IMIGRAN YAMAN DI DATANGKAN BELANDA KE INDONESIA DALAM KEADAAN MISKIN DAN DATANG DENGAN TUJUAN UTAMA MENCARI UANG, BUKAN DAKWAH

IMIGRAN YAMAN DI DATANGKAN BELANDA KE INDONESIA DALAM KEADAAN MISKIN DAN DATANG DENGAN TUJUAN UTAMA MENCARI UANG, BUKAN DAKWAH

Imigran Yaman yang datang ke Indonesia pada masa kolonial Belanda sebagian besar tiba dalam kondisi miskin dan bukan dikirim dengan tujuan utama untuk berdakwah. Berdasarkan berbagai catatan sejarah, kedatangan mereka lebih banyak didorong oleh faktor ekonomi dan kondisi sosial di tanah asal mereka, yang pada waktu itu mengalami kesulitan ekonomi.

1. Kondisi Yaman yang Miskin
Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, Yaman merupakan wilayah yang sering mengalami kekacauan politik, peperangan antar suku, dan kemiskinan yang meluas. Hal ini mendorong banyak penduduk Yaman, terutama dari Hadramaut, untuk meninggalkan kampung halaman mereka dan mencari penghidupan yang lebih baik di luar negeri. Kawasan Nusantara, yang pada waktu itu merupakan koloni Belanda dengan ekonomi yang berkembang pesat, menjadi salah satu tujuan utama mereka.
Imigran Yaman yang datang ke Indonesia pada umumnya adalah pedagang kecil, buruh, atau pekerja kasar yang mencari peluang ekonomi. Mereka tidak datang sebagai ulama besar atau tokoh dakwah yang memiliki tujuan untuk menyebarkan Islam. Sebaliknya, banyak dari mereka yang datang dalam keadaan membutuhkan dan memanfaatkan peluang ekonomi di bawah pemerintahan kolonial.

2. Belanda Membawa Imigran Yaman untuk Keuntungan Ekonomi
Kedatangan imigran Yaman juga didorong oleh kebijakan kolonial Belanda. Belanda melihat para imigran ini sebagai sumber tenaga kerja dan pedagang perantara yang bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan perekonomian di Nusantara. Dalam hal ini, kedatangan mereka lebih banyak berkaitan dengan kebutuhan ekonomi, baik bagi mereka sendiri maupun bagi pemerintahan kolonial.
Belanda menggunakan para imigran ini untuk mengisi celah dalam sistem ekonomi kolonial. Mereka sering terlibat dalam perdagangan dan usaha-usaha kecil di wilayah perkotaan atau pelabuhan yang strategis, dan dengan demikian membantu memajukan ekonomi kolonial. Banyak di antara mereka yang kemudian berhasil meningkatkan taraf hidup mereka melalui perdagangan, namun awal kedatangan mereka ke Indonesia umumnya dimulai dengan keadaan yang sulit dan miskin.

3. Peran Dakwah Bukan Tujuan Utama
Meskipun beberapa keturunan dari imigran Yaman kemudian dikenal sebagai tokoh agama atau ulama, penting untuk dicatat bahwa tujuan awal kedatangan mereka bukan untuk berdakwah. Dakwah sering kali menjadi bagian dari kehidupan mereka setelah mereka menetap dan berhasil secara ekonomi. Dengan kata lain, dakwah tidak menjadi alasan utama mereka meninggalkan Yaman, melainkan untuk mencari nafkah dan memperbaiki kondisi kehidupan mereka.

4. Realitas Sosial dan Sejarah
Hal ini bertolak belakang dengan narasi yang sering dikembangkan kemudian, yang menganggap kedatangan mereka sebagai misi dakwah yang terencana. Sejarah menunjukkan bahwa mereka lebih merupakan kelompok imigran ekonomi yang datang dengan kondisi keterbatasan dan kemudian memanfaatkan peluang yang ada di Nusantara untuk memperbaiki kondisi mereka.

Kesimpulan
Imigran Yaman yang datang ke Indonesia pada masa kolonial Belanda mayoritas tiba dalam kondisi miskin dan didorong oleh kebutuhan ekonomi, bukan untuk berdakwah. Kehadiran mereka lebih berkaitan dengan upaya mencari penghidupan yang lebih baik, sementara misi dakwah baru menjadi bagian dari kehidupan mereka setelah mereka berhasil menata kehidupan di Nusantara.

Sumber :
habaib datang ke negeri Indonesia adalah untuk mencari nafkah, sama seperti imigran Yaman yang lain. Fakta tersebut diambil berdasarkan kitab dari Habib Ali bin Muhsin Assegaf yaitu kitab Al-Istizadah halaman 75. Link kitabnya ada disini: https://archive.org/details/AL-Estezadah/
أما عوامل الهجرة فأهمها ضيق معيشة حضرموت وتكاثر العلويين بها ، وقد بلغ من كثافة هذه الهجرة أن زادت أعداد المهاجرين من العلويين بالمهجر أضعاف عدد العلويين الباقين بحضرموت.
Adapun hal-hal yang menyebabkan imigrasi, maka yang paling utama adalah susahnya mencari penghidupan di Hadramaut dan tingginya peningkatan populasi keluarga Baalawi di sana. Saking banyaknya yang berimigrasi, sampai-sampai jumlah keluarga Baalawi yang berimigrasi berkali lipat dari jumlah keluarga Baalawi yang menetap di Hadramaut.
Jadi clear ya. Bukan hoax.
Nusantara barokah buat mereka dan kita semua.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *