*Menyelamatkan Sejarah dan Identitas Bangsa dari Manipulasi Klan Ba’alwi*
Bangsa Indonesia sedang menghadapi ancaman serius terhadap sejarah dan identitas nasionalnya. Salah satu bentuk ancaman ini datang dari upaya sistematis yang dilakukan oleh klan Ba’alwi dalam memanipulasi sejarah, baik sejarah bangsa, sejarah pahlawan nasional, maupun sejarah organisasi keislaman seperti Nahdlatul Ulama (NU). Tindakan ini bukan sekadar penyimpangan akademis, tetapi juga memiliki dampak sosial dan politik yang berbahaya bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat harus dibangkitkan agar tidak terus-menerus terjebak dalam mitos dan glorifikasi yang menyesatkan.
*Pemalsuan Sejarah Bangsa dan Pahlawan Nasional*
Klan Ba’alwi telah berulang kali berusaha memalsukan sejarah dengan mengklaim keterlibatan mereka dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Padahal, bukti sejarah menunjukkan bahwa banyak dari mereka justru menjadi bagian dari sistem kolonial Belanda, menduduki posisi sebagai penghulu dan membantu penjajah dalam mengontrol rakyat pribumi. Klaim bahwa mereka berperan besar dalam perjuangan bangsa tidak didukung oleh fakta yang kuat, melainkan hanya narasi yang terus-menerus diulang untuk membentuk opini publik.
Tidak hanya itu, mereka juga kerap mengklaim bahwa para pahlawan nasional, seperti Pangeran Diponegoro dan Imam Bonjol, memiliki hubungan dengan mereka. Ini adalah bentuk pembajakan sejarah yang harus dilawan. Identitas para pahlawan bangsa harus tetap dijaga agar tidak diambil alih oleh pihak-pihak yang hanya ingin menaikkan status sosial dan politik mereka sendiri.
*Pemalsuan Makam Tokoh Pribumi*
Salah satu modus operandi klan Ba’alwi dalam menguasai narasi sejarah adalah dengan memalsukan makam-makam tokoh pribumi. Banyak tokoh yang jelas-jelas berasal dari garis keturunan pribumi tiba-tiba diklaim sebagai bagian dari keluarga mereka. Contohnya adalah kasus makam KRT Sumadiningrat dan Mbah Malik, yang diklaim sebagai keturunan mereka dengan menambahkan gelar “bin Yahya” atau nama-nama lainnya yang dikaitkan dengan Ba’alwi. Hal ini dilakukan agar masyarakat percaya bahwa mereka memiliki peran besar dalam perkembangan Islam di Nusantara dan agar mereka terus dihormati tanpa perlu mempertanggungjawabkan klaim sejarah mereka.
*Manipulasi Sejarah NU*
Salah satu upaya terbesar mereka adalah menciptakan narasi bahwa NU berdiri karena peran mereka. Faktanya, NU lahir dari perjuangan para ulama pesantren yang berakar kuat dalam tradisi Islam Nusantara, bukan dari keturunan Ba’alwi. Pendiri NU seperti KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah tidak memiliki keterkaitan langsung dengan mereka, tetapi klan Ba’alwi berusaha mengambil keuntungan dengan mengklaim bahwa mereka memiliki peran besar dalam pendirian NU.
Narasi palsu ini berbahaya karena bisa mengubah persepsi masyarakat terhadap NU sebagai organisasi Islam yang mandiri dan lahir dari perjuangan ulama pribumi. Jika klaim mereka diterima secara luas, NU bisa dijadikan alat untuk melanggengkan sistem kasta sosial yang menguntungkan mereka, di mana masyarakat pribumi selalu berada di posisi bawah.
*Glorifikasi Leluhur untuk Menciptakan Sistem Kasta*
Klan Ba’alwi menggunakan glorifikasi leluhur sebagai alat untuk menundukkan pribumi. Mereka membangun citra bahwa leluhur mereka adalah manusia suci yang tidak boleh dikritik atau dipertanyakan, sehingga masyarakat harus tunduk dan patuh kepada mereka. Ini adalah bentuk sistem kasta terselubung yang bertentangan dengan prinsip Islam dan juga dengan nilai-nilai Pancasila yang menegaskan bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama.
Dalam Islam, tidak ada konsep kasta atau keturunan yang lebih tinggi dari yang lain. Rasulullah SAW sendiri menegaskan bahwa kemuliaan seseorang ditentukan oleh ketakwaan, bukan oleh nasab. Namun, klan Ba’alwi terus menyebarkan doktrin bahwa keturunan mereka memiliki keistimewaan khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain, sehingga mereka harus dihormati dan diikuti tanpa pertanyaan.
*Ajaran Khurafat yang Menyesatkan*
Tidak hanya dalam sejarah dan sosial-politik, klan Ba’alwi juga kerap menyebarkan ajaran khurafat yang bertentangan dengan akidah Islam. Beberapa contoh ajaran mereka yang tidak masuk akal antara lain:
- Faqih Muqadam diklaim bisa mi’raj ke Sidratul Muntaha 70 kali dalam semalam – Padahal dalam Islam, peristiwa mi’raj adalah mukjizat khusus bagi Rasulullah SAW, bukan kejadian yang bisa dilakukan oleh manusia biasa.
- Pesawat terbang bisa mundur – Ini adalah klaim yang tidak memiliki dasar ilmiah maupun logika.
- Allah harus meminta izin kepada habib sebelum menurunkan bencana – Ini jelas-jelas bertentangan dengan konsep tauhid dalam Islam yang menyatakan bahwa Allah adalah Maha Kuasa dan tidak membutuhkan izin dari makhluk-Nya.
- Meremas susu istri orang bisa memberikan keberkahan – Ini bukan hanya khurafat, tetapi juga tindakan yang bertentangan dengan akhlak dan moralitas Islam.
- Habib bisa memadamkan api neraka – Ini adalah bentuk pengultusan manusia yang sudah mencapai level kemusyrikan.
*Saatnya Bangkit dan Menyelamatkan Bangsa!*
Bangsa Indonesia harus segera sadar dan bangkit melawan manipulasi sejarah serta ajaran sesat yang disebarkan oleh klan Ba’alwi. Kita tidak boleh membiarkan sejarah bangsa dipalsukan, para pahlawan nasional dibajak, makam tokoh pribumi diubah, dan organisasi Islam seperti NU diklaim sebagai hasil perjuangan mereka.
Lebih dari itu, kita harus menolak glorifikasi yang menciptakan sistem kasta dan menolak ajaran khurafat yang bertentangan dengan akidah Islam dan nilai-nilai Pancasila. Jika kita tidak segera bertindak, maka generasi mendatang akan tumbuh dengan pemahaman sejarah yang salah, tunduk kepada sistem kasta, dan terjebak dalam ajaran-ajaran khurafat yang tidak masuk akal.
Saatnya menyelamatkan sejarah dan identitas bangsa! Jangan biarkan kebohongan terus diwariskan kepada anak cucu kita. *Mari bangkit, berpikir kritis, dan melawan segala bentuk pemalsuan yang dilakukan oleh klan Ba’alwi demi masa depan Indonesia yang lebih baik!*