“Menanggapi Tulisan Dr. Ahmad Fahrur Rozi “Mari Berjabat Tangan” ( Menjaga Kebenaran Tentang Klan Ba’alwi bukan keturunan Nabi Muhammad saw Tanpa Kebencian)”

*“Menanggapi Tulisan Dr. Ahmad Fahrur Rozi “Mari Berjabat Tangan” ( Menjaga Kebenaran Tentang Klan Ba’alwi bukan keturunan Nabi Muhammad saw Tanpa Kebencian)”*.

*Isi:*
Tulisan ini dibuat untuk menanggapi ajakan Dr. Fahrur Rozi yang mengajak berjabat tangan dalam semangat perdamaian dan persaudaraan. Kami sepakat bahwa berjabat tangan dan menjaga silaturahmi adalah hal yang mulia dalam Islam, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Namun, dalam konteks diskusi mengenai kebenaran silsilah keturunan, khususnya klaim bahwa klan Ba’alwi merupakan dzuriat Nabi Muhammad SAW, menyuarakan kebenaran adalah hal yang lebih utama.
Menjelaskan bahwa klan Ba’alwi bukanlah keturunan Nabi Muhammad SAW bukanlah suatu bentuk kebencian atau permusuhan. Sebaliknya, ini adalah upaya menjaga kehormatan (marwah) Nabi Muhammad SAW, melindungi umat Islam dari potensi perbudakan spiritual dan eksploitasi oleh oknum yang mengatasnamakan keturunan Nabi. Hal ini juga penting untuk menyelamatkan sejarah Nahdlatul Ulama (NU) dan sejarah bangsa Indonesia yang telah banyak mengalami distorsi akibat klaim-klaim yang tidak berdasar.

*Menyuarakan Kebenaran adalah Kewajiban, Bukan Kebencian*
Allah SWT telah menegaskan dalam Al-Quran bahwa menyembunyikan kebenaran adalah dosa besar. Dalam surah Al-Baqarah (2:42), Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang benar dengan yang salah, dan janganlah kamu sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahui.”
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa kewajiban kita sebagai umat Islam adalah menyuarakan kebenaran, sekalipun mungkin ada pihak-pihak yang tidak menyukainya. Kita tidak boleh membiarkan kebohongan atau klaim yang salah menyebar hanya demi menjaga kedamaian semu. Menyuarakan fakta ilmiah, historis, dan genetik terkait klaim keturunan adalah tindakan menjaga kebenaran dan integritas agama.

*Referensi Genetika dan Penelitian Historis*
Dalam penelitian yang dilakukan oleh berbagai ilmuwan, termasuk Dr. Michael Hammer, seorang ahli genetika dari University of Arizona, ditemukan bahwa haplogroup J1 adalah haplogroup yang berhubungan dengan keturunan Nabi Muhammad SAW. Sebaliknya, klan Ba’alwi terkait dengan haplogroup G, yang tidak menunjukkan keterkaitan dengan silsilah Nabi. Penelitian genetika ini didukung oleh buku-buku seperti “The Journey of Man” karya Spencer Wells dan “Out of Eden” oleh Stephen Oppenheimer, yang menjelaskan bagaimana genetika digunakan untuk melacak asal-usul keluarga besar.

*Pendapat Ulama Sunni ASWAJA*
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa menutupi kebenaran adalah dosa besar. Tanggung jawab seorang Muslim bukan hanya menjaga silaturahmi, tetapi juga menjaga kebenaran. Beliau menulis:
“Kewajiban setiap Muslim untuk menjaga kebenaran dan tidak menyembunyikannya adalah tanda cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Menutupi kebenaran adalah dosa besar, dan tidak ada tempat bagi kebohongan dalam urusan agama.”
Sebagai Muslim Sunni ASWAJA, kita harus menyampaikan kebenaran demi menjaga umat dari kesalahan yang bisa merugikan secara spiritual dan historis.

*Berjabat Tangan dalam Konteks Persaudaraan Islam*
Kami sepakat bahwa berjabat tangan adalah sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah dua orang Muslim bertemu dan berjabat tangan kecuali dosa keduanya diampuni sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Dawud)
Namun, berjabat tangan dan menyuarakan kebenaran tidak saling bertentangan. Kita bisa menjaga persaudaraan sambil tetap teguh pada prinsip kebenaran. Berjabat tangan dalam semangat perdamaian tidak berarti kita harus menutupi fakta atau mengabaikan kebenaran yang dapat merugikan banyak pihak.

*Menutup Kebenaran Adalah Dosa*
Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ma’idah (5:8):
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.”
Ayat ini mengajarkan kita bahwa dalam menyuarakan kebenaran, kita harus tetap bersikap adil dan tidak didorong oleh kebencian. Oleh karena itu, mengungkap fakta bahwa klan Ba’alwi bukan keturunan Nabi Muhammad SAW adalah bagian dari kewajiban menjaga kebenaran, tanpa ada unsur kebencian terhadap siapapun.

*Kesimpulan*
Menanggapi tulisan Dr. Fahrur Rozi, kami setuju dengan pentingnya menjaga persaudaraan dan berjabat tangan sebagai simbol perdamaian. Namun, kita juga harus ingat bahwa menyuarakan kebenaran tentang klaim keturunan klan Ba’alwi adalah tanggung jawab besar yang harus kita emban, demi menjaga umat dari kesalahan dan menyelamatkan sejarah Islam serta bangsa Indonesia. Berjabat tangan tidak berarti kita harus menutupi fakta. Menutupi kebenaran adalah dosa, dan menyuarakannya adalah tanda cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

*Referensi*:
• Wells, Spencer. The Journey of Man: A Genetic Odyssey. Princeton University Press, 2002.
• Oppenheimer, Stephen. Out of Eden: The Peopling of the World. Constable, 2003.
• Al-Ghazali, Imam. Ihya Ulumuddin. Beirut: Dar al-Ma’rifah, 2008.
• Hammer, Michael. Human Population Genetics Research Papers, University of Arizona, 2011.
Dengan demikian, kita bisa menjaga persaudaraan dengan tetap bersandar pada kebenaran yang tidak bisa kita sembunyikan.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *