Ketika Nasab Palsu Berkuasa
Ada sebuah pelajaran berharga bagi kita, ketika mempelajari sejarah masa lalu, oleh karena itu mari kita ulas sepak terjang Klan Ubaidillah Al Mahdi yang menorehkan tinta hitam dalam lembaran sejarah Islam, yang akhirnya di hancurkan oleh Salahuddin Al Ayyubi beserta bala tentaranya.
Bahwasanya sebuah narasi cerita fenomena masa lalu terkadang terjadi dimasa kini, namun aktor serta tempatnya yang berbeda.
Golongan Ubaidiyyun adalah pemerintah Mesir sebelum kedatangan Salahuddin Al Ayubi. Nenek moyang mereka adalah Ibnu Dishan Al Qaddah, pengasas dasar aliran Bathiniah.
Ubaidillah (Al Mahdi) 200H-297H-322H yaitu Said bin Husain bin Ahmad bin Abdillah bin Maimun bin Dishan Al Qaddah. Dia mengubah nasab keturunannya dan mengaku keturunan Hasan bin Muhammad bin Ismail bin Ja’far Ash-Shadiq.
Imam Suyuti dalam Tarikh Khulafa’ berkata, “. . . bahkan sebenarnya nenek moyang mereka adalah MAJUSI”
Al Qadhi Abu Bakar Al Baqilani mengatakan, “Al Qaddah, yakni moyang Ubaidillah yang menamakan dirinya Al Mahdi sebenarnya dia adalah seorang MAJUSI”.
Dari banyak keterangan bahwa Ubaidillah adalah seorang yang beraliran kebatinan yang buruk dan bersungguh-sungguh sekali untuk menghapus agama Islam. Dia suka membunuh para ulama dan para fuqaha, serta hobi menyesatkan manusia ke jalan yang salah. Anak-anaknya berperangai sepertinya. Mereka meniru sikapnya, mereka berani menghalalkan minum arak, seks bebas, dan suka menyebarkan kekacauan.
Az-Zahabi juga mengatakan, “Para peneliti dan pengamat sejarah sepakat bahawa sesungguhnya Ubaidillah Al Mahdi bukan orang baik. ”
Mereka mengadakan peringatan maulid secara umum dan maulid Nabi secara khusus serta acara peringatan hari kematian dan lainya pada masa kepemimpinan Al Ubaidiyyun.
Al Muqrizi berkata, “Dengan adanya peringatan-peringatan yang dijadikan oleh kelompok Fatimiyyun sebagai hari raya dan pesta seperti itu pengaruh mereka bertambah luas dan mereka mendapat keuntungan yang banyak”.
Kegiatan maulid Nabi yang mereka lakukan bukan kerana cinta kepada Rasulullah dan keluarganya seperti yang mereka dakwa, tetapi tujuan mereka untuk menambah pengikut serta menyebarluaskan aliran Ismailiyah Bathiniyah yang mereka anuti dan aqidah rusak mereka di kalangan manusia serta menjauhkan mereka dari agama yang benar dan aqidah yang murni dengan acara mengada-adakan upacara-upacara semacam itu, menyuruh manusia menghidupkannya, memberikan semangat, dan agar mereka mendapatkan keuntungan harta melalui jalan tersebut.
Mereka mewajibkan seluruh pegawai pemerintahan menganut mazhab Ubaidiyah (Ismailiyah) Bathiniyah, menetapkan undang-undang atas dasar keyakinan tersebut. Untuk menjadi pegawai-pegawai kerajaan di pejabat pemerintahan disyaratkan masuk dalam mazhab Syi’ah.
Telah dijelaskan bahawa upacara Maulid Nabi itu bukan didasari atad rasa cinta kepada Rasulullah dan keluarganya, akan tetapi satu-satunya adalah agar tercapainya tujuan politik mereka untuk menyebarkan mazhab Ismailiyah Bathiniah.
Untuk menarik perhatian seluruh manusia, mereka mengadakan perayaan-perayaan secara lahir menampakkan kemuliaan, yaitu dengan memberikan penghargaan berupa uang, hadiah kepada para penyair, penulis kerajaan dan ulama, sedekah kepada orang miskin, dan mengadakan pesta. Semua itu dalam rangka menarik manusia agar mereka masuk dalam mazhabnya.
Mereka pun banyak mendirikan kubur-kubur (palsu) untuk diambil tabaruk dan diziarahi. Sebahagian besar kubur di Mesir adalah dibangun oleh Daulah Fathimiyah.
Al Qadhi Al Baqillani menulis sebuah buku tentang penolakannya terhadap mereka yang diberi judul Kafsu Al Asraar wa Hatki Al Atsaar, didalamnya dia menjelaskan tentang keburukan-keburukan mereka dan berkata tentang mereka, “Mereka adalah kaum yang menampakkan faham Rafidhah secara lahir dan menyembunyikan kekfiran. ”
Jumhur ummah mencacat nasab mereka, dan menyebutkan mereka adalah keturunan Majusi atau Yahudi. Inilah kesaksian masyhur para ulama Thaif dari 4 mazhab, ahlul kalam, ahli nasab, orang awam dan sebagainya.
Yusuf Ar Ru’yani berkata, “Para ulama Qayruwan sepakat bahawa orang-orang dari Bani Ubaid adalah orang-orang murtad dan zindiq kerana mereka melakukan penentangan terhadap syari’ah.
Ahlul ilmu membatalkan nasab mereka, seperti Ibnu Jauzi, Abu Syamah, Al Qadhi bin Khaliqan dalam Kitab sejarahnya. Bahkan mereka menulis buku khusus membongkar mereka seperti Al Qadhi Al Baqillani yang mengatakan mereka adalah keturunan MAJUSI dan aliran mereka lebih berbahaya dari mazhab Al Ghaliyah. Mereka lebih kafir dari mazhab Al Ghaliyah tersebut.
Abu Ya’la dalam Al Mu’tamad menjelaskan dengan panjang lebar tentang kezindikan dan kekafiran mereka. Juga Abu Hamid Al Ghazali dalam Fadha’il al Mustadzhiriyah wa Fadahil al Bathiniyah, dia berkata, “Secara lahir mereka Rafidhah, tetapi batinnya kafirr mutlak!!”
Bahawa Ubaidiyyun ketika masuk negara Mesir dan ingin menyebarkan mazhab Bathiniah, dengan menjadikan Syi’ah sebagai rujukan untuk menutupi pandangan manusia dari hakikat dakwah mereka, menggunakan berbagai macam cara: mereka mengelabui masyarakat umum dan khusus dengan hadiah-hadiah, pesta, dan perkumpulan-perkumpulan sebagai sarana untuk menyebarkan mazhab.
Selanjutnya mereka menggunakan cara persekusi, pembunuhan, penjara dan siksaan kepada orang yang menentang mereka khususnya dari golongan Ahlu Sunnah yang mengetahui hakikat dakwah mereka. Sementara manusia secara umum ikut serta dalam perkumpulan-perkumpulan kegiatan acara itu, kerana mereka memerlukan nafkah dan harta, serta kerana senang kepada hiburan dan labuan hawa nafsu.
Disamping itu mereka juga takut kepada raja jika mereka diketahui tidak hadir, sehingga dengan terpaksa ikut, takut diazab dan disiksa.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (Surat Yusuf: 111)
Imam Muslim dalam muqaddimah sahihnya meriwayatkan sampai sanadnya kepada Muhammad bin Siriin, beliau berkata, “Sesungguhnya ilmu itu agama, maka lihatlah darimana kalian mengambil agama kalian!!”
Waallahu A’lam
Oleh : Husni Mubarok Al Kudusi, DPP Humas PWI Laskar Sabilillah