Kebohongan Rummail Abbas Dibongkar oleh Dr. Sugeng Sugiarto: Menelisik Kebenaran dengan Akal Sehat dan Pendekatan Ilmiah

*Kebohongan Rummail Abbas Dibongkar oleh Dr. Sugeng Sugiarto: Menelisik Kebenaran dengan Akal Sehat dan Pendekatan Ilmiah*

 

Dalam dunia akademis dan pengetahuan, kebenaran dan kejujuran adalah dasar dari setiap argumen yang bisa dipertanggungjawabkan. Sayangnya, tidak sedikit orang yang mengklaim dirinya sebagai ahli di bidang tertentu tanpa didukung oleh fakta dan bukti yang jelas. Salah satu contoh nyata dari kesimpulan yang terungkap adalah kasus yang melibatkan seorang yang mengaku sebagai peneliti dan sejarawan, yaitu *Rummail Abbas* , yang sebenarnya memiliki nama asli *Ahmad Romli*.

 

*Klaim yang Diajukan Rummail Abbas*

Rummail Abbas mengaku sebagai seorang peneliti dan penjelajahan yang memiliki kualifikasi akademik tinggi. Ia menyebutkan dirinya kepada DR. Sugeng Sugiarto sebagai lulusan *S2 Ilmu Sejarah* dan akan menjalani pendidikan S3 di UNDIP. Dalam sejumlah pernyataan publik dan tulisan yang dia sebarkan, ia menggambarkan dirinya sebagai seorang ahli yang memiliki kredibilitas di bidang sejarah, bahkan sering mengutip diri sebagai referensi dalam berbagai diskusi yang berkaitan dengan sejarah.

 

Namun, klaim-klaim ini mulai diteliti ketika *Dr. Sugeng Sugiarto* , seorang ahli genetika yang terkemuka di Indonesia, melakukan pengecekan langsung ke *Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti)* . Hasil pengecekan ini mengejutkan banyak pihak. Ternyata, *Ahmad Romli* yang mengaku sebagai *Rummail Abbas* tidak memiliki latar belakang pendidikan sebagaimana yang dia klaim. Faktanya, Ahmad Romli hanya memiliki *latar belakang pendidikan S1* ย STAIN Kudus di jurusan *PAI (Pendidikan Agama Islam)* , dengan hanya dua SKS pelajaran sejarah dalam seluruh mata kuliah yang ia ikuti selama pendidikan tersebut.

 

*Pembela Pembohong Ternyata Tukang Bohong Juga*

Dalam berbagai tulisan dan diskusi , ย Rummail Abbas sendiri terlihat kekurangcerdasan dalam berbahasa ilmiah. Alih-alih memberikan argumen yang logis dan berdasar, ia justru banyak *muter-muter* di tempat, seperti seorang *Suneo* yang tidak bisa memberikan penjelasan dengan jelas.

Ini bukan hanya soal perbedaan pendapat, melainkan soal kualitas argumen dan kemampuan untuk *menganalisis* secara ilmiah. Narasi yang dibawakan oleh *Rummail Abbas* lebih banyak berputar pada *narasi belaka* dan *menyampaikan informasi yang mengada-ada* daripada berdasarkan *data dan bukti* yang jelas. Ini adalah contoh dari *sok ilmiah* , di mana seseorang mencoba melihat tahu banyak tentang *kitab sastra sejarah* , tetapi pada kenyataannya hanya mengulangi narasi tanpa dasar yang kuat.

 

*Penyebaran Narasi yang Menyesatkan*

Dunia maya pernah dihebohkan oleh sebuah pernyataan kontroversial yang dilontarkan oleh Rumail Abbas ketika mengisi acara di Stadion Jenderal STAI Situbondo. Dalam ceramahnya, Rumail Abbas dengan tegas menyatakan bahwa Soekarno , proklamator kemerdekaan Indonesia, tidak keren-keren amat, Beliau ย hanya dikelilingi oleh orang-orang bodoh ketika memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia. Pernyataan ini setidaknya telah memicu kemarahan masyarakat, terutama bagi mereka yang menghormati jasa-jasa Soekarno dalam perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah. Ini jelas merupakan *narasi penghinaan* yang tidak dapat dimaafkan.

Menghina Soekarno, yang telah berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini, menunjukkan bahwa *Rummail Abbas* tidak memiliki nasionalisme yang kuat. Pernyataan seperti ini mencerminkan ketidaktahuan dan ketidakpedulian terhadap sejarah bangsa. *Soekarno* , dengan segala kelebihan dan kekurangannya, adalah tokoh sentral dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Untuk menghina perjuangannya adalah suatu bentuk penghinaan terhadap bangsa dan sejarah yang seharusnya dijaga dengan rasa hormat.

 

 

*Kebenaran Terungkap: Pembelaan Rummail Abbas terhadap Klan Ba’alwi yang Tidak Berdasar*

Menariknya, *Rummail Abbas* nampaknya sangat bersemangat dalam membela klaim bahwa *klan Ba’alwi* adalah keturunan *Nabi Muhammad SAW* . Ia mati-matian mencoba meyakinkan orang-orang tentang keabsahan klaim tersebut, bukti ilmiah dan sejarah menunjukkan sebaliknya. Semakin *Rummail Abbas* membela klaim tersebut, semakin jelas bahwa *kredibilitasnya* dipertanyakan, terutama setelah penjelasan terkait latar belakang akademiknya terbongkar.

Fakta-fakta ilmiah yang telah dikemukakan oleh Dr. Sugeng Sugiarto dan para ahli lainnya, seperti Prof. Manachem Ali dan Dr. Michael Hammer , semakin memperjelas bahwa klaim keturunan Nabi Muhammad SAW yang diusung oleh klan Ba’alwi tidak berdasar. Penggunaan haplogroup dalam analisis genetika juga membuktikan bahwa klan Ba’alwi tidak memiliki hubungan langsung dengan Nabi Muhammad SAW melalui jalur paternal (ayah). Ini adalah fakta ilmiah yang tidak dapat disangkal, dan semakin kuat ketika dikaitkan dengan keabsahan klaim Rummail Abbas .

Mungkin ini adalah jalan yang ditunjuk oleh Allah SWT untuk menguji siapa yang membela klaim klan Ba’alwi tersebut, yang pada akhirnya terbukti salah. Sama seperti dalam Surat Al-Hujurat (49:6) , kita diajarkan untuk setiap memeriksa informasi dengan hati-hati sebelum mempercayainya, terutama jika ada kepentingan pribadi yang mendasari sebuah klaim.

 

*Pentingnya Verifikasi dan Pemikiran Kritis*

Pernyataan yang tidak didasarkan pada bukti yang valid dan terpercaya bisa mengarah pada penyebaran informasi yang salah dan penerimaan informasi yang keliru. Ini adalah contoh yang jelas tentang pentingnya verifikasi informasi dan menggunakan pendekatan ilmiah dalam menilai klaim-klaim yang dikemukakan oleh seseorang. Dalam dunia ilmu pengetahuan, *kredibilitas* dan *keahlian* bukan hanya tentang menyebutkan gelar akademik atau mengklaim memiliki pengalaman, tetapi lebih pada *kemampuan untuk menunjukkan bukti* yang mendukung setiap argumen yang dikemukakan.

*Dr. Sugeng Sugiarto* sebagai ahli genetika dan peneliti yang berintegritas, melakukan verifikasi melalui jalur yang benar dan sah. Tindakan Dr. Sugeng menunjukkan bahwa *sejarah, ilmu pengetahuan, dan bahkan klaim-klaim pribadi harus diuji dengan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan* , terutama ketika klaim tersebut berkaitan dengan pendidikan, pengalaman, dan keahlian seseorang.

 

*Menjaga Integritas Ilmiah: Sebuah Tanggung Jawab Bersama*

Menghadapi klaim palsu atau informasi yang dikirimkan bukanlah tugas satu pihak saja. Setiap individu, khususnya mereka yang berada di dunia akademik dan penelitian, memiliki tanggung jawab untuk mengungkap kebenaran. Menyebarkan informasi yang tidak jelas atau yang sudah terbukti salah hanya akan merusak integritas dan reputasi ilmu pengetahuan itu sendiri.

Dalil-dalil dalam *Al-Qur’an* mengajarkan kita untuk *berhati-hati dalam berucap dan menyampaikan informasi* . serupa dalam Surat Al-Hujurat ayat 6:

โ€œWahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu dengan membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu kaum dengan pengkhianatan, yang pada akhirnya kamu menyesali perbuatanmu.โ€ (QS. Al-Hujurat : 6)

Dalil ini mengingatkan kita untuk selalu *memeriksa kebenaran suatu informasi* sebelum mempercayainya, apalagi jika informasi tersebut dapat mempengaruhi banyak orang atau membentuk opini publik.

 

*Kritis, Ilmiah, dan Berpijak pada Bukti*

Kasus Rummail Abbas alias Ahmad Romli adalah contoh nyata bagaimana klaim tanpa dasar ilmiah bisa dengan mudah dibahas dan dibongkar. Dalam dunia yang penuh dengan informasi, sangat penting bagi kita untuk menggunakan akal sehat , logika , dan pendekatan ilmiah dalam menilai klaim apa pun, terutama jika klaim tersebut menyangkut pendidikan, sejarah, dan bidang pengetahuan lainnya.

Tindakan Dr. Sugeng Sugiarto untuk memverifikasi klaim Rummail Abbas adalah langkah yang patut diapresiasi, dan ini harus menjadi contoh bagi kita semua untuk tidak hanya menerima informasi begitu saja, tetapi juga untuk memastikan bahwa informasi yang kami terima dan sebarkan adalah *informasi yang benar dan berdasarkan bukti* . Hanya dengan cara ini kita dapat menjaga integritas ilmu pengetahuan dan memastikan bahwa ringkasan tidak dapat berkembang biak di masyarakat.

Mari kita berpikir kritis, mengedepankan kebenaran yang dapat dibuktikan dengan data dan bukti yang sah, serta menjadikan ilmu pengetahuan sebagai landasan dalam menilai setiap klaim yang ada di sekitar kita.

 

Sumber link berita:

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *