Inilah 3 Ulama Yang Melawan Perbudakan Spiritual Di Indonesia

Kegoblokan dan kedunguan para mukibin Kabib klan ba’alawiy adalah diagung-agungkannya seorang tokoh hanya karena isu ia dianggap keturunan Nabi Muhammad SAW. Apalagi jika yang diisukan keturunan Nabi itu tidaklah mengesankan ulama yang pro cara berpikir modern.

Mengagungkan seseorang karena isu keturunan Nabi sejatinya bertentangan dengan ajaran Islam yang progresif. Dalam Islam, semua orang pada dasarnya setara belaka. Hanya ketakwaannya yang membedakan, bukan asal usulnya.

Tak ada jaminan seorang keturunan Nabi, Raja, Guru Suci, atau keturunan Presiden, Konglomerat, lebih bertakwa dibandingkan individu lain. Lalu apa faedahnya mengagung-agungkan seseorang karena keturunannya?

Banyak dari kita yang tak bisa dan tak mau membedakan. Yang mana ajaran Islam, dan yang mana budaya Arab.

Celakanya, ada budaya Arab yang sudah rongsokan, yang sudah jatuh, justru kita bangga-banggakan di Indonesia. Budaya rongsokan itu kita agung-agungkan. Munculah itu aneka radikalisme. Kebiadaban ISIS adalah puncak warisan rongsokan budaya Arab. Salah satu doktrin ISIS adalah mengklaim pemimpinya adalah keturunan Nabi, namun belakangan di ketahui ia seorang Yahudi agen Mossad intelejen Israel.

Dewasa ini di Indonesia kelompok yang disebut habib ada yang mengklaim atau diklaim keturunan Nabi. Habib tersebut seolah tidak boleh dikritik. Mengkritiknya dianggap menistakan keturunan Nabi SAW. Siapa yang mengkritik atau menghinanya bakal kualat. Namun setelah di teliti KH Imaduddin Utsman Al Bantani, ternyata nasab habib tersebut tidaklah menyambung ke Nabi SAW.

Para pengikut memuji dan memuja sang habib. Para pengikut, pemuja, dan pemuji bahkan memaklumi ucapan-ucapan kasar yang tidak pantas diucapkan keturunan Nabi yang selayaknya berakhlak luhur. Para pemuja tak hanya mengelu-elukan sosok sang habib, tetapi juga fotonya yang terpampang di baliho.

Buya Ahmad Syafii Maarif menyebut pemujaan berlebihan kepada yang mengaku keturunan Nabi semacam itu sebagai perbudakan spiritual. “Bagi saya, mendewa-dewakan mereka yang mengaku keturunan Nabi adalah bentuk perbudakan spiritual”, tulis Ahmad Syafii Maarif dalam akun Twitter-nya pada 22 November 2020. “Gelar habib, dan 1.001 gelar lain yang mengaku keturunan Nabi, atau keturunan raja, hulubalang/keturunan bajak laut, sultan, dianggap suci oleh sebagian orang akan runtuh berkeping berhadapan dengan penegasan ayat Alquran,” Buya Syafii.

Di masa lalu Syaihk Ahmad Soerkati menggugat kelomopok pengklaim sepihak sebagai keturunan Nabi yang menciptakan delusi kesucian. Sedang Buya Ahmad Syafii Maarif menggugat mereka yang ngaku-ngaku sebagai keturunan Nabi SAW yang mana mereka memproduksi perbudakan spiritual. Di masa kini KH Imaduddin Utsman Al Bantani memerdekaakan umat serta melepaskan belenggu dari tipu dan muslihat mereka.

Secara uji pustaka, uji genetik, serta uji kesejarahannya, mereka bukanlah keturunan Nabi SAW, “Haram hukumnya menghormati habaib atas dasar keturunan Nabi SAW” Kiai Imaduddin Utsman Al Bantani.

Ketiga ulama tersebut percaya semua manusia setara di hadapan Sang Pencipta. Mereka percaya kemuliaan bukan diperoleh melalui garis keturunan, melainkan lewat perbuatan baik.

 

Waallahu Alam




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *