“Membongkar Kepalsuan Nasab Ba’alwi: Bantahan Ilmiah terhadap Klaim Dr. Ahmad Fahrur Rozi dan Pengungkapan Kejahatan Sistematis”
Pendahuluan
Tulisan Dr. Ahmad Fahrur Rozi yang meremehkan penelitian KH Imaduddin Utsman al Bantani dalam polemik nasab Ba’alwi tidak hanya menyesatkan, tetapi juga mengabaikan bukti-bukti ilmiah dan sejarah yang telah diungkapkan. Artikel ini akan membantah secara ilmiah tuduhan tersebut serta menjawab beberapa pertanyaan penting seputar validitas nasab Ba’alwi, mengapa tidak terdengar ada pihak yang membatalkan nasab tersebut, dan bagaimana peran penelitian KH Imaduddin dalam polemik ini.
1. Apakah Nasab Ba’alwi Sahih?
Tidak ada dalam sejarah yang pernah secara sah mengesahkan nasab Ba’alwi sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Sebagian besar klaim nasab ini baru muncul pada abad-abad setelah wafatnya Nabi, tanpa bukti yang kuat dan didukung oleh dokumen sejarah yang valid. Salah satu tokoh yang pertama kali menyuarakan keraguan terhadap nasab Ba’alwi adalah para sejarawan dan filolog yang telah meneliti dokumen-dokumen terkait. Prof. Dr. Manachem Ali, ahli filologi dari Universitas Airlangga, telah menunjukkan bahwa tidak ada bukti kuat dalam literatur sejarah awal yang mendukung klaim nasab Ba’alwi, dan banyak dari narasi tentang Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir muncul beberapa abad setelahnya, tanpa referensi yang sahih.
2. Mengapa Tidak Ada yang Membatalkannya?
Seperti yang dikatakan oleh KH Imaduddin, “Tidak ada yang membatalkan sesuatu yang tidak pernah ada atau diisbat.” Artinya, karena tidak ada pengesahan resmi dan sahih dari klaim nasab Ba’alwi sejak awal, maka tidak perlu ada pembatalan formal. Namun, berbagai pihak telah menggugat klaim ini sejak abad ke-3 Hijriah, dan kritik ini terus berlanjut hingga sekarang.
Baru-baru ini, penelitian ilmiah dari berbagai disiplin ilmu, termasuk genetika dan filologi, telah membongkar secara telak bahwa nasab Ba’alwi tidak terhubung dengan nasab keluarga Nabi Muhammad SAW. Dr. Sugeng Sugiarto, seorang ahli genetika, dan Dr. Michael Hammer, yang meneliti haplogroup, menunjukkan bahwa mayoritas keturunan Ba’alwi berada dalam haplogroup G, sementara keturunan Nabi Muhammad SAW secara genetis berada dalam haplogroup J1.
3. Bagaimana Peran Tesis KH Imaduddin dalam Polemik Nasab Ba’alwi?
Penelitian KH Imaduddin Utsman al Bantani merupakan terobosan besar dalam membongkar klaim palsu nasab Ba’alwi. Sebagai seorang ulama dan akademisi dari Nusantara, KH Imaduddin telah menggunakan pendekatan ilmiah yang didukung oleh analisis sejarah, filologi, dan genetika untuk membuktikan bahwa Ba’alwi bukanlah keturunan Nabi Muhammad SAW. Hal ini merupakan kontribusi penting yang menyelamatkan aqidah umat Islam, khususnya di Indonesia, dari bahaya distorsi sejarah dan pemalsuan nasab.
KH Imaduddin telah membuktikan bahwa Ba’alwi, keturunan imigran Yaman yang didatangkan oleh penjajah Belanda, tidak hanya melakukan pemalsuan nasab tetapi juga terlibat dalam upaya sistematis untuk menguasai NKRI. Mereka telah membelokkan sejarah, mengklaim tokoh-tokoh nasional seperti Pangeran Diponegoro dan Imam Bonjol sebagai bagian dari keluarga mereka, serta merusak situs-situs makam leluhur pribumi, seperti yang dibuktikan oleh kasus KRT Sumadiningrat dan Mbah Malik.
Kejahatan Sistematis Ba’alwi terhadap NKRI
Penelitian ini juga mengungkap bahwa gerakan Ba’alwi sangat mirip dengan pola gerakan Zionis Yahudi di Palestina. Mereka menggunakan metode yang sama, seperti menguasai situs-situs sejarah, memalsukan narasi nasional, dan memanfaatkan infiltrasi ke dalam institusi-institusi penting untuk melemahkan perlawanan lokal. Salah satu contoh yang paling mencolok adalah infiltrasi mereka ke dalam Nahdlatul Ulama (NU), di mana saat ini organisasi tersebut rentan karena disusupi oleh sembilan tokoh Ba’alwi yang masuk melalui pengkhianatan dari dalam.
Kesimpulan
Tidak ada dasar sahih yang mendukung klaim nasab Ba’alwi sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Sejak lama, berbagai pihak telah menggugat klaim tersebut, tetapi baru sekarang, melalui jasa KH Imaduddin Utsman al Bantani, kebenaran ini terungkap secara gamblang. Dengan dukungan dari para ahli sejarah, filologi, dan genetika, penelitian ini telah membuktikan bahwa nasab Ba’alwi tidak sahih dan bahwa mereka terlibat dalam agenda yang membahayakan NKRI dan aqidah umat Islam.
Penelitian ini tidak hanya menyelamatkan sejarah bangsa Indonesia dari distorsi, tetapi juga menjaga integritas umat Islam dari pengaruh ideologi dan gerakan yang berbahaya. Dengan terungkapnya kejahatan sistematis Ba’alwi, diharapkan negara dapat lebih waspada dan melindungi diri dari ancaman yang datang dari infiltrasi kelompok ini.