*Klan Ba’alwi dan Mukibin: Menuduh Pengkritik Nasab Klan Ba’alwi sebagai PKI, Padahal sejarah mencatat: Justru Klan Ba’alwi Sendiri Yang Mempelopori Gerakan Komunis di Indonesia*
Dalam diskursus publik, sering kali kita mendengar tuduhan yang dilontarkan oleh kalangan klan Ba’alwi dan para pendukungnya (mukibin) terhadap mereka yang mengungkap kepalsuan nasab Ba’alwi. Mereka kerap menuding bahwa kritik terhadap klaim keturunan mereka berasal dari kelompok yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tuduhan ini tentu saja menggelikan dan tidak berdasar. Sebab, jika kita menelusuri sejarah dengan jujur, justru tokoh-tokoh dari klan Ba’alwi sendiri yang menjadi pelopor gerakan PKI di Indonesia.
*Ironi Sejarah: D.N. Aidit, Keturunan Ba’alawi yang Memimpin PKI*
Salah satu tokoh utama dalam sejarah PKI adalah Dipa Nusantara Aidit (D.N. Aidit), yang merupakan Ketua PKI hingga tahun 1965. Nama marga Aidid yang melekat pada dirinya menunjukkan hubungan dengan klan Ba’alwi yang berasal dari Hadramaut, Yaman. Fakta ini bukan sekadar spekulasi, sebab putra D.N. Aidit sendiri telah mengonfirmasi bahwa keluarganya merupakan bagian dari imigran Yaman, yang secara langsung menghubungkan garis keturunannya dengan klan Ba’alwi.
Namun, yang menarik adalah sikap kalangan Ba’alawi terhadap tokoh ini. Biasanya, mereka begitu agresif dalam mengklaim tokoh-tokoh besar seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, dan KRT Sumodiningrat sebagai bagian dari keturunan mereka, meskipun tidak ada bukti kuat yang mendukung klaim tersebut. Akan tetapi, ketika menyangkut D.N. Aidit, klaim ini justru menghilang. Mengapa demikian?
Apakah ada upaya sistematis untuk menutupi keterlibatan anggota Ba’alawi dalam gerakan komunis di Indonesia? Jika benar klaim nasab yang selama ini mereka dengungkan, seharusnya mereka juga mengakui hubungan dengan D.N. Aidit sebagaimana mereka mengklaim tokoh-tokoh pahlawan bangsa. Namun, dalam kasus ini, tampaknya mereka memilih untuk menghindari fakta sejarah yang tidak menguntungkan bagi citra mereka.
*Keterlibatan Klan Ba’alawi dalam PKI: Data yang Tidak Bisa Dihilangkan*
Selain D.N. Aidit, ada tokoh-tokoh lain dari klan Ba’alawi yang juga memiliki keterkaitan dengan PKI. Di antaranya:
*Ahmad Sofyan baraqbah*, seorang anggota aktif PKI yang tercatat sebagai bagian dari parlemen.
*Fahrul Baraqbah*, seorang kader penting PKI yang turut berperan dalam pergerakan politik partai tersebut.
Fakta ini memperkuat dugaan bahwa keterlibatan Ba’alawi dalam PKI bukan hanya kebetulan, melainkan bagian dari dinamika politik mereka di Indonesia. Bahkan, jika kita menengok ke sejarah internasional, Hadramaut, tempat asal klan Ba’alawi, pernah menjadi negara komunis pertama di dunia Arab (Republik Demokratik Rakyat Yaman, 1967-1990).
*Pertanyaan yang muncul adalah: Mengapa klan Ba’alawi yang selama ini mengklaim sebagai penjaga Islam justru memiliki jejak kuat dalam sejarah komunisme, baik di Indonesia maupun di dunia Arab?*
*Mengapa Ulama Pribumi yang Justru Menjadi Korban PKI?*
Jika kita melihat sejarah kelam pemberontakan PKI, banyak ulama dari Masyumi dan Nahdlatul Ulama (NU) yang menjadi korban kekejaman partai ini. Namun, menariknya, tidak ada catatan signifikan tentang ulama dari Ba’alawi yang menjadi korban PKI.
*Fakta ini patut dipertanyakan:*
Jika Ba’alawi benar-benar merupakan garis keturunan yang membela Islam, mengapa tidak ada ulama mereka yang menjadi korban PKI?
Mengapa justru ulama-ulama pribumi, yang tidak memiliki klaim nasab istimewa, yang berani berdiri di garis depan melawan komunisme?
Jawabannya jelas: karena sebagian tokoh dari klan Ba’alawi sendiri memiliki hubungan erat dengan PKI dan tidak menjadi target pembantaian seperti ulama pribumi.
*Kesimpulan: Jangan Tertipu dengan Narasi Palsu*
Tuduhan bahwa mereka yang mengkritik nasab Ba’alawi adalah bagian dari PKI adalah upaya pengalihan isu yang menutupi fakta sejarah. Bukti sejarah justru menunjukkan bahwa tokoh-tokoh dari klan Ba’alawi sendiri yang menjadi bagian dari PKI, baik sebagai pemimpin maupun anggota parlemen.
Masyarakat harus mendapatkan edukasi yang benar agar tidak terus menerus tertipu oleh narasi yang menyesatkan. Jangan sampai klaim nasab yang telah terbukti palsu ditutupi dengan kebohongan baru, yaitu dengan menuduh pihak lain sebagai PKI, sementara fakta sejarah menunjukkan bahwa justru Ba’alawi-lah yang memiliki hubungan erat dengan PKI di Indonesia.
*Saatnya umat Islam dan masyarakat luas membuka mata terhadap kebenaran sejarah!*