“Menjaga Lisan, Menjaga Kehormatan: Teguran untuk Gus Miftah atas Perkataannya kepada Yati Pesek”

“Menjaga Lisan, Menjaga Kehormatan: Teguran untuk Gus Miftah atas Perkataannya kepada Yati Pesek”

Prakata:
Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga lisan dari ucapan yang tidak pantas, merendahkan, atau menyakiti hati orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

> “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Pernyataan Gus Miftah di atas panggung yang menyebut Yati Pesek dengan nada bercanda tetapi merendahkan, “Untung saja Bu Yati jelek, jika cantik pasti jadi pelacur tho,” jelas bertentangan dengan ajaran akhlak yang mulia dalam Islam.

1. Ucapan yang Merendahkan Adalah Bentuk Penghinaan
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa menghina atau merendahkan fisik orang lain adalah bentuk dosa lisan yang sangat dilarang. Hal ini karena:

Merusak kehormatan orang lain, yang merupakan salah satu hak asasi manusia dalam Islam.

Menanamkan luka batin pada yang dihina, yang bisa berujung pada fitnah atau permusuhan.

Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur’an:

> “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).” (QS. Al-Hujurat: 11)

 

Ucapan Gus Miftah tidak hanya bertentangan dengan akhlak mulia, tetapi juga melanggar larangan tegas dalam ayat ini.

2. Contoh Akhlak Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW tidak pernah menghina orang lain, bahkan terhadap mereka yang memusuhi beliau. Ketika seorang wanita tua Yahudi yang biasa mencaci maki beliau jatuh sakit, Nabi SAW menjenguknya. Perilaku ini menunjukkan kehalusan akhlak beliau dalam menjaga hubungan dengan sesama manusia.

Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda:

> “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak boleh menzalimi dan merendahkannya.” (HR. Muslim)

 

3. Tanggung Jawab Ulama dan Tokoh Publik
Sebagai seorang tokoh agama, Gus Miftah memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi teladan bagi umat. Ucapan seperti itu bukan hanya merendahkan Yati Pesek secara pribadi, tetapi juga memberi contoh buruk kepada audiens, khususnya generasi muda yang hadir atau menonton.

Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin mengingatkan:

> “Orang yang berilmu wajib menjaga kehormatan dirinya, menjaga lisannya dari celaan, dan tidak mencampurkan gurauan dengan penghinaan.”

 

4. Dampak Negatif Candaan yang Merendahkan
Ucapan seperti itu tidak bisa dianggap sekadar “candaan.” Beberapa dampak buruknya antara lain:

Merusak reputasi pihak yang dihina.

Menanamkan budaya merendahkan orang lain dalam kehidupan masyarakat.

Mengikis kepercayaan umat terhadap ulama.

Teguran dan Harapan untuk Gus Miftah
Gus Miftah, sebagai seorang tokoh agama, perlu menerima kritik ini dengan hati terbuka. Perkataannya di atas panggung tidak hanya melukai hati Yati Pesek, tetapi juga mencederai nilai-nilai luhur Islam yang beliau dakwahkan.

Kita semua berharap agar Gus Miftah segera meminta maaf secara terbuka kepada Yati Pesek dan umat Muslim, sebagaimana Allah SWT menyukai orang yang mau memperbaiki kesalahan. Rasulullah SAW bersabda:

> “Setiap anak Adam adalah pendosa, dan sebaik-baik pendosa adalah mereka yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi)

 

Akhir kata:
Peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua bahwa lisan adalah senjata tajam yang bisa menyakiti atau menyelamatkan. Mari bersama menjaga lisan agar tidak menyakiti orang lain, sebagaimana diajarkan oleh Islam.

Semoga Gus Miftah dan kita semua bisa terus berusaha memperbaiki diri untuk menjadi contoh akhlak yang lebih baik. Mari jadikan dakwah sebagai media yang tidak hanya menyampaikan kebenaran, tetapi juga menunjukkan keindahan akhlak Islam.

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *