ISLAM TIDAK MEMULIAKAN KETURUNAN, KEMULIAAN MANUSIA KARENA TAQWANYA

Keselamatan dan Kemuliaan itu Bukan Karena Nasab

Suatu hari cucu Nabi yang amat saleh dan rendah hati, yang populer dipanggil “Al-Sajjad” tampak sedang murung, berduka. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu yang menggelisahkan hatinya. Pipinya basah oleh air mata yang mengalir tenang. Temannya, Thawus mengatakan :

“Wahai, putra Husein yang mulia, cucu Ali bin Abi Thalib yang mulia dan cicit Nabi Muhammad, utusan Allah yang amat mulia, mengapa engkau berduka?”.

Al-Sajjad menjawab: “Saudaraku, tolong jangan bawa-bawa ayah, ibu dan kakekku. Aku sedang memikirkan masa depanku sendiri, aku akan tinggal di mana sesudah aku meninggalkan dunia ini. Apakah aku akan selamat atau tidak?. Ingatlah, di akhirat kelak tak ada lagi hubungan nasab/keturunan yang bisa menyelamatkan seseorang, kecuali amal salehnya masing-masing.

Allah berfirman :

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ

“Apabila terompet ditiup (kelak pada hari kiamat) maka tidak ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanggungjawab”.

Allah juga mengatakan :

فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ. يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ

وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ

“Dan apabila terompet kedua ditiup.
Hari ketika manusia lari
dari saudaranya,dari ibu dan bapaknya,
dari istri dan dari anak-anaknya.
Setiap orang pada hari itu
Disibukkan oleh urusan dirinya sendiri”.

Sementara demikian Allah dalam al-Qur’an menyatakan :

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُون َإِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Betapa mendalamnya pengetahuan Al-Sajjad, cicit Nabi itu yang mulia dan betapa rendah hatinya beliau ini. Ia sangat mengerti bahwa kemuliaan dan kebaikan seorang manusia hanyalah karena ketakwaannya kepada Allah, bukan karena keturunan, jabatan, jenis kelamin, asesoris atau simbol-simbol yang dilekatkan orang kepadanya.

Allah sudah mengatakan hal ini :

ان اكرمكم عند الله أتقاكم

“Sesungguhnya yang paling mulia di mata Allah adalah orang yang paling bertakwa”.

Sejalan dengan ayat di atas, Nabi mengatakan :

ان الله لا ينظر إلى اجسامكم ولا الى صوركم. ولكن ينظر إلى قلوبكم واعمالكم.

“Allah tidak melihat tubuh dan rupamu, tetapi hati dan tindakanmu”.

Surga itu disediakan untuk orang-orang yang beriman dan berbuat baik, dari manapun berasal, berwarna kulit apapun, berjenis kelamin apapun dan keturunan siapapun. Neraka itu menjadi tempat orang-orang yang mengingkari/menentang Tuhan dan orang-orang yang berbuat jahat, dari manapun, berwarna kulit apapun, jenis kelamin apapun dan keturunan siapapun.

Disebutkan dalam kitab نور الظلام karya Syekh Nawawi al-Bantani, bahwa saat Sayyidah Fathimah binti Rasulillah ﷺ wafat (enam bulan pasca wafatnya Sang Ayah), ada empat orang yang memikul jenazahnya yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib, dua putranya (Sayyidina Hasan dan Husain) dan Abu Dzar Al-Ghifari.
Ketika Jenazah diturunkan ke kubur, Abu Dzar pun berdiri seraya berkata: Wahai Kubur, tahukah kamu, orang yang dimakamkan ini? Beliau adalah putri Rasulullah ﷺ, istri dari Ali al-Murtadha, dan ibu dari Hasan dan Husain. Maka terdengarlah suara dari dalam kubur:

ما انا موضع حسب ولا نسب وانما انا موضع العمل الصالح فلا ينجو مني الا من كثر خيره وسلم قلبه وخلص عمله

Aku bukan tempatnya nasab dan keturunan, melainkan tempat amal shalih. Tidak akan selamat dari siksaku kecuali orang yang banyak amal kebaikannya, selamat hatinya dan ikhlash amalnya.

يارَبِّ كُنْ لِي يَا مُعِينْ إذَا رَشَحْ عَظْمُ الجَبِيْنْ # وَ اخْتِمْ إِلَهِي بِاليَقِينْ مِنْ قَبْلِ لَوْمِ اللَّائِمَةْ
يا رَبِّ مَا مَعْنَا عَمَلْ وَكَسْبُنَا كُلُّهْ




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *