*Membongkar Kesesatan Ajaran Klan Ba’alwi: Benarkah Seorang Habib Bisa Menyelamatkan Penghuni Neraka?*
Dalam ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis yang sahih, keimanan kepada hari akhir, surga, dan neraka merupakan bagian dari akidah yang tidak boleh dikaburkan dengan keyakinan yang tidak memiliki dasar yang kuat. Namun, terdapat ajaran dari klan Ba’alwi yang menyatakan bahwa seorang habib memiliki kuasa untuk masuk ke neraka dan mengeluarkan orang-orang tertentu. Ajaran ini dapat ditemukan dalam kitab Syarhul Ainiyah karya Habib Ahmad bin Zein bin Alawi Al-Habsyi.
*Kutipan Kitab Klan Ba’alwi: Habib Bisa Menyelamatkan Ahli Neraka*
Dalam kitab tersebut disebutkan:
> Kitab Karya Habib Ahmad bin Zein bin Alawi Al-Syarhul Ainiyah Habsyie (Muhammad bin Ali Maula Dawilah Bisa Masuk dan Menyelamatkan Ahli Neraka)
“As-Sayid As-Syeikh Al-Kabir Muhammad bin Hasan Al-Mua’lim berkata kami menyaksikan bahwa sesungguhnya As-Syeikh Muhammad bin Ali Maulad Dawilah berdiri di hadapan Allah SWT setelah wafatnya beliau, dan dibacakan sebanyak 3 kali: (Wahai sekalian manusia apa yang telah memperdayakan kamu ‘berbuat durhaka’ kepada Tuhan yang Maha Pemurah), dan tidak ada jawaban sama sekali sementara para malaikat mengelilinginya, dan tiba-tiba ada seruan dari sisi Allah SWT berfirman kepada para malaikat-Nya: ‘Bawalah dia ke mana dia mau, karena sesungguhnya dia itu orang yang dicintai.’ Maka habib itu berkata: ‘Bawalah aku ke neraka,’ dan ketika sudah sampai di neraka maka dia menceburkan dirinya ke dalam neraka, dan jadilah dia itu berjalan kesana kemari di dalam neraka, dan siapapun yang dilihatnya dari penduduk Tarim dikeluarkannya dari neraka hingga tidak tersisa kecuali dua atau tiga orang saja, karena setiap dikeluarkan dua atau tiga orang tersebut selalu kembali lagi ke neraka, sehingga tidak tersisa satupun dari penduduk Tarim dalam neraka.”
*Hadis Nabi ﷺ: Syafaat Hanya dengan Izin Allah*
Ajaran dalam kitab di atas bertentangan dengan ajaran Rasulullah ﷺ yang menegaskan bahwa bahkan beliau sendiri tidak memiliki kuasa untuk mengeluarkan seseorang dari neraka tanpa izin Allah. Hal ini dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
> “Lalu aku mendatangi (Malaikat) Malik, penjaga neraka, dan aku berkata: ‘Wahai Malik, keluarkan orang-orang yang beriman dari neraka.’ Maka ia berkata: ‘Kami hanya akan melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh Rabb kita’.”
(Hadis riwayat Ibnu Abi Hatim dalam Tafsir-nya dan al-Baihaqi dalam Kitab al-Ba’ts wa an-Nusyur)
Hadis ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun makhluk, termasuk Rasulullah ﷺ, yang bisa mengeluarkan seseorang dari neraka tanpa izin Allah. Malaikat Malik sebagai penjaga neraka pun hanya menjalankan tugas berdasarkan perintah Allah.
*Akidah Islam yang Benar tentang Syafaat*
Islam mengajarkan bahwa syafaat hanya dapat terjadi dengan izin Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
> “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.”
(QS. Al-Baqarah: 255)
Syafaat bukanlah hak mutlak manusia biasa, bahkan Rasulullah ﷺ pun hanya dapat memberikan syafaat setelah mendapat izin dari Allah. Imam An-Nawawi dalam Syarh Muslim menjelaskan:
> “Syafaat Nabi ﷺ hanya terjadi setelah adanya izin dari Allah, dan tidak semua orang akan mendapatkannya kecuali yang memang dikehendaki oleh-Nya.”
Sementara Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari menegaskan:
> “Tidak ada seorang pun yang dapat masuk ke dalam neraka atau mengeluarkan orang dari dalamnya kecuali dengan ketetapan dan izin Allah. Adapun yang mengklaim dirinya atau seseorang dapat menyelamatkan penghuni neraka tanpa izin Allah, maka itu adalah keyakinan yang batil.”
*Kesalahan Fatal dalam Ajaran Klan Ba’alwi*
Kisah dalam kitab Syarhul Ainiyah memiliki beberapa kesalahan mendasar:
1. Bertentangan dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadis, yang menyatakan bahwa hanya Allah yang berwenang menentukan siapa yang masuk dan keluar dari neraka.
2. Mengangkat seorang manusia biasa menjadi seolah memiliki kekuasaan ilahiah, yang bisa menentukan nasib seseorang di akhirat. Ini adalah keyakinan yang menyimpang dan dapat mengarah kepada kesyirikan.
3. Menanamkan pemahaman keliru bahwa keturunan tertentu memiliki hak istimewa dalam hal keselamatan akhirat, padahal Islam tidak membedakan seseorang berdasarkan keturunan, melainkan berdasarkan ketakwaan:
> “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian.”
(QS. Al-Hujurat: 13)
4. Membuka celah bagi penyalahgunaan agama untuk kepentingan golongan, seolah-olah penduduk Tarim memiliki hak eksklusif untuk mendapat pertolongan di akhirat hanya karena garis keturunannya, padahal di sisi Allah semua manusia dinilai berdasarkan amal mereka.
*Kesimpulan: Ajaran Klan Ba’alwi Bertentangan dengan Islam*
Ajaran yang menyatakan bahwa seorang habib bisa masuk ke neraka dan menyelamatkan penghuninya adalah kesesatan nyata yang bertentangan dengan ajaran Islam. Kisah ini tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an, Hadis, maupun pendapat ulama Ahlussunnah wal Jama’ah yang kredibel.
Sebagai umat Islam yang berpegang teguh pada ajaran yang lurus, kita harus berhati-hati dalam menerima ajaran yang tidak memiliki dasar yang kuat. Kita harus selalu merujuk kepada Al-Qur’an, Hadis yang sahih, serta pendapat ulama Ahlussunnah wal Jama’ah agar tidak terjerumus ke dalam keyakinan yang menyimpang.
Semoga Allah memberikan kita hidayah untuk selalu berada di jalan yang benar dan menjauhkan kita dari kesesatan. *Aamiin.*