Inilah 4 Ulama Bergelar Sunan Gunung Jati yang Wajib Diketahui
Ternyata Sunan Gunung Jati bukan nama satu orang, tapi empat. Berikut empat ulama penyebar islam bergelar Sunan Gunung Jati, berdasar data-data empiris dan periodisasi ilmiah yang logis.
1. Sunan Gunung Jati I
Sosok bergelar Sunan Gunung Jati I adalah Syekh Datuk Kahfi Al Jailani Al Hasani. Beliau berasal dari Malaka. Menuntut ilmu hingga Baghdad, kemudian berdakwah di wilayah Cirebon. Berdasar data Babad Sumedang, Syekh Datuk Kahfi mendirikan pesantren (kasunanan) Gunung Jati pada 1420 M.
Syekh Datuk Kahfi adalah leluhur Keraton Sumedang dan Keariaan Tangerang. Beliau berdakwah di Kasunanan Gunung Jati sekitar 55 tahun. Pada 1475 M, beliau menyerahkan tampuk kepemimpinan Kasunanan Gunung Jati pada menantunya yang bernama Syarif Hidayatullah.
Menurut data Babad Sumedang, Syekh Datuk Kahfi (Sunan Gunung Jati I) wafat dan dimakamkan di Gunung Jati Cirebon.
2. Sunan Gunung Jati II
Sosok bergelar Sunan Gunung Jati II adalah Syarif Hidayatullah Al Bukhari Al Kazhimi Al Husaini (1448-1568). Beliau adalah menantu dari Syekh Datuk Kahfi (Sunan Gunung Jati I). Syarif Hidayatullah merupakan leluhur dari Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten.
Lahir di Mesir pada 1448, beliau hijrah ke Cirebon pada 1470 M. Lalu pada 1475, Syarif Hidayatullah diminta melanjutkan kepengasuhan Pesantren Gunung Jati, meneruskan perjuangan Syekh Datuk Kahfi yang tak lain adalah ayah mertuanya.
Sebelumnya, pada 1430 M, kakak dari ibu Syarif Hidayatullah (Pangeran Cakrabuana bin Prabu Siliwangi, yang juga murid Syaikh Datuk Kahfi), mendirikan Dalem Agung Pakungwati sebagai Pemerintahan/Umaro di Cirebon.
Kelak, Dalem Ageng Pakungwati ini dipimpin Syarif Hudayatullah, yang sejak 1479 -1568 M, menjadi representasi Ulama sekaligus Umaro Penguasa Cirebon. Menurut data-data masyhur Cirebon, Syarif Hidayatullah wafat dan dimakamkan di Gunung Sembung Cirebon.
3. Sunan Gunung Jati III
Sosok bergelar Sunan Gunung Jati III adalah Sayyid Zen Abdul Qodir Al Jailani Al Hasani. Beliau juga dikenal dengan Pangeran Atas Angin atau Pangeran Raja Laut. Zen Abdul Qodir adalah menantu dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati II), sekaligus kakak ipar dari Sayyid Fatahilah (Sunan Gunung Jati IV).
Ada banyak data empiris yang menyebut riwayat Sayyid Zen Abdul Qodir (Sunan Gunung Jati III). Di antaranya; Serat Walisana, Tarikhul Aulia, Pustaka Asal Usul Kasultanan Cirebon, Serat Sarasilah Leluhur Ing Kadanurejan Yogya, hingga Suma Oriental.
Sepasca jadi mantu Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati II), Sayyid Zen bnyak mewakili Cirebon dalam urusan luar negeri, termasuk musyawarah para Wali di Giri Kedaton dan Demak, serta berperan dalam perang melawan Portugis di Malaka tahun 1511 M.
Dari berbagai data didapati bahwa Sayyid Zen Abdul Qodir menikah beberapa kali. Di antaranya: putri Sunan Jambu Karang (menurunkan jalur pendakwah Cahyana Banyumas dan Dipati Ukur Anom dan turunannya di Bandung); dengan putri Syarif Hidayatullah (menurunkan jalur Pangeran Jayakarta II dan permaisuri Maulana Yusuf /Sultan Banten II).
Lalu dengan putri Syaikh Jakandar Bangkalan (menurunkan Sunan Jepara, Istri Sunan Drajat); dan dengan perempuan Malaka (menurunkan Sayyid Sulaiman Mojoagung dan Sholeh Semendi Segoropuro Sepuh).
Sayyid Zen Abdul Qodir (Sunan Gunung Jati III) berdakwah di Gunung Jati hingga tahun 1552 M. Di tahun itu, adik iparnya, Pangeran Fatahillah (Sunan Gunung Jati IV), mulai menampakkan peran di Cirebon dalam rangka mewakili mertuanya, Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati II).
Dari data Pustaka Asal Usul Kasultanan Cirebon hingga Serat Sarasilah Leluhur Ing Kadanurejan Yogya, hingga Serat Walisana menyebut jika Sayyid Zen Abdul Qodir wafat dan dimakamkan di Megu Cirebon.
4. Sunan Gunung Jati IV
Sosok bergelar Sunan Gunung Jati IV adalah Sayyid Fatahillah Al Bukhori Al Kazhimi Al Husaini. Sayyid Fatahillah (Sunan Gunung Jati IV) adalah menantu dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati II) dan adik ipar dari Sayyid Zen Abdul Qodir (Sunan Gunung Jati III). Sayyid Fatahillah (Sunan Gunung Jati IV) adalah leluhur dari Keratuan Darah Putih Lampung dan beberapa Kemas Ki Agus Palembang.
Pada 1527, Sunan Gunung Jati IV pernah menjadi Penguasa Jayakarta. Baru pada 1552 M, ia mulai mewakili meneruskan perjuangan mertuanya (Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati II) di Cirebon untuk mengurus Kasunanan Gunung Jati. Ketika Mertuanya wafat pada 1568 M, Sayyid Fatahillah (Sunan Gunung Jati IV) menjadi penguasa Cirebon hingga wafat pada 1570 M.
Berdasar data Lampung dan Tinjauan Kritis Sajarah Banten, Sayyid Fatahillah (Sunan Gunung Jati IV) dimakamkan di Gunung Sembung Cirebon. Selanjutnya, tak ada lagi tokoh dalam sejarah Cirebon yang dicatat dengan gelar Susuhunan (Sunan Gunung Jati).
Pada 1570 M, kepemimpinan dakwah maupun kekuasaan atas Cirebon dilanjutkan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin (Panembahan Ratu I) yang merupakan cicit garis lelaki dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati II) dan cucu garis perempuan dari Sayyid Fatahillah (Sunan Gunung Jati IV).
* Artikel ini dihimpun dari tulisan Raden Tubagus Mugi Nurfadhil (Ketua Umum Rabithah Babad Kesultanan Banten)