Ternyata hipnosis atau gendam bisa melalui cerita atau dongeng yang membuat takjub pendengarnya. Saat melakukan hipnotis secara masal, seseorang kabib tidak harus dengan cara konvensional yang kita kenali selama ini. Jadi, hipnotis bisa dilakukan secara halus dengan bercerita berbagai khurafat khas padang pasir yang meyakinkan kepada publik.
Biasanya, seorang mukibin yang sangat mudah bisa terhipnotis tersebut adalah mereka yang dapat dengan mudah dialihkan. Karena minimnya literasi agama maka mudah pula meng iya kan sesuatu narasi kisah yang diluar logika. Apa lagi dengan klaimnya kabib sebagai dzuriyah Nabi SAW, tanpa di periksa dahulu kebenaranya.
Artinya, mereka mukibin adalah orang yang memiliki fokus dan konsentrasi yang sedang berada di gelombang yang bisa dengan mudah terbawa. Kalau ada kabib yang bercerita kisah-kisah khurofat kepada seseorang lain dan orang itu sedang dalam kondisi blank (pikiran kosong) itu bisa sangat mudah terbaca oleh oknum kabib yang ingin menghipnotis tersebut. Setelah terikat, maka apapun yang mukibin miliki akan diserahkanya kepada sang kabib tersebut.
Contoh, misalnya, saat ada kabib yang mendongeng cerita khurofar di responya dengan terlalu menyimak atau meresapi omongan dari nya, maka bisa dengan mudah diarahkan yang pada akhirnya bisa terkena hipnotis.
Jika sudah seperti itu (blank atau terlalu fokus pada omongan seseorang kabib), biasanya kabib akan lebih mudah masuk untuk memberikan sugesti berupa doktrin. Inilah awal mula proses seseorang menjadi mukibin.
Bahwa poin utama saat kabib akan menghipnotis adalah ia sudah memegang kunci bahwa gelombang otak targetnya sudah siap untuk diberikan doktrin-doktrin tertentu. Saat mukibim sudah berhasil diberikan doktrin-doktrin dan tidak melawan dengan akal sehatnya, maka sudah pasti mukibin tersebut bisa dikendalikan. Makanya kita biasa melihat kalau mukibin yang derajatnya sebagai abidin itu, biasanya akan sering diajak komunikasi oleh kabib secara intens untuk dialihkan pikirannya.
Meskipun begitu, hipnotis memiliki waktu. Misalnya, selama satu jam dan sugesti atau hipnotisnya tersebut sudah menghilang. Namun, jika dalam hipnotis doktrinal, ketika kabib memberikan ikatan terhadap satu sugesti dengan doktrin tertentu itu bisa bertahan hingga satu minggu, satu bulan, hingga menahun tergantung seberapa lama dalam ikatan komunikasi.
Bahwasanya seseorang bisa terkena hipnotis melalui suara dan berita, karena memang semuanya berawal dari pendengaran. Jadi, hiponotis dengan menggunakan gelombang suara itu sangat memungkinkan. Karena inilah kabib bersuara lantang dan keras, untuk menurunkan mental lawan bicara.
Namun tidak semua orang bisa terkena hipnotisnya kabib. Jadi, biasanya orang yang akan dengan mudah terkena hipnotis itu adalah orang-orang yang dengan rela dihipnotis. Mengapa dikatakan dia rela? karena secara teori hibnosis seseorang tersebut adalah orang yang sedang mengalami emosi yang sangat tinggi. Sehingga akan dengan mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Contoh, misalnya saat kondisi saat sedih, biasanya orang akan dengan mudah terhipnotis. Selain itu, seseorang yang sedang senang sekali itu juga bisa terkena hipnotis. Ini dikarenakan, seseorang yang berada pada emosi yang tinggi, baik senang ataupun sedih, maka seseorang tidak bisa berpikir jernih dan kehilangan kontrol.
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadi hipnotis, seperti berikut:
1. Jangan mendekati kabib yang ngaku-ngaku sebagai dzuriyah Nabi SAW, hormatilah kabib secara ilmu dan akhlaqnya namun bukan sebagai dzuriyah Nabi SAW.
2. Usahakan selalu fokus pada sesuatu dan jangan terlalu sering melamun.
3. Jangan mudah bingung dan jangan mudah kaget ketika mendapatkan informasi yang menakjubkan dengan mengatasnamakan karomah/keramat
4. Jaga mood atau emosi agar tetap stabil.
5. Jika memiliki masalah, harus segera diselesaikan.
6. Jika menemui cerita-cerita berbau khurafat, herus dicek fakta terlebih dahulu terkait kebenarannya.
7. Selalu pergunakan akal sehat.
8. Buang jauh fanatisme buta.
9. Perbanyak literasi dari berbagai sumber, jangan hanya memiliki guru agama secara tunggal.
Waallahu Alam