Saya benci diskriminasi dan segala manifestonya. Saya bertarung sepanjang hidup saya, saya bertarung sekarang dan sampai akhir hayat saya.
(Nelson Mandela, Pemimpin Afrika Selatan, pendobrak Sistem Rasis Apartheid)
DUSTA DI ALAM KEMERDEKAAN
“Di dalam darah kami mengalir darah Rosulullah, awas hati-hati kalian dalam memperlakukan golongan kami !”
“Rosulullah itu kakek ane atau kakek ente?”
“Kami adalah majikan kalian. Kami adalah pemilik bangsa. Kami adalah pemilik kedaulatan.”
Kalimat-kalimat model penyesatan seperti diatas banyak kita dengar dari ocehan Kaum Ba’alwi dan bertebaran jejaknya di media sosial serta media mainstream nasional.
Suatu doktrin penyesatan, yang dimulai dari tahapan :
Mengaku berdarah mulia karena membawa keturunan Nasab Nabi Muhammad SAW. Nabinya Ummat Islam, yang merupakan mayoritas di negeri ini.
Kemudian memprodusir dalil-dalil agama akan keutamaan mereka sebagai keturunan Nabi SAW. Sekaligus dalil ancaman, pabila tidak percaya apalagi berani melawan segala doktrin sesat mereka. Misalnya tidak akan mendapat syafaat Nabi di akhirat, atau tidak diterima segala amal kebajikannya, dan yang paling fatal adalah MATI KAFIR atau SU’UL KHOTIMAH.
Kemudian mereka memprodusir klaim sejarah sebagai pejuang bangsa dan ikut andil di dalam momen-momen menuju kemerdekaan. Padahal nyatanya Zonk dan Nihil. Justru merekalah antek Belanda, datang atas settingan Belanda, bekerja untuk Belanda, berfatwa demi kepentingan Belanda, bahkan menerapkan politik paling rasis melebihi Belanda hingga sekarang setelah Bangsa Indonesia jauh telah merdeka. Mengapa jauh melebihi Belanda? Karena mereka membungkusnya dengan Dalil Agama, dengan merampok otoritas pemilik kebenaran tertinggi berdasarkan rasisme keturunan. Walaupun nyatanya itu palsu dan dusta belaka. Bila tidak palsu, buktikanlah silsilah nasabnya bersambung dalam kitab-kitab nasab, atau mampu menghadirkan isbat nasab keturunan Nabi dari Naqobah Internasional terutama Yaman dan Iraq sebagai negeri yang dicangkoknya, serta pembuktian Genetika apakah sama mereka dengan keluarga Nabi di Timur-Tengah sana. Dan hasilnya? NOL BESAR ! Pembohong seperti ini jelas mengkhianati PANCASILA dan BHINNEKA TUNGGAL IKA.
Setelah sebagian ummat yang mati akalnya dan teracuni doktrin sesat tersebut menjadi pengikutnya, mulailah bicara tentang Politik dan Kekuasaan. Diawali dari penyesatan sejarah Bangsa dan klaim jahat bahwa mereka bersaudara dengan Trah Walisongo dan Kesultanan Nusantara. Sehingga merekalah para tuan dan majikan di Nusantara, yang berhak dapat apa dan dalam posisi dimana. Padahal sesungguhnya itu DUSTA BESAR DAN KEBOHONGAN YANG BIADAB !!!
KESIMPULANNYA :
Apapun pergerakan politik mereka, baik di dalam partai Politik, atau di dalam organisasi keagamaan maupun sosial, termasuk pembagian oknum mereka yang menyebar dalam perhelatan Pilpres dan Caleg, adalah LAYAK DIWASPADAI. Sebelum mereka dengan jujur mengakui kebohongan klaim nasab dan sejarah mereka. Maka sebelum itu dilakukan, baik mereka yang bertopeng radikal maupun moderat, sejatinya sedang membagi peran untuk infiltirasi dan memecah-belah Kemanusiaan dan Kebangsaan di bumi pertiwi Indonesia.
Maka pahamilah pesan abadi dari Ronggowarsito (pujangga besar Nusantara) berikut ini :
“Amenangi zaman edan
Yen ora melu edan ora keduman
Ati tansah nelangsa
Ananging dilalah kersane Allah ta’ala
Sak begja-begjane wong kang lali
Luwih becik wong kang eling lan waspodo !”
Jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, seperti ini :
Menyaksikan zaman edan
Ketika tidak larut dalam kegilaan, tak bisa mengecap kenikmatan
Maka hati jadi remuk susah
Namun karena rahmat Allah
Seberuntung-beruntungnya orang yang lupa
Lebih baik orang yang ingat dan waspada !
SEJARAH RASISME NUSANTARA
Di era Kolonial Hindia Belanda muncul istilah “Pribumi” yang diterjemahkan dari bahasa Belanda Inlander. Tahun 1854 pemerintah Kolonial Belanda mencetuskan istilah “Pribumi” untuk menyamakan beragam kelompok penduduk asli di Nusantara saat itu terutama untuk tujuan diskriminasi sosial.
Selama masa Kolonial Belanda mereka menanamkan Rezim Segregasi (pemisahan) rasial tiga tingkat, yaitu:
Ras kelas pertama “Europeanen” (Eropa kulit putih) dan pribumi Kristen atau katolik.
Ras kelas Kedua “Vreemde Oosterlingen” (Timur Asing) seperti Tionghoa, Arab, India maupun non-Eropa.
Ras kelas ketiga “Inlander” yang diterjemahkan menjadi pribumi.
(https://id.quora.com/Siapakah-yang-dimaksud-dengan-inlander-pada-zaman-Belanda)
Karena sebutan itu sangat Rasis di jamannya maka muncullah penolakan dari Kaum Nasionalis. Dimana sebutan Inlander dirubah menjadi Indonesier. Pribumi menjadi Bumiputra. Dan justru Jepanglah yang menghapus sistem ini. Ketika masuk ke Indonesia tahun 1942, sebagai awal berkobarnya Perang Dunia II. Mereka menawarkan semangat kesetaraan, sebagai Saudara Tua dari Indonesier. Tetapi tujuannya sama saja, agar Bumiputera mau membantunya melawan Sekutu. Seolah keluar dari mulut ‘Serigala’, malah masuk mulut ‘Buaya’.
Kembali ke istilah INLANDER yang sangat rasis. Di jamannya mereka yang diklasifikasikan dalam kelas ini, setara dengan ANJING. Sehingga banyak gedung Kolonial dan fasilitas umum ada tulisan : ‘Verboden voor Honden en Inlander’. Bumiputra dianggap ANJING di tanah kelahirannya sendiri. Di tanah yang dibangun selama ribuan tahun lamanya oleh leluhurnya sendiri. Di dalam Novel Best Seller, BUMI MANUSIA, karya Pramoedya Ananta Toer, pribumi juga disebut sebagai MINKE. Plesetan dari Monkey, atau MONYET.
Inlander sendiri terbagi menjadi 3 bagian :
Inlanders Gelijkgesteld, yaitu pribumi beragama Kristiani yang disetarakan dengan warga kelas utama Eropa. Maklumlah tujuan dari Penjajahan memang Gold, Glory dan Gospel. Mendapatkan emas, kejayaan dan penyebaran agama. Semangat Gospel, memang sebagai kelanjutan dari dendam dan motivasi Perang Salib.
Inlander De Eerste, atau pribumi pertama. Adalah golongan ningrat, aristokrat atau priyayi keluarga Kerajaan Nusantara. Golongan ini pun sejatinya juga disamakan dengan ANJING. Tujuannya adalah Desakralisasi dan Delegitimasi baik secara mental maupun politik, agar tidak percaya diri bila ada niatan untuk bangkit. Traumatik Perang di Nusantara yang dikobarkan Kerajaan dan Kesultanan Nusantara, seperti Pangeran Diponegoro telah membuat Belanda bangkrut dan terpecah menjadi Belgia dan Luxemburg. Namun sejarah mencatat, kaum Aristokrasi Nusantara tidak pernah padam semangatnya untuk menghapus penjajahan dari Bumi Pertiwi. Pergerakan Kemerdekaan menuju terbentuknya NKRI juga dimotori oleh golongan ini. Baik Budi Utomo, Sumpah Pemuda maupun BPUPKI & PPKI. Tanpa restu pemilik kedaulatan lama, yaitu Para Sultan dan Raja Nusantara, NKRI tidak akan pernah berdiri dan mendapatkan kedaulatannya di mata internasional.
Inlander De Tweede Klasse, inlander paling bawah kelasnya. Yaitu rakyat jelata non bangsawan. Bila yang priyayi saja, Raden Tirto Adisuryo putra seorang Bupati, yang dalam Novel Bumi Manusia disebut MINKE atau MONYET. Maka bagaimana dengan pribumi kelas rendahan ini. Mungkin dianggap hama atau lalat.
SERUAN KEPADA SELURUH BUMIPUTERA NUSANTARA
Mengingat bahwa masih banyaknya bumiputra yang menganggap hal ini kasus biasa saja. Atau bahkan rela mematikan akal sehatnya. Demi membela narasi sesat Klan Ba’alwi yang justru menghancurkan sendi Kemanusiaan dan Kebangsaan. Maka ingatlah, ini adalah momentum yang sesungguhnya amat penting dalam sejarah Nusantara. Karena kesadaran dan kebangkitan ini terjadi setelah 200 tahun lamanya. Ketika Bangsa ini ditipu oleh segolongan imigran yang membawa kesesatan sejak awal kedatangannya di era Kolonial hingga sekarang di era Kemerdekaan. Bila Pilpres dan Pesta Demokrasi lainnya hanya terjadi rutin 5 tahunan. Dan kesalahan memilih pemimpin akan dikoreksi lima tahun berikutnya. Namun berbeda dengan penyikapan terkait sebagian Imigran Sesat dari Yaman ini. Karena bila Penjajahan spiritual ini dibiarkan, maka keracunannya akan berlangsung berabad bahkan mungkin ribuan tahun lagi lamanya. Sebelum sejarah berbelok dan teracuni selamanya. Sebelum anak-cucu kita makin terperangkap dan terperosok dalam jurang hina dan lembah nista perbudakan. Maka ijinkanlah penulis memberikan pesan dan seruan :
Kembalikan kepada akal sehat dalam menilai segala sesuatu.
Akal sehat bagian dari karunia Tuhan yang harus dijaga dan dihidupkan selalu, agar tetap bisa bertahan dalam kebenaran, tidak tersesat dan disesatkan.
Akal sehat selalu bertumpu kepada kebenaran ilmiah dan pembuktian.
Bila ada siapa saja mengaku keturunan siapapun, tanyakan buktinya dan datanya.
Apalagi mengaku keturunan dari manusia Agung yang terkenal, maka lebih mudah pembuktiannya. Karena keturunannya pasti juga terkenal dan teridentifikasi sepanjang jaman secara berkesinambungan.
Apalagi mengaku keturunan Nabi Muhammad SAW. Nabi dari ummat Islam yang lahir di dunia Arab sana. Dalam tradisi Arab , nasab keturunan sangat terjaga dan dihafalkan turun temurun. Dan keturunan Nabi sangat dimuliakan dalam ajaran agama, termasuk juga terkait siapa pemimpin akhir jaman Al Mahdi adalah dari keturunannya. Maka pencatatannya rapi dan berkesinambungan.
Untuk nasab Ba’alwi imigran Yaman, selain nasabnya terputus dalam kitab-kitab Nasab selama 550 tahun juga gagal secara ilmu mutakhir Genealogi Genetika. Ingat, kita hidup di Abad 21, bukan abad 12. Perkembangan sain sudah sangat maju, pemetaan dan identifikasi gen dan DNA sudah sangat maju. Ini adalah catatan Tuhan. Menjadi hakim teradil dalam menyeleksi kejujuran dan kekhilafan catatan manusia.
Ba’alwi mengaku keturunan Sayyid Ahmad bin Isa yang katanya hijrah dari Iraq ke Yaman pada abad 3 H. Makamnya baru ditemukan di abad 9 berdasarkan takwil mimpi. Logis apa tidak saudara?
Sayyid Ahmad bin Isa punya anak 3. Sayyid Muhammad, Ali dan Husein. Ketiganya jelas makamnya, jelas keturunannya, tercatat, punya Naqobah Keluarga dan saling mengakui. Sementara Ba’alwi katanya dari anak yang bernama Ubaidillah. Apakah diakui oleh ketiga Naqobah keturunan Sayyid Ahmad bin Isa ini? Kalo diakui, tunjukkan BUKTI ISBAT TERTULIS PENGAKUANNYA. Syahadah Nasabnya yang resmi dari Naqib Keluarga ini dan juga stempel dari Naqib Iraq sebagai negeri Sayyid Ahmad bin Isa Al Husaini. Sejarah juga mencatat, Syarif Mekkah Aun Arrofiq Al Hasani pernah menghukum cambuk oknum Ba’alwi dan dilarang memakai gelar Sayyid Syarif di abad 19M (Tercatat juga di hal. 1093 Kitab Al Istizadah karangan cucu Mufti Tarim Abdurrahman bin Ubaidillah Assegaf Ba’alwi).
Ba’alwi mengaku dzurriyah Nabi katanya berabad-lamanya sejak hijrah ke Yaman. Tetapi kenapa penguasa Yaman dari Dinasti Rasuli Al Hasani kok tidak memasukkannya dalam sensus Keluarga Nabi di abad ke-7 H. Kitabnya ada dan jelas. Sensus ini juga menjangkau kota Mirbath. Bukankah ada datuknya yang diklaim sebagai orang besar di Mirbath, yang ternyata setelah diteliti ternyata juga mencangkok nama orang lain, penguasa sesungguhnya Kota Mirbath. Pantaslah mereka membuat Khoul Solo, padahal ada Raja Pakubuwono X yang berjasa membiayai pergerakan kemerdekaan bahkan memberi mereka tanah perdikan. Mereka membuat Khoul Gresik, padahal disitu ada 2 Sunan Walisongo yaitu Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri. Yang mana jasa datuk mereka tidak ada seujung kuku dibanding kedua Sunan tersebut. Jasanya apa? Meng-Islamkan Imperium Majapahit dan Menegakkan Imperium Kesultanan Demak. Sementara yang dikhouli di Gresik tersebut, bahkan tidak ada jejaknya dalam sejarah ikut dalam perjuangan melawan penjajah Belanda. Dan kini TANYAKAN ISBAT DARI YAMAN, adakah Naqobah Yaman mengeluarkan secarik kertas saja, bukti Syahadah Nasabnya. Mari berpikir jujur dan cerdas !!!
Untuk para Muhibbin Ba’alwi, kalian harus sadar. Rosulullah menyebut pengikutnya bukan muhibbin, tapi SAHABAT. Sahabat itu setara, inlusif, egaliter, bertemu dan berpisah karena Allah. Tapi sebutan muhibbin, atau pecinta, adalah doktrin awal pembodohan. Ketertundukan tanpa syarat. Bila cinta harus sejajar dengan pengorbanan, maka kalian harus siap berkorban tanpa syarat, tanpa bertanya dan tanpa komentar. Rosulullah tidak ingin menjadikan pengikutnya sebagai budaknya. Bahkan yang budak dimerdekakan kemudian dipeluknya sebagai saudara. Rosulullah tidak ingin dimuliakan pengikutnya, bahkan pernah berlapar-ria perutnya diganjal batu 3 hari lamanya, padahal kas BAITUL MAL sangat sejahtera. Beliau mementingkan ummatnya. Kemuliaan akhlaq dan ketauladanannya menjadikan beliau dimuliakan tanpa meminta, tanpa harus marah-marah dan ngancam dengan segala macam sumpah serapah dan dalil. Kemuliaan itu dari pengakuan, bukan meminta pengakuan. Sembunyikan dirimu dan jati dirimu, tapi tunjukkanlah kebajikanmu, dan disitulah Kemuliaan Sejatimu !!!
Mengaku keturunan siapa saja itu boleh dan wajar saja. Misalkan dusta, maka silahkan ditanggung sendiri akibatnya di dunia dan akhirat. Tapi mengaku keturunan orang mulia untuk tujuan yang hina, sama artinya dengan melempar kotoran ke muka orang mulia tersebut. Apalagi yang diakui itu manusia paling mulia, maka Murka Allah adalah kepastiannya. Mengaku cucu Nabi untuk mengkooptasi ummatnya Nabi, untuk mengkapitalisasi ummat Nabi, untuk memakan darah dan keringat ummatnya Nabi, dan apalagi memperbudak serta menyesatkan ummat Nabi, maka itu adalah KEBIADABAN YANG PALING BEJAD DI HADAPAN KEKASIH ALLAH, mahluk termulia yang paling dicintai ALLAH, yaitu Ahmad Habibullah wa Muhammad Rosulullah. Segeralah bertobat saudaraku, karena nikmat di dunia ini hanya sebentar dan tipuan. Carilah Akhirat yang nikmatnya sejati dan abadi. Di sisi Tuhan yang Maha Kasih dan Penyayang, Maha Pemaaf yang RahmatNya melebihi dan mendahului murkaNya, yang semua mahluk dalam genggaman dan KuasaNya.
Wassalamu’alaikum wr.wb, Salam Sejahtera dan Rahayu Nusantaraku !!!
KRAT. FAQIH WIRAHADININGRAT (akhir Januari 2024)
Sumber tulisan : https://rminubanten.or.id/verboden-voor-honden-en-inlander-artinya-pribumi-dan-anjing-dilarang-masuk/