pent.]. Abdullah Ba’abbaad berkata : “kami menghadap yang lebih dari ini semua” (2/21).
Jika masih ada yang lainnya silahkan isi di kolom komentar….
Waallahu Alam