Menghindari Potensi Conflictio

Menghindari Potensi Conflictio
oleh : Hamdan Suhaemi

Isu agama itu sensitif, tidak boleh asal ngomong sembarangan di depan publik, meski di hadapan umatnya sendiri, biar dimaksud guyonan atau lelucon sekalipun. Agama itu doktrin teologis yang tiap manusia menerimanya sebagai kebenaran, apapun agamanya. Dengan dasar klaim kebenaran itulah sentimen kadang timbul hingga memancing emosi dari pihak yang berbeda keyakinan.

Kita yang tokoh agama, punya tanggung jawab untuk membimbing umat atau jemaatnya agar menjaga kebersamaan sesama anak bangsa, merawat toleransi dan memelihara kerukunan, kemudian kita yakinkan bahwa secara etika tidak dibenarkan menghukumi salah dan sesat terhadap yang berbeda, jaga perasaannya. Karena kita ditakdirkan berbeda dan jalan yang terbentang pun beragam pilihan, dari jalan itulah tidak ada paksaan untuk memilih. Semua manusia punya hak merdeka tentukan pilihan keyakinannya.

Sang Buddha mengatakan ” hal-hal ini buruk, hal-hal ini salah, hal-hal ini dicela oleh para bijaksana, bila dilakukan dan dijalankan, hal-hal ini akan menuju pada keburukan dan kerugian, tinggalkanlah hal-hal itu.” Ucapan ini jadi pengingat bagi kalangan umat Buddha.

Dalam al-Kitab, mazmur 133:1 telah termaktub bahwa Kristen mengajarkan untuk menjaga kerukunan antar umat beragama, agar terwujud kedamaian.

” Hinne mattov ummana ‘im syevet akhim gam yakhad “.

Artinya: sungguh betapa baiknya dan betapa indahnya jika kita hidup rukun bersama.

Golongan Hindu pun banyak mengambil dasar sikapnya menjaga kerukunan sebagaimana sikap itu diambil dari sumber kitab Weda, yaitu.

” Samjnanam nah svebhih samjnanam aranebhih ”

Artinya: semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang yang sudah dikenal dengan akrab dan dengan orang-orang yang asing.

Sedangkan Islam serukan kerukunan, seperti firman Allah S.w.t dalam surat al-Mumtahanah.

Artinya, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik dan bersikap adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kalian dalam urusan agama dan tidak mengusir kalian dari kampung halaman. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang bersikap adil.” (Surat Al-Mumtahanah ayat 8).

Langkah kongkret dari sikap sesama pemeluk agama, itu adalah menjaga perasaan masing-masing, ikut merasakan denyut nadi kehidupan antar kita, beriringan dalam ritme kehidupan.

Kita ini masyarakat madani yang dibentuk melalui dasar perbedaan, terutama perbedaan keyakinan dan juga dikuatkan prinsip kesamaan, sebab sampai akhir dunia pun kita adalah bhineka tunggal ika.

Dermayon, 19 April 2024




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *