Menjadi Klan Paling Rendah Akibat Berbohong

“Barangsiapa yang mengaku bahwa dia termasuk suatu kaum padahal tidak ada nasab kepada mereka, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di Neraka”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Berbohong itu mudah sekali, sehingga semua orang bisa melakukannya. Selain mudah, kadang berbohong memang menguntungkan. Akan tetapi, keuntungan yang dimaksudkan itu hanya sementara. Sebaliknya, resikonya sedemikian besar.

Jika suatu saat kebbohongan yang ia lakukan itu ketahuan orang lain, maka kerugiannya tidak terbayangkan besarnya. Orang yang berbohong itu akan malu, dan bahkan akan kehilangan sesuatu yang amat mahal, ialah kepercayaan dari orang lain.

Kepercayaan itu begitu mahal harganya. Orang yang sudah tidak dipercaya akan sama halnya dengan kehilangan segala-galanya. Orang yang sudah tidak dipercaya, maka tatkala berbicara, berjanji, bersaksi, bersumpah, berhutang, dan lain-lain, tidak ada yang akan mau mendengarkan dan mempercayainya.

Oleh karena itu, ketika seseorang hanya kehilangan uang, rumahnya terbakar, kendaraannya dicuri orang, dan sejenisnya, maka sebenarnya masih belum seberapa dibanding dengan ketika kehilangan kepercayaan. Harta masih bisa dicari gantinya asalkan masih dipercaya orang.

Akan tetapi jika seseorang sudah kehilangan kepercayaan dari keluarganya, tetangganya, dan bahkan dari masyarakat luas, maka sebenarnya yang bersangkutan sudah sama dengan kehilangan segala-galanya. Orang seperti itu jika ngomong tidak didengarkan, jika berhutang tidak akan diberi, dan bahkan jika minta tolong oleh karena betul-betul membutuhkan pertolongan juga tidak akan segera diberi pertolongan.

Orang yang dikenal sebagai pembohong maka tidak akan ada harganya. Namun sayangnya, banyak orang yang sedemikian mudah berbohong.

Selain itu kebohongan juga mengakibatkan berbiaya mahal. Akibat banyak orang tidak bisa dipercaya maka diperlukan pengawasan yang harus melibatkan banyak orang, disusun system manajemen yang rapi dan akurat, dan juga yang tidak bisa dihindari adalah menjadikan banyak orang bersu’udzon atau tidak segera percaya kepada orang lain. Semua akibat kebohongan itu akan membutuhkan biaya yang mahal.

Sebagai akibat kebohongan pula, pada akhir-akhir ini, sudah terbongkar kebohongan yang mengaku-ngaku sebagai dzuriyah Nabi SAW dari suatu Klan yang berakidah kastanisasi rasis penyembah berhala nasab yang didatangkan oleh penjajah Belanda di abad ke 18 an.

Mereka itu sebelum terbongkar kebohongannya telah dipercaya sebagi tokoh umat yang patut dicontoh dan di ikuti, akan tetapi ternyata mereka mengkhianati kepercayaan yang telah diberikannya itu. Mereka mengatasnamakan dogma Agama membudakan pribumi, merobah serta mencangkokan nasab orang lain, manipulasi sejarah, membelokan budaya pribumi hingga membuat makam palsu. Menjaga kepercayaan atau tidak berbohong sungguh ternyata tidak mudah.

Pada kenyataannya tidak menjamin orang berpendidikan tinggi, berpengalaman banyak, sudah berumur, dan bahkan sehari-hari berpenampilan religius, mampu selalu berbuat jujur dan atau tidak berbohong.

Ada sebuah Klan di Indonesia secara pasti sudah mulai jatuh terpuruk ke lembah nista penuh kehinaan tak berharga sama sekali, dari yang terlebih dahulu menduduki starta tertinggi di masyarakat, karena kebohongan mereka yang terstruktur sudah terbongkar.

Bahkan tidak tanggung-tanggung, ada majlis yang jama’ahnya meluber hingga menutup jalan umum dalam setiap kegiatannya, tetapi dalam waktu singkat, majlis dimaksud kelihatan sepi, karena imbas terbongkarnya kebohongan dari Klan yang berakidah kastanisasi rasis penyembah berhala nasab yang mengaku-ngaku sebagai dzuriyah Nabi SAW.

Akhirnya dengan berbohong tenyata tidak saja mengakibatkan biaya operasional menjadi mahal, tetapi lebih dari itu juga akan menjadikan seseorang atau bahkan institusinya bangrut, gulung tikar, atau kebohongan yang dilakukan akan menjadi bagaikan menghabisi diri sendiri.

Itulah sebabnya, ada kesimpulan menarik dan karena itu harus mendapatkan perhatian seksama, yaitu bahwa suatu bangsa tidak akan runtuh hanya oleh karena persoalan ekonomi, politik, hukum, atau gerakan social, melainkan oleh karena adanya kebohongan-kebohongan yang dilakukan. Dalam sejarah, kaum ‘Ad, Tsamud, dan Fir’aun menjadi musnah juga oleh karena kebohongan yang dilakukan.

Waallahu Alam.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *