*Kebenaran Tertib Kitab Nasab: Mengapa Nama Leluhur Klan Ba’alwi Tidak Tercatat dalam Kitab terdahulu?*
(Nasab klan ba’alawi tidak tercatat di berbagai kitab nasab selama 6 ABAD/600tahun)
*Pendahuluan*
Nasab atau silsilah keluarga bagi kalangan Sayyid dan Syarif memiliki posisi penting dalam menjaga kemurnian keturunan Rasulullah SAW. Kitab-kitab nasab dari zaman klasik ditulis oleh para ulama dan penulis ahli nasab untuk mencatat garis keturunan tokoh-tokoh terkemuka yang umumnya adalah imam-imam dan tokoh agama terkemuka. Namun, sebuah fakta menarik muncul ketika menelaah literatur abad ke-5 hingga ke-7 Hijriah terkait nasab Ahmad bin Isa, seorang tokoh besar yang diklaim oleh klan Ba’alwi sebagai leluhur mereka. Kitab-kitab penting seperti Tahdzibul Ansab karya Al-Ubaidili dan Al-Majdi fi Ansab at-Thalibin karya Sayyid Syarif an-Nassabah tidak mencatat nama “Alawi” dan ayahnya, “Ubaidillah,” sebagai keturunan Ahmad bin Isa. Tulisan ini membuktikan ketidakhadiran dua tokoh tersebut dalam kitab nasab pada era ketika mereka seharusnya hidup.
*1. Analisis Kitab Tahdzibul Ansab wa Nihayatul Alqab oleh Al-Ubaidili (w. 437 H)*
Al-Ubaidili, penulis kitab Tahdzibul Ansab , hidup satu masa dengan Alawi dan ayahnya, Ubaidillah. Dalam kitabnya, Al-Ubaidili secara jelas merunut keturunan Ahmad bin Isa tanpa menyebut Ubaidillah sebagai anaknya dan Alawi sebagai cucunya. Kutipan dari kitab ini hanya mencatat satu anak dari Ahmad, yakni Muhammad. Berikut kutipannya:
Dan Ahmad bin Isa an-Naqib bin Muhammad bin Ali al-Uraidi yang bergelar an-Naffat, sebagian dari keturunannya adalah Abu Ja’far (al-A’ma: yang buta) Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad. Ia buta di akhir hayatnya, pindah ke Basrah dan wafat di sana.”
Al-Ubaidili sendiri, menurut catatan Lisan al-Mizan karya Ibnu Hajar al-Asqolani, lahir sekitar tahun 336/337 Hijriah, sehingga ia masih hidup ketika Ubaidillah wafat pada tahun 383 H, dan ia berusia lebih dari 60 tahun ketika Alawi wafat. Dengan reputasinya sebagai ahli nasab dan pengetahuannya yang mendalam, ketidakhadirannya nama Ubaidillah dan Alawi dalam kitab ini menjadi tanda penting bahwa keduanya bukan bagian dari keturunan Ahmad bin Isa.
*2. Konfirmasi dari Kitab Al-Majdi fi Ansabittholibin karya Sayyid Syarif Najmuddin an-Nassabah (w. 490 H)*
Kitab Al-Majdi fi Ansabittholibin yang ditulis oleh Sayyid Syarif Najmuddin Ali bin Muhammad an-Nassabah, ahli nasab dari abad ke-5 H , juga menegaskan ketidakhadiran Ubaidillah dan Alawi dalam silsilah Ahmad bin Isa. Dalam kitab ini, keturunan Ahmad bin Isa yang tercatat hanyalah al-Hasan Abu Muhammad ad-Dallal dan tidak ditemukan nama Ubaidillah maupun Alawi. Berikut kutipan dari kitab ini:
“Ahmad Abul Qasim al-Abah yang dikenal dengan al-Naffat, karena ia berdagang minyak naffat, memiliki keturunan di Bagdad dari al-Hasan Abu Muhammad ad-Dalal di Bagdad.”
*3. Kitab Muntaqilatut Tholibiyah oleh Abu Ismail Ibrahim bin Nasir Ibnu Thobatoba (w. 400-an H)*
Kitab ini menegaskan bahwa keturunan Ahmad bin Isa yang bermigrasi ke Roy adalah Muhammad bin Ahmad an-Naffat. Tokoh tersebut tidak menyebutkan Ubaidillah ataupun Alawi sebagai bagian dari garis keturunan Ahmad bin Isa, meskipun kitab ini khusus mencatat daerah-daerah migrasi keturunan Alawi.
“Di Kota Roy, ada keturunan Abu Tholib bernama Muhammad bin Ahmad an-Naffat bin Isa bin Muhammad al-Akbar bin Ali al-Uraidi. Keturunannya ada tiga: Muhammad, Ali, dan Husain.”
*4. Penegasan dari Kitab Al-Syajarah al-Mubarokah karya Imam Al-Fakhrurazi (w. 604 H)*
Imam Al-Fakhrurazi dengan jelas menyebutkan bahwa Ahmad bin Isa hanya memiliki tiga anak yang menurunkan garis keturunan, yaitu Muhammad, Ali, dan Husain, dan tidak ada anak bernama Ubaidillah. Imam Al-Fakhrurazi yang tinggal di Kota Roy mendapatkan informasi valid dari keturunan Ahmad al-Abah di sana, yang semakin mempertegas bahwa Ubaidillah dan Alawi tidak pernah tercatat dalam silsilah Ahmad bin Isa.
“Ahmad al-Abah mempunyai tiga anak yang berketurunan: Muhammad di Kota Roy, Ali di Ramallah, dan Husain di Naisabur.”
*5. Kitab Al-Fakhri fi Ansab at-Thalibin karya Azizuddin Abu Tolib Ismail al-Marwazi (w. 614 H)*
Kitab ini juga menegaskan bahwa keturunan Ahmad bin Isa hanya meliputi anak-anak dan cucu-cucu yang telah tercatat di atas, tanpa menyebut Ubaidillah atau Alawi sebagai bagian dari garis keturunannya.
Kemudian, Kitab-kitab dari abad kedelapan hingga awal abad kesembilan Hijriah memberikan indikasi yang kuat bahwa tidak ada bukti sejarah dan nasab mengenai sosok Ubaidillah sebagai anak dari Ahmad bin Isa ataupun Alawi sebagai cucunya.
- *Kitab al-Ashili fi Ansabittholibin* karya Shofiyuddin Muhammad ibnu at-Thoqtoqi al-Hasani (w. 709 H) secara jelas menunjukkan bahwa keturunan dari Ahmad bin Isa an-Naqib yang tercatat hanyalah al-Hasan bin Abi Sahal Ahmad bin Ali bin Abi Ja’ jauh Muhammad bin Ahmad. Kitab ini tidak menyebut Ubaidillah ataupun Alawi sebagai keturunan Ahmad bin Isa, dan tidak ada riwayat bahwa Ahmad bin Isa hijrah ke Hadramaut, Yaman. Kutipannya adalah sebagai berikut:
“Kemungkinan besar Anda tidak dapat melakukan apa-apa jika Anda ingin melakukan hal yang sama.” أحمد”
(Al-Ashili fi Ansabittholibin, at-Thoqtoqi, Tahqiq Sayid Mahdi Ar-Roja’i, h. 212)
Hingga penulis kitab ini wafat pada tahun 709 H, atau 364 setelah tahun wafatnya Ahmad bin Isa di tahun 345 H, nama Ubaidillah dan Alawi tidak muncul sama sekali dalam catatan nasab beliau.
2. *Pencangkokan Pertama Nasab Ahmad Bin Isa bin Muhammad an-Naqib* terjadi setelah 385 tahun dengan munculnya nama Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa dalam Kitab Al-Suluk fi Tabaqot al-Ulama wa al-Muluk karya Al-Qodli Abu Abdillah Bahauddin Muhammad bin Yusuf bin Ya ‘qub (w. 730-732 H). Nama Abdullah ini bukan Ubaidillah, dan memiliki keturunan yang berbeda dari klaim Ba’alawi modern. Kitab ini juga mencatat nama Ba Alawi, tetapi nama-nama keluarga Ba Alawi yang disebut berbeda dari kitab-kitab yang ditulis oleh penulis Ba’alawi masa berikutnya.
3. *Kitab Umdatuttolib fi Ansabi Ali Abi Tholib* karya Ibnu Anbah (w. 828 H) pun tidak menyebutkan Ahmad bin Isa memiliki anak bernama Ubaidillah atau cucu bernama Alawi. Kutipan kitab ini adalah sebagai berikut:
“Kemungkinan besar Anda tidak dapat melakukan apa-apa jika Anda ingin melakukan hal yang sama.” الاكبر”
(Umdatuttolib fi Ansabi Ali Abi Tholib, Ibnu Anbah, h. 225)
Hingga abad kesembilan kesembilan, tidak ada catatan bahwa Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Ubaidillah ataupun cucu bernama Alawi, dan tidak disebutkan pula bahwa ia pernah hijrah ke Hadramaut.
4. *Nama Abdullah sebagai anak dari Ahmad bin Isa kembali muncul di kitab An-Nafhah al-Anbariyah* karya Muhammad Kadzim bin Abil Futuh al-Yamani al-Musawi (w. 880 H), namun tetap tanpa adanya penyebutan keturunan bernama Alawi atau hijrah ke Hadramaut. Nama Abdullah telah “hilang” dari radar penulis nasab selama 535 tahun hingga muncul kembali dalam kitab nasab setelah waktu tersebut.
5. *Pencangkokan Nama Alawi pada Abad ke-10 Hijriah* ditemukan dalam Kitab Tuhfatutholib Bima’rifati man Yantasibu Ila Abdillah wa Abi Tholib karya Sayid Muhammad bin al-Husain as-Samarqondi (w. 996 H). Kitab ini adalah sumber pertama yang menyebutkan nama-nama seperti Alawi, Sohib Mirbat, dan al-Faqih al-Muqoddam. Namun, penyebutan ini tidak didukung oleh referensi dari kitab nasab sebelumnya, melainkan hanya berdasarkan temuan secarik catatan santri yang didengar dari guru. Penulis kitab ini menyebut bahwa ia menemukan “sebuah ta’liq” tanpa sanad yang jelas. Kutipan kitab ini adalah sebagai berikut:
“خرج السيد الشريف بن عيسى ومعه ولده عبد الله في جمع من الاولاد … فأولد عبد الله علويا وعلو ي اولد محمدا…”
(Tuhfatuttolib, Sayid Muhammad bin al-Husain, h. 76-77)
Sejak inilah nama Alawi mulai diidentifikasi sebagai keturunan Ahmad bin Isa, namun tetap tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ia adalah keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW.
6. *Nama Ubaidillah baru muncul* dalam kitab-kitab nasab yang ditulis oleh keluarga Alawi pada abad-abad berikutnya, seperti Syamsudzahirah karya Syekh Abdurrahman al-Masyhur (w. 1320 H), Nubdzat Latifah karya Zainal Abidin bin Alwi Jamalul Lail (w. 1235 H) , Uqudul Almas karya Alwi bin Tohir Al Haddad (w. 1382 H), dan Khidmatul ‘Asyirah karya Ahmad bin Abdullah Assegaf. Dari sini terlihat bahwa nama Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa, yang memiliki keturunan bernama Alawi, adalah hasil dari upaya pencangkokan nasab yang muncul ratusan tahun setelah wafatnya Ahmad bin Isa.
Dengan analisa dari kitab-kitab ini, terbukti bahwa nama Ubaidillah dan Alawi baru muncul jauh setelah wafatnya Ahmad bin Isa. Klaim dari keluarga Ba’alawi sebagai keturunan Ahmad bin Isa berdasarkan sanad nasab yang tidak memiliki kesinambungan sanad yang sah menunjukkan adanya potensi rekayasa yang dilakukan pada periode-periode berikutnya.
*Kesimpulan: Bukti Ketiadaan Ubaidillah dan Alawi dalam Silsilah Ahmad bin Isa*
Dari kitab-kitab otoritatif yang disusun oleh para ahli nasab terpercaya selama lima abad, terbukti konsistensi bahwa Ahmad bin Isa hanya memiliki keturunan yang tercatat seperti Muhammad, Ali, dan Husain, tanpa menyebut Ubaidillah dan Alawi. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan besar mengenai klaim klan Ba’alwi yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan Nabi Muhammad SAW melalui jalur Ubaidillah dan Alawi. Absennya dua nama ini di berbagai kitab nasab menandakan bahwa klaim tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.
Perlu dicatat bahwa keturunan Nabi Muhammad SAW, khususnya yang diakui sebagai imam atau tokoh agama, umumnya selalu dicatat dengan baik oleh ulama sezaman. Tidak mungkin seorang tokoh besar keturunan Rasulullah SAW diabaikan dalam kitab-kitab nasab klasik. Dengan demikian, fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa klaim klan Ba’alwi perlu dipertimbangkan ulang berdasarkan bukti-bukti nasab yang otoritatif dan konsisten sejak era klasik.
*Akhir Kata*
Keabsahan klaim nasab harus didukung dengan bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Mengingat pentingnya menjaga kemurnian nasab dalam ajaran Islam, maka sudah sewajarnya apabila klaim semacam ini diuji dengan data dan referensi yang kredibel. Kitab-kitab nasab klasik telah memberikan bukti kuat bahwa garis keturunan Ubaidillah dan Alawi tidak ada dalam silsilah Ahmad bin Isa, dan ini cukup untuk mendalami validitas klaim keturunan klan Ba’alwi dari Nabi Muhammad SAW.