Meluruskan Doktrin-Doktrin Menyesatkan: Tinjauan Kritis Berdasarkan Kitab-Kitab Ulama Sunni ASWAJA

Dalam beberapa kesempatan, kita sering mendengar ceramah-ceramah yang mengandung klaim-klaim luar biasa yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam. Klaim-klaim seperti seseorang yang bisa menyerap api neraka, menghidupkan orang mati, menggantikan ibadah haji dengan ziarah ke makam seorang habib, atau bahkan menganggap keturunan tertentu sebagai “bahtera keselamatan” adalah penyimpangan yang perlu kita luruskan. Umat ​​Islam harus mengembalikan pemahaman mereka kepada ajaran Islam yang murni, yang berlandaskan Al-Qur’an, Hadits, dan pandangan para ulama Sunni Aswaja yang terpercaya. Berikut ini adalah uraian dan penjelasan kritis terkait klaim-klaim tersebut, dengan referensi dari kitab-kitab klasik serta pandangan ulama Sunni.

 

*1. Klaim Pemadaman Api Neraka: Pemahaman yang Salah*

Link berita: https://www.youtube.com/watch?v=zxjedftbz8s

(Syeh Abubakar Bin Salim Bisa Memadamkan Api Neraka – Habib Hasan Bin Ismail AL Muhdor)

Klaim bahwa seseorang bisa menyerap api neraka merupakan bentuk penyimpangan akidah. Dalam Islam, hanya Allah SWT yang memiliki kuasa untuk mengadili hamba-Nya, dan tidak ada manusia yang bisa mengambil peran tersebut.

serupa dalam Al-Qur’an Surat Al-‘Alaq (96:8) , Allah berfirman:

“Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).”

Ulama besar seperti Imam Al-Ghazali dalam “Ihya Ulumuddin” menjelaskan bahwa surga dan neraka adalah urusan Allah semata, dan tidak ada manusia yang memiliki wewenang untuk menentukan nasib seseorang di akhirat. Imam Al-Ghazali juga diperingatkan tentang bahaya klaim spiritual yang berlebihan dan berlebihan, yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Nabi Muhammad SAW.

 

*2. Klaim Mencabut dan Mengembalikan Ruh: Menentang Akidah Islam*

Link berita : https://www.youtube.com/watch?v=X-_zzlixEjI

(Ruh Orang Mati Bisa Dikembalikan Lagi – Habib Hasan Bin Ismail Al Muhdor)

Mengklaim bahwa seseorang dapat mencabut dan mengembalikan ruh bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an. Allah SWT dalam Surat Az-Zumar (39:42) berfirman:

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya.”

Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menegaskan bahwa hanya Allah SWT yang memiliki kekuasaan atas hidup dan mati. Mengklaim bahwa manusia bisa mencabut dan mengembalikan ruh adalah tindakan yang mendekati syirik, karena menyamakan manusia dengan kekuasaan Tuhan. Klaim semacam ini tidak saja menyesatkan umat, tetapi juga merusak pemahaman tauhid yang lurus.

Tidak ada satu pun manusia yang bisa melampaui takdir Allah, termasuk dalam hal mencabut atau mengembalikan ruh. Karomah (keajaiban) yang diberikan kepada para wali Allah pun tidak pernah mencapai derajat yang menyaingi kehendak-Nya. Sejak sepeninggalnya Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, seorang wali besar yang dikenal dengan banyak karomahnya, tidak ada seorang pun wali yang dianugerahi karomah yang melebihi kemuliaan (karimah) beliau. Syaikh Abdul Qadir Jilani adalah teladan agung dalam kerendahan hati dan kesalehan, namun meskipun demikian, karomah-karomahnya tidak pernah melampaui batas kehendak Allah SWT.

Klaim dari ajaran-ajaran klan Ba’alawi bahwa ada manusia yang mampu melakukan hal-hal di luar ketentuan syariat Islam, seperti mengembalikan ruh atau menghidupkan orang mati, tidak memiliki dasar dalam Islam dan harus ditolak dengan tegas. Umat harus kembali kepada pemahaman yang benar, bahwa semua karomah hanyalah wujud kekuasaan Allah yang diperlihatkan melalui hamba-Nya, dan tidak ada seorang pun manusia yang bisa menyamai kuasa Tuhan.

 

*3. Klaim Mi’raj Berulang dan Kemampuan Spiritual Lainnya: Penyimpangan Akidah*

Link Berita: https://www.youtube.com/watch?v=QNJnwCw1Nlo
(Karomah Habib Faqih Muqadam mampu 70 kali mondar mandir ke sidratul muntaha dalam sehari)

Kisah Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW adalah mukjizat yang hanya dianugerahkan kepada beliau sebagai Rasulullah. Tidak ada manusia lain yang dapat memperoleh pengalaman serupa, apalagi mengklaim melakukan mi’raj berulang kali dalam semalam.

Imam As-Suyuthi dalam “Al-Durr al-Manthur” menjelaskan bahwa Isra’ dan Mi’raj adalah mukjizat yang dikhususkan untuk Rasulullah SAW, dan tidak ada klaim mi’raj yang dapat dibenarkan jika berasal dari manusia biasa. Para ulama menekankan pentingnya menjaga batas antara mukjizat yang diberikan Allah kepada para nabi dan apa yang bisa dilakukan oleh manusia biasa.

 

*4. Surat Sakti untuk munkar nakir dan Tidak perlu Haji karena mencium aroma Rasul di Tarim: Penyimpangan Ibadah*

  1. Link berita surat sakti untuk munkar nakir: https://www.youtube.com/watch?v=BehnkPT_mc8

(Habib Salim Jindan Kirim Surat Kepada Malaikat Munkar Nakir Sebagai Tiket Masuk Surga)

  1. Link berita habib tidak pergi haji karena sudah ada aroma Rasulullah saw di Tarim: https://www.youtube.com/watch?v=Tn_zRwONumU

(Habib Tak Pergi Haji Sebab Bau Rasululah di Kota Tarim, Yaman?!)

Klaim adanya “surat sakti” untuk malaikat Munkar dan Nakir atau Tidak perlu Haji karena mencium aroma rasul di Tarim adalah bentuk penyimpangan dalam ibadah. Haji adalah salah satu dari lima rukun Islam dan tidak bisa diganti dengan bentuk ibadah lain.

Dalam Fath al-Bari karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, dijelaskan bahwa haji adalah ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu, dan tidak ada yang melaksanakannya dalam hal ini. Menggantikan haji dengan ziarah adalah tindakan bid’ah yang menerangi syariat.

Selain itu, Imam Malik dalam kitab “Al-Muwatta” dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada ibadah yang bisa menggantikan haji. Hal ini juga didukung oleh pendapat Imam Syafi’i dalam “Al-Umm” , yang memperingatkan umat Islam untuk tidak mengubah bentuk ibadah yang telah disyariatkan.

 

*5. Menghidupkan Orang Mati dan Mengislamkan Setelah Kematian: Mitos yang Menyesatkan*

Link Berita : https://www.youtube.com/watch?v=MJkwxn4_KPo
(Karomah Habib Ja’far Mengislamkan Orang Mati)

Dalam Al-Qur’an Surat Yasin (36:78-79) , Allah SWT berfirman:

“Dan dia membuat perumamaan bagi Kami, tetapi dia lupa kepada penciptaannya; dia berkata, ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?’ Katakanlah (Muhammad), ‘Yang akan menghidupkannya adalah (Tuhan) yang menciptakannya pertama kali.’”

Para ulama menegaskan bahwa menghidupkan orang mati adalah kuasa Allah semata, sebagaimana mukjizat yang diberikan kepada Nabi Isa AS, bukan kuasa manusia. Imam Al-Qurtubi dalam Tafsir Al-Qurtubi menegaskan bahwa tidak ada manusia selain para nabi yang diberikan kemampuan untuk menghidupkan orang mati.

 

*6. Klaim Ba’alawi sebagai Bahtera Nabi Nuh dan Pemutarbalikan Sejarah: Distorsi yang Berbahaya*

Link berita Habib sebagai bahtera nabi nuh as: https://www.youtube.com/shorts/uIR2FO6YsQ8

(Ahlul bayt Bagaikan Bahtera Nabi Nuh | Novel Habib Jindan)

Link berita Habib klaim kemerdekaan Bangsa Indonesia adalah jasa habib: https://www.youtube.com/watch?v=JOoxizQYHu4

(BENARKAH ADA PERAN HABIB DALAM SEJARAH KEMERDEKAAN RI ️)

Mengklaim bahwa keturunan Ba’alawi adalah bahtera keselamatan seperti bahtera Nabi Nuh atau bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan habaib merupakan upaya untuk memutarbalikkan fakta sejarah dan menempatkan keturunan tertentu pada posisi yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Dalam sejarah Islam dan Indonesia, para pejuang kemerdekaan berasal dari berbagai latar belakang, termasuk ulama dan tokoh nasionalis dari berbagai suku dan agama. KH Hasyim Asy’ari dalam kitab “Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah” menekankan pentingnya persatuan umat tanpa memandang keturunan atau asal usul usul, serta menolak klaim berlebihan yang tidak memiliki dasar dalam sejarah.

 

*Kesimpulan: Meluruskan Fakta dan Mengembalikan Pemahaman*

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Habib dari Klan Ba’alawi, seperti kemampuan memadamkan api neraka, menghidupkan orang mati, menggantikan ibadah haji dengan ziarah, hingga doktrin bahwa mereka adalah “bahtera keselamatan,” bukan hanya tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an dan Hadits, tetapi juga bertentangan dengan pemahaman ulama Sunni ASWAJA. Klaim-klaim tersebut tidak mendidik umat secara intelektual, melainkan mempromosikan keyakinan yang tidak rasional dan tidak bertanggung jawab.

Alih-alih mengajak umat memahami Islam dengan baik, ajaran-ajaran ini justru menyesatkan umat dengan dogma-dogma yang tidak didukung oleh fakta dan ilmu pengetahuan. Umat diajak untuk percaya pada hal-hal yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah atau dalam ajaran Islam yang lurus, yang pada akhirnya menjerumuskan mereka dalam fanatisme buta terhadap garis keturunan dan kepercayaan yang tidak berdasar.

Islam adalah agama yang mengedepankan akal, ilmu, dan pemahaman yang benar. Sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat Al-Mulk (67:10), Allah SWT mengingatkan pentingnya menggunakan akal:

“Sekiranya kami mendengarkan atau menggunakan akal kami, niscaya kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.”

Dengan demikian, umat harus dilindungi dari ajaran yang tidak mencerdaskan ini. Mereka perlu diarahkan kembali pada pemahaman Islam yang berdasarkan dalil yang sahih, akal sehat, dan panduan para ulama yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan pemahaman yang lurus.

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *