Korps prajurit Estri berisikan kumpulan wanita yang berani melawan penjajahan Belanda. Keberaniannya tersebut juga imbang dengan tingkat kecerdasannya. Hal inilah yang membuat pasukan wanita tersebut tak kalah dari kaum pria dalam sejarah Indonesia.
Musuh langsung ketar-ketir ketika berhadapan dengan pasukan wanita ini. Apalagi tentara wanita tersebut mampu menguasai medan perang dengan baik.
Bahwa, Korps Prajurit Estri adalah pasukan berisikan perempuan-perempuan desa ini sebenarnya tentara elit kesultanan Mataram. Tentara ini dibentuk langsung oleh Pangeran Sambernyawa.
Pangeran ini sangatlah berjasa karena mampu melawan VOC dan merebut Surakarta pada tahun 1743 silam. Tak hanya itu saja, ia juga berjasa di dunia kesenian karena menciptakan gamelan pelog dan tari bedhaya.
Dalam membentuk pasukan wanita pertama ini pun, pangeran tak berpangku tangan. Ia sendiri yang melatih wanita-wanita di Surakarta tersebut dengan berbagai keterampilan.
Mulai dari keahlian menembak, berkuda, berpedang, sampai dengan berperang. Pangeran juga membekalinya dengan kesenian tari, musik, hingga sastra jawa. Dengan kemampuan tersebut, korps prajurit Estri ini mampu membuat musuh gentar.
Untuk menjadi pasukan Estri, tentu tak sembarangan wanita bisa memasukinya. Hal ini karena ada syarat tertentu yang perlu wanita penuhi agar bisa bergabung dalam pasukan tersebut.
Adapun syaratnya ialah wanita tersebut harus memiliki paras wajah yang cantik. Lalu untuk syarat selanjutnya, wanita ini harus memiliki kondisi tubuh yang fit dan sehat.
Apabila menenuhi syarat tersebut, maka wanita ini bisa masuk pasukan Estri. Menariknya, pasukan wanita ini tak memiliki senjata khusus dalam melumpuhkan dan mematikan musuh.
Para wanita dalam korps prajurit Estri cukup mengandalkan tusuk konde yang ada di sanggul. Namanya ialah Condoroso, senjata tersebut tentu tak akan pernah musuh bayangkan sebelumnya sehingga cenderung lengah.
Berbeda dengan tusuk konde biasa, senjata ini sangatlah tajam. Akan sangat berbahaya jika senjata tersebut sampai mengenai musuh.
Sebagaimana yang sudah kita singgung tadi, pasukan ini memiliki banyak kemampuan. Selain yang sudah kita sebutkan tadi, rupanya pasukan wanita ini juga pandai menyamar.
Kepiawaiannya dalam menyamar melancarkan aksi mata-mata yang mereka lakukan. Wanita ini akan langsung beraksi saat musuh lengah. Misalnya ketika menyanyi sinden, menari bersama, dan lainnya.
Kemampuan ini juga membantu korps prajurit Estri dalam mengawal raja maupun keluarga keraton. Bekal kemampuan ini juga membantu pasukan tersebut untuk menghadapi berbagai pertempuran besar..Mulai dari Perang Diponegoro, Perang Banjarmasin, hingga Perang Jawa.
Pasukan ini memiliki pemimpin yang juga wanita, namanya Rubiyah. Sang pemimpin memiliki gelar Raden Ayu Matah Ati. Wanita ini bukanlah orang sembarangan. Ia rupanya putri demang atau pejabat daerah yang ada di Wonogiri.
Hal yang mengejutkan, ia ternyata juga istri kedua pendirinya, Raden Sambernyawa. Bukan tanpa alasan kenapa ia jadi pemimpinnya.
Selain memiliki latar belakang tersebut, ia juga sangat cerdas dan berani. Pemimpin korps prajurit Estri ini pun memiliki kepribadian inspiratif karena begitu setia dengan suaminya.
Bersama suaminya, ia tak pernah gentar dalam melawan penjajahan Belanda. Di sisi lain, ia juga telaten dalam mengurus urusan istana.
Mengenal Ratu Ageng Tegalrejo
Jika melihat salah satu postingan di akun media sosial Instagram @museum_diponegoro, ada pembahasan seputar Ratu Ageng Tegalrejo..Nenek buyut Pangeran Diponegoro sekaligus permaisuri Sri Sultan Hamengkubuwono I ini termasuk wanita pejuang.
Ia pernah jadi komando korps prajurit Estri Estri Langenkusumo. Hal ini menandakan bahwa sosok wanita tersebut sangatlah berani dan cerdas.
Ia sendiri lahir di Sragen pada tahun 1732. Nama lahirnya ialah Niken Ayu Yuwati. Jasanya dalam membasmi penjajahan turut memperlihatkan tingginya antusias wanita di zaman dulu.
sumber :
https://www.harapanrakyat.com/wp-content/uploads/Korps-Prajurit-Estri-Pejuang-Wanita-Bersenjata-Tusuk-Konde-696×392.jpg