Mengapa Kelompok FPI, HTI, dan Penentang Ideologi Negara Membela Nasab Klan Ba’alwi Secara Membabi Buta?

*Mengapa Kelompok FPI, HTI, dan Penentang Ideologi Negara Membela Nasab Klan Ba’alwi Secara Membabi Buta?*

 

 

Dalam beberapa tahun terakhir, polemik mengenai *keabsahan nasab klan Ba’alwi sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW* semakin menjadi perbincangan publik. Berbagai penelitian ilmiah, baik dari sisi sejarah, filologi, hingga genetika, telah menunjukkan bahwa klaim nasab tersebut *tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat*. Namun, meskipun bukti-bukti ini semakin terang benderang, ada kelompok-kelompok tertentu yang tetap *membela klaim ini secara membabi buta*, bahkan dengan sikap agresif.

Kelompok-kelompok ini tidak hanya berasal dari *Front Pembela Islam (FPI)*, tetapi juga dari *Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)* serta berbagai organisasi lain yang *menentang ideologi Negara Republik Indonesia*.

*Motif di Balik Pembelaan Klan Ba’alwi*
Pembelaan tanpa dasar ini *tidak hanya sekadar soal nasab*, tetapi ada *agenda politik dan ideologi yang lebih besar* yang mereka bangun di baliknya. Berikut beberapa alasan utama mengapa kelompok-kelompok ini mati-matian mempertahankan klaim nasab Ba’alwi:
1. *Membangun Legitimasi Keagamaan untuk Kepentingan Politik*
Dalam banyak gerakan yang menentang ideologi negara, pengaruh keagamaan sering kali digunakan sebagai alat legitimasi politik. Klan Ba’alwi yang mengklaim sebagai keturunan Nabi SAW dianggap memiliki kedudukan spiritual yang tinggi di masyarakat. Dengan membela klaim ini, kelompok seperti FPI dan HTI bisa memperkuat posisi mereka sebagai pembela “Islam murni”, sehingga lebih mudah menarik simpati umat.
2. *Mencari Dukungan dari Pengikut Fanatik*
Dengan mempertahankan klaim ini, mereka dapat mempertahankan basis massa yang loyal. Pengikut fanatik yang tidak kritis terhadap informasi ilmiah akan lebih mudah dikendalikan dan diarahkan untuk agenda yang lebih besar, termasuk gerakan untuk mengubah ideologi negara.
3. *Menolak Pemerintah dan Ilmu Pengetahuan Modern*
Fakta bahwa penelitian ilmiah telah membuktikan ketidaksahihan nasab Ba’alwi bertentangan dengan narasi mereka. Oleh karena itu, mereka menyerang ilmu pengetahuan, menolak bukti sejarah dan genetika, serta menggiring opini bahwa ini adalah “konspirasi” untuk melemahkan Islam.
4. *HTI dan Agenda Khilafah: Membentuk Simbol Kekuasaan Berbasis Nasab*
HTI memiliki tujuan utama untuk mengganti sistem demokrasi dengan Khilafah. Salah satu cara mereka menyusupkan ide ini adalah dengan menggiring opini bahwa kepemimpinan harus berasal dari keturunan Nabi. Dengan membela klaim Ba’alwi, mereka sedang membuka jalan bagi ideologi berbasis garis keturunan, yang bertentangan dengan konsep kepemimpinan dalam sistem Republik Indonesia.
5. *Menggunakan Isu Ini untuk Mempolarisasi Umat Islam*
Kelompok seperti FPI dan HTI sering memanfaatkan isu-isu emosional untuk memecah belah umat Islam dan membenturkannya dengan pemerintah. Dengan mempertahankan klaim nasab Ba’alwi, mereka mengalihkan perhatian umat dari masalah-masalah yang lebih mendasar, seperti ketimpangan sosial dan korupsi, agar umat tetap tunduk pada narasi mereka.

Pembelaan kelompok seperti *FPI dan HTI terhadap klaim nasab Ba’alwi bukanlah sekadar soal keabsahan genealogis*, tetapi ada *agenda politik dan ideologi yang lebih luas*. Mereka ingin menggunakan legitimasi “keturunan Nabi” untuk memperkuat pengaruh mereka, menarik dukungan umat, dan secara perlahan menggiring opini untuk mengganti ideologi negara dengan versi mereka sendiri.
Masyarakat harus semakin waspada terhadap propaganda semacam ini. *Nasab dan keturunan bukanlah jaminan kebenaran*, dan *ilmu pengetahuan harus tetap dijadikan pedoman utama dalam menilai klaim sejarah dan genealogi*. Jika klaim nasab Ba’alwi telah terbukti *tidak sah secara ilmiah*, maka tidak ada alasan untuk terus mempertahankannya, kecuali bagi mereka yang memiliki *kepentingan politik tersembunyi*.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *