*Mengungkap Logika Sesat Klan Ba’alwi: Menjawab Argumen Mukibin yang Sok Bijak Tapi Gagal Paham*
Dalam perdebatan mengenai keabsahan nasab Klan Ba’alwi, sering muncul argumen dari pihak yang tidak memahami kaidah ilmiah tetapi tetap ngotot membela klaim mereka. Salah satu contoh adalah komentar dari Mukibin, yang mencoba menantang penelitian ilmiah dengan dalih bahwa Robithoh Alawiyah adalah satu-satunya pihak yang memahami nasab mereka. Mari kita bahas dan luruskan logika sesat ini agar masyarakat tidak mudah terjebak dalam propaganda tanpa dasar.
*1. Robithoh Alawiyah Bukan Dalil, Melainkan Organisasi Internal Klan*
Mukibin mengatakan:
“Kalau merasa benar, datanglah ke Robithoh Alawiyah karena mereka yang tahu seluk-beluk leluhur mereka.”
Ini adalah kesalahan berpikir yang sangat mendasar. Robithoh Alawiyah hanyalah organisasi internal yang mengurus kepentingan klan Ba’alwi. Mereka bukan lembaga akademik independen yang mengkaji nasab secara ilmiah. Bagaimana mungkin suatu kelompok yang berkepentingan langsung dalam klaim ini dianggap sebagai sumber yang objektif? Ini seperti meminta mafia menilai apakah mereka bersalah atau tidak—*tentu saja mereka akan membenarkan diri sendiri!*
Selain itu, perlu diketahui bahwa *Robithoh Alawiyah yang didirikan pada tahun 1928 tidak memiliki induk yang mengesahkan nasab mereka di negara asalnya.* Tidak ada kerja sama antara Robithoh Alawiyah dengan Naqobah Asyraf di Yaman maupun di Irak, yang seharusnya menjadi otoritas utama dalam verifikasi nasab. *Fakta ini membuktikan bahwa Robithoh Alawiyah sangat lemah dari sisi kredibilitas dan validitasnya*.
Dalam dunia akademik, klaim harus didukung dengan bukti objektif, bukan pengakuan dari kelompok yang punya kepentingan. Jika benar nasab Klan Ba’alwi sah, buktikan dengan metode ilmiah seperti dokumen sejarah kredibel, analisis filologi, dan tes DNA yang telah melalui peer review. Sayangnya, bukti semacam itu tidak pernah mereka hadirkan.
*2. KH Imaduddin Sudah Membuktikan di Forum Ilmiah, Bukan di ‘Sarang’ Klan Ba’alwi*
Mukibin juga menyindir:
“Imaduddin tidak mau berdebat, padahal diundang oleh Robithoh Alawiyah atau Kesultanan Banten.”
*Pertama*, KH Imaduddin Utsman al Bantani sudah menyusun penelitian ilmiah menggunakan pendekatan sejarah, filologi, dan genetika. Ini bukan soal menang debat kusir, tetapi menyajikan data dan fakta ilmiah. Jika Mukibin ingin membantah, bantahlah dengan referensi ilmiah, bukan dengan menantang datang ke forum berat sebelah.
*Kedua*, mengapa harus berdebat di tempat yang sudah jelas keberpihakannya? Robithoh Alawiyah adalah bagian dari klan Ba’alwi, sehingga diskusi di sana tidak akan netral. Logikanya, kalau memang mereka yakin benar, mengapa tidak berdiskusi di forum akademik yang lebih objektif dan terbuka?
*Ketiga*, faktanya justru banyak pihak dari Klan Ba’alwi yang menghindari pembuktian ilmiah yang netral. Mereka lebih memilih bermain narasi dan propaganda emosional tanpa menyodorkan bukti konkret yang dapat diuji.
*3. Klaim Persatuan Islam Jangan Dijadikan Tameng untuk Menutupi Penyimpangan Sejarah*
Mukibin mencoba bermain dengan sentimen persatuan:
“Kita ini terjebak saling membenci ulama, sesama Aswaja, dan saling menjauhi bimbingan ulama.”
Ini adalah taktik klasik untuk menghindari substansi masalah. *Meluruskan sejarah dan nasab bukanlah tindakan memecah belah, tetapi mencari kebenaran*. Yang justru merusak persatuan adalah klaim-klaim palsu yang dipaksakan tanpa bukti, yang akhirnya menciptakan kebohongan besar dalam sejarah Islam dan Nusantara.
Banyak bukti menunjukkan bahwa Klan Ba’alwi telah melakukan distorsi sejarah, termasuk mengklaim keterlibatan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia yang tidak dapat dibuktikan. Mereka juga sering mengklaim hubungan dengan tokoh-tokoh besar seperti Pangeran Diponegoro dan Imam Bonjol, meskipun tidak ada dasar sejarah yang mendukung. Jika Mukibin benar-benar peduli pada persatuan, seharusnya ia mendukung upaya meluruskan fakta sejarah, bukan malah membela kebohongan dengan dalih persaudaraan.
*4. Jangan Terjebak dalam Logika Sesat Klan Ba’alwi*
Dari argumen di atas, jelas bahwa Mukibin hanya memainkan emosi dan logika yang lemah. Berikut poin-poin penting yang harus dipahami:
- *Robithoh Alawiyah bukan sumber ilmiah yang sahih*. Mereka hanya organisasi internal yang tidak bisa menjadi satu-satunya acuan dalam penelusuran nasab.
- *Robithoh Alawiyah tidak memiliki induk pengesahan nasab di Yaman maupun Irak, yang membuktikan kelemahan kredibilitas mereka*.
- *KH Imaduddin sudah membuktikan klaimnya dengan penelitian ilmiah*, bukan sekadar retorika tanpa bukti.
- *Klan Ba’alwi yang justru merusak persatuan* dengan memaksakan klaim nasab yang tidak terbukti dan mendistorsi sejarah.
- *Jika Klan Ba’alwi benar, buktikan dengan data ilmiah, bukan dengan narasi emosional*.
Masyarakat harus semakin cerdas dalam menilai kebenaran. Jangan sampai terjebak dalam doktrin yang hanya mengandalkan klaim turun-temurun tanpa validasi ilmiah. Islam mengajarkan kita untuk *berpikir kritis, mencari kebenaran dengan ilmu, dan menolak taqlid buta*. Mari kita luruskan sejarah dan menjaga kejujuran demi masa depan umat yang lebih baik!