KH. Hasan Gipo :Ulama, Saudagar-Aktivis, Ketua Tanfidziyah NU Pertama

*KH. Hasan Gipo*
*’Ulama, Saudagar-Aktivis, Ketua Tanfidziyah NU Pertama*


بِسْــــــــــمِـ اللَّـٰهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِـ
KH. Hasan Gipo memiliki nama asli Hasan Basri,
Gipo adalah kependekan dari Sagipodin, yakni nama sebuah keluarga yang dikenal kaya raya.
Sagipodin sendiri berasal dari bahasa Arab “Saqifuddin” artinya pelindung agama.
Hasan Gipo masih memiliki hubungan keluarga dengan Sunan Ampel dan juga tokoh Muhammadiyah, KH. Mas Mansur.
Haji Hasan Basri Sagipodin atau sering disapa Hasan Gipo (1869-1934) adalah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode pertama kali mendampingi K.H. M. Hasyim Asyari sebagai Rais Akbar.
( Buku: Karisma ulama:kehidupan ringkas 26 tokoh NU).
Dinasti Gipo ini didirikan oleh Abdul Latif Sagipoddin (Tsaqifuddin) yang disingkat dengan Gipo.
Sebagai pemuda yang hidup dikawasan bisnis yang berkembang sejak zaman Majapahit itu, Sagipoddin memiliki etos kewiraswastaan yang tinggi.
Prosesi bisnisnya ditekuni mulai dari pedagang beras eceran, dengan cara itu ia memiliki kepandaian tersendiri dalam menaksir kualitas beras.
Keahliannya itu semakin hari semakin tenar, sehingga para pedagang dan terutama importir beras banyak yang menggunakan jasanya sebagai konsultan kualitas beras.
Ketika usianya sudah menjelang dewasa, ia diambil menantu oleh seorang saudagar Cina.
Dengan modal besar dari mertuanya itulah ia bisa melakukan impor beras sendiri dari Siam, sehingga keuntungannya semakin besar dan semakin kaya.
Tetapi ketika perkembangan bisnisnya terlalu ekspansif, maka akhirnya ia kebobolan juga, karena beras yang diimpor dari Siam itu dipalsu oleh rekanan bisnisnya dari Pakistan ditukar dengan wijen, yang waktu itu harga wijen sangat rendah dibanding harga beras. Selain itu wijen tidak dibutuhkan dlam skala besar.
Dengan penipuan itu bisnisnya sempat limbung selama beberapa bulan.
Di tengah kelesuan bisnisnya itu tiba-tiba pemerintah Belanda membutuhkan wijen dalam jumlah besar.
Tentu saja tidak ada pengusaha yang memiliki dagangan yang aneh itu, setelah dicari kesana kemari akhirnya Belanda tahu bahwa Sagipoddin memiliki segudang wijen.
Belanda sangat senang dengan ketersediaan wijen yang tak terduga itu, karena itu berani membeli dengan harga mahal.
Bak pucuk dicinta ulam tiba, maka minat Belanda itu tidak disia-siakan.
Karena wijen itu dulunya dibeli seharga beras, maka Sagipoddin minta sekarang dibeli dengan seharga beras.
Belanda yang lagi butuh tidak keberatan dengan harga mahal yang ditentukan itu, lalu dibelilah seluruh wijen Sagipoddin, maka keuntungan yang diperoleh berlipat ganda, sehingga perdaganannya juga semakin besar.
Sebagai seorang santri taat ia banyak pergunakan hartanya untuk sedekah membangun pesantren dan masjid.
Banyak kiai besar yang diundang ke rumahnya, Sagipoddin sangat senang bila kiai yang berkunjung mau menginap di rumahnya, maka pulangnya mereka diberi berbagai macam sumbangan untuk pembangunan sarana pendidikan dan ibadah, sehingga dalam waktu singkat Sagipoddin sangat terkenal di Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya.
Sang Kakek, Abdul Latif Sagipuddin ini menikah dengan Tasirah mempunyai 12 orang anak, salah satunya bernama H Turmudzi, yang kawin dengan Darsiyah, mempunyai anak yang bernama H Alwi, kemudian Alwi mempunyai sepuluh orang anak yang salah satunya bernama Marzuki.
Dari H Marzuki itulah kemudian lahir seorang anak yang bernama Hasan, yang lahir pada 1896 di Ampel pusat kota Surabaya yang kemudian dikenal dengan Hasan Gipo.
Jadi ia merupakan generasi kelima dari dinasti Gipo.
Hasan Gipo juga mendapatkan pendidikan cukup memadai selain belajar di beberapa pesantren di sekitar surabaya, juga sekolah di pendidikan umum ala Belanda.
Meskipun mendapatkan pendidikan model Belanda tetapi jiwa kesantriannya masih sangat kental dan semangat kewiraswastaannya sangat tinggi, sehingga kepemimpinan ekonomi di kawasan bisnis Pabean masih dipegang oleh keluarga itu, hingga masa Hasan Gipo.
Sebagai sesama penerus Sunan Ampel dan sesama sudagar membuat Hasan Gipo sering bertemu dengan KH Wahab Hasbullah dalam dunia pergerakan.
Sebagai seorang pedagang dan sekaligus aktivis pergerakan yang tinggal di kawasan elite Surabaya, hal itu sangat membantu pergerakan Kiai Wahab.
Dialah yang selalu mengantar Kiai Wahab menemui para aktivis pergerakan yang ada di Surabaya, seperti HOS Cokroaminoto, Dr. Soetomo dan lain sebagainya.
Di situlah Kiai Wahab dan Hasan Gipo berkenalan dengan para murid HOS Cokroaminoto seperti Soekarno, Kartosuwiryo, Muso, SK Trimurti dan masih banyak lagi.
Di situlah para aktivis pergerakan nasional baik dari kalangan nasionais dan santri bertemu merencanakan kemerdekaan Indonesia.
Jauh sebelum terbentuknya NU, Kiai Hasan sudah mendukung dakwah dan syiar Islam, khususnya yang dilakukan kalangan pesantren.
Sewaktu para tokoh Islam tradisionalis hendak mengirimkan utusan ke Hijaz (Arab Saudi) demi menemui Ibnu Saud, ia turut memberikan sokongan finansial.
*Komite Hijaz* itu diketuai KH Abdul Wahab Hasbullah.
Tujuannya mengimbau Raja Saud agar tidak mengekang aktivitas Islam Ahlussunnah waljamaah di Jazirah Arab. Dalam pengiriman delegasi ke Makkah itu, KH Hasan Gipo memelopori penghimpunan dana.
Kini, riwayat Kiai Hasan seolaholah terlupakan bahkan di lingkungan Nahdliyin.
Makam sang saudagar yang alim agama itu hampir saja hilang, tidak ditemukan jejaknya.
Namun, sejak 2015 lalu sejumlah tim akhirnya berhasil menemukan kuburannya di Kompleks Permakaman Kanjeng Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
Lokasinya persis di sebelah timur Masjid Ampel.
*Langgar Gipo* berada di tepi Jalan Kalimas Udik, Pabean Cantian, Surabaya.
Bangunan itu memang cukup bernilai sejarah.
Sebab, di sanalah tempat berkumpulnya para ulama NU zaman dahulu. Konstruksi berusia dua abad itu juga tercatat sebagai asrama haji pertama di Kota Pahlawan.
Di antara jasa-jasa Kiai Hasan ialah menangkal paham yang berupaya merusak Indonesia, semisal komunisme.
Selain itu, kiprahnya juga tampak jelas dalam bidang pendidikan.
Pada intinya, sosok KH Hasan Gipo bukanlah milik keluarga besar Gipo, melainkan warga Nahdliyin dan umat Islam seluruhnya.
Kagem Mbah
KH. Hasan Gipo,
Al Fatihah…
والله الموفق إلى أقوم الطريق
*اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ*
#santriuntuknegri




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *