JANGAN SAMPAI JADI BODOH PERMANENT, GUNAKAN AKAL PIKIR DAN NURANIMU UNTUK MENDAPATKAN KEBENARAN, BUKAN PEMBENARAN
Ilmu Pengetahuan pada manusia terbagi 2:
1) Pengetahuan nalar, yaitu pengetahuan yang ada di kepala setiap manusia, seperti mengenal alam ,benda, biologi, kimia, fisika, kedokteran, sejarah, nasab, dsb.(piranti yang digunakan adalah otak).
2) Pengetahuan kaweruh, yaitu pengetahuan yang bersumber dari hati (intuitif) untuk mengetahui segala sesuatu yang tidak materi /gaib (piranti yang digunakan adalah qolbu/hati+jiwa).
No. 1 dengan belajar melalui Pendidikan dan penelitian, sedang no.2 melalui pendekatan kepada Illahi seperti tirakat, dzikir, Beramal sholeh, dsb.
Sayangnya banyak yang tidak mempelajari dan menggunakan 2 jenis ilmu pengetahuan tersebut secara seimbang,
Banyak orang yang sekolah hingga 24 tahun (TK:2tahun, SD: 6tahun, SMP:3 tahun, SMU: 3tahun, S1: 5Tahun, S2: 2Tahun, S3: 3Tahun), begitu kena DAWIR dari habib klan ba’alwi, langsung jadi bodoh permanen karena percaya dengan pengakuan habib klan ba’alawi sebagai dzuriat Nabi saw tanpa melakukan penelitian dengan ilmu dari data dan fakta yang ada, serta berserah diri meminta petunjuk kepada Allah SWT dikeheningan malam.
Al-Qur’an menekankan kita untuk berpikir dan mempelajari segala sesuatu,
“Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada” (QS 22: 46).
Dan dalam mempelajari sesuatu, tetap dengan niat baik sesuai syariat Islam dan berserah diri kepada Allah SWT dengan harapan bisa diberikan petunjuk kebenaran.
“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat” (QS 2: 269).
Allah berfirman, “Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal” (QS 3: 7).
Manusia diciptakan oleh Allah tiada lain kecuali hanya untuk beribadah kepada-Nya. Untuk dapat melaksanakan tugas itu sebagai bentuk pengabdiannya, Allah tidak akan membiarkannya tanpa bekal. Allah melengkapinya dengan akal agar dapat memahami semua petunjuk dan ciptaan-Nya. Ia menjadikan akal terbuka untuk mengetahui berbagai masalah, dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Melalui ilmu pengetahuan, manusia mampu memahami berbagai masalah kehidupan dan mencari solusinya. Oleh karena itu, malaikat dan seluruh makhluk penghuni langit diperintahkan Allah untuk bersujud kepada Adam, nenek moyang manusia, karena dia telah diberi akal. Semuanya sujud kepada Adam, kecuali Iblis yang sombong. Penghormatan Islam terhadap akal adalah sebuah keniscayaan, sebab akal merupakan sumber pengetahuan.
Islam mengajak umatnya untuk mendayagunakan akal pikiran, memperoleh petunjuk dengan berkreativitas dan bekerja keras sehingga hidup menjadi lebih bermakna (menjadi manusia merdeka yang bermartabat). Sebaliknya, jika akal yang diberikan itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, hidup manusia akan berjalan seolah-olah tanpa kekuatan dan pegangan (seperti budak sahaya). Itu sebabnya, karena berbekal akal, manusia diangkat derajatnya oleh Allah sebagai makhluk terbaik yang pernah diciptakan. Menurut Imam Ghazali, akal merupakan karunia Allah yang luar biasa. Sebab, akal — walaupun punya keterbatasan — merupakan sumber ma’rifat (pengetahuan).
Pada hakikatnya orang yang tidak mau menggunakan akal, akan menjadi bodoh dan terbelakang, dan dia telah berbuat sia-sia terhadap karunia Allah yang sangat agung itu. Oleh karena itu, berpikir dengan menggunakan akal merupakan kewajiban Islam yang harus dilakukan oleh siapa saja yang mengaku Islam. Keimanan seseorang bahkan tidak akan sempurna jika tidak disertai dengan pengetahuan melalui akal pikirannya. Itu sebabnya, Allah sampai menyebut orang yang tidak memanfaatkan akalnya sebagai ‘al an’aam’, yang artinya binatang ternak.
Berfikirlah dengan akal logika, Hari ini, setiap persengketaan nasab akan dapat dikonfirmasi dengan melakukan tes DNA yang akan dapat menelusuri sambungan darah seseorang sampai ribuan tahun ke atas. Maka ketika hari ini Ba’alwi telah terbukti putus nasabnya kepada Nabi Muhammad SAW secara kajian pustaka, ketika mereka bergeming bahwa nasab mereka tersambung, untuk membuktikannya tidak ada jalan lain kecuali tes DNA. Jika kajian pustaka gagal, tes DNA enggan, lalu berdasar apa kita harus mengakui mereka sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW?
Pengakuan para habib di Indonesia sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW telah tertolak secara saintifik. Nasab mereka telah terbukti munqoti’ dan mardud secara library research (kajian pustaka), dan mustahil secara uji DNA berdasar beberapa sampel keluarga para habib yang telah melakukan tes DNA. Menurut para ahli, jangankan sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, para habib ini, tertolak sebagai orang Arab keturunan Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim dan keturunannya, sampai Nabi Muhammad SAW dan Saidina Ali mempunyai haplogroup J, sedangkan para habib ini, berdasar dari yang telah melakukan uji DNA, memiliki haplogroup G. Tentu tidak mungkin haplogroup G ini sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW dan Saidina Ali KW karena keduanya memiliki haplogroup J. Keturunan garis laki Saidina Ali KW hari ini adalah mereka yang memiliki haplo J.
*”Jika nasab Ba’alwi tertolak kitab nasab abad 4-9 Hijriah, lalu tes YDNAnya G (Orang arab keturunan Nabi Ibrahiim YDNAnya J1), sekali lagi pertanyaan yang sering ditanyakan namun tidak pernah ada jawaban logis dan ilmiah dari pihak klan ba’alwi dan mukibinnya, yaitu: berdasar apa mereka habib klan ba’alawiy masih mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW?”*