Menyingkap Fakta Sejarah dan Genetika: Sanggahan Ilmiah atas Klaim Klan Ba’alwi dalam Penyebaran Islam dan Nasab Keturunan Nabi di Nusantara

*Menyingkap Fakta Sejarah dan Genetika: Sanggahan Ilmiah atas Klaim Klan Ba’alwi dalam Penyebaran Islam dan Nasab Keturunan Nabi di Nusantara*

*Pendahuluan*

Klaim yang sering digaungkan oleh kelompok Ba’alwi bahwa mereka adalah penyebar awal Islam di Nusantara sejak abad ke-13 dan merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad SAW perlu dikaji secara kritis dengan pendekatan interdisipliner: sejarah, filologi, dan genetika. Artikel ini merupakan sanggahan ilmiah terhadap narasi yang menyebut bahwa kedatangan orang Hadramaut (khususnya Klan Ba’alwi) sejak abad ke-13 bertujuan menyebarkan Islam, serta bahwa mereka adalah keturunan sah dari Nabi Muhammad SAW.

*1. Fakta Historis Kedatangan Ba’alwi ke Nusantara*

Penelitian dari KH Imaduddin Utsman al-Bantani dan Jajat Burhanuddin menunjukkan bahwa gelombang besar kedatangan orang-orang Hadramaut ke Nusantara terjadi pada abad ke-19, bukan abad ke-13. Kedatangan ini dipicu oleh:

  • *Krisis internal di Hadramaut:* Perang saudara antara Al-Quwaiti dan Al-Khatiri, serta kemiskinan ekstrem yang membuat 20–30% penduduk Hadramaut bermigrasi ke negara-negara sekitar Lautan Hindia.
  • *Kebijakan kolonial Belanda:* Terbukanya wilayah Jawa dan kepulauan lain terhadap pasar internasional menjadikan Nusantara sebagai destinasi migrasi pekerja Hadramaut.

Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai buruh kebun, karyawan pabrik, kurir, bahkan menjadi pegawai pemerintah kolonial. Klaim bahwa mereka datang sebagai da’i atau penyebar Islam sejak abad ke-13 tidak memiliki dasar dokumen sejarah yang kuat.

*2. Pengkhianatan Tokoh-Tokoh Ba’alwi terhadap Perjuangan Rakyat Indonesia*

Beberapa tokoh dari kalangan Ba’alwi justru tercatat dalam sejarah sebagai kolaborator kolonial:

  • *Utsman bin Yahya:* Diangkat oleh Belanda sebagai mufti Batavia, ia mengeluarkan fatwa yang menyatakan haram hukumnya memberontak terhadap Belanda. Fatwa ini dimuat dalam kitab Manhaj al-Istiqamat fi al-Din bi al-Salamat (1889).
  • *Habib Abdurrahman Az Zahir:* Di Aceh, dia berkhianat terhadap rakyat Aceh yang sedang berjihad melawan Belanda dan memilih menyerah demi pensiun dari pemerintah kolonial Belanda.
  • *Doa untuk Ratu Belanda:* Utsman bin Yahya pernah memimpin doa di Masjid Pekojan Jakarta untuk Ratu Wilhelmina pada 2 September 1898, memujinya sebagai “ratu yang baik”.

Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa sebagian tokoh Ba’alwi bukan hanya tidak terlibat dalam perjuangan kemerdekaan, tetapi bahkan melawan kepentingan umat dan bangsa Indonesia.

*3. Keterlibatan Ba’alwi dalam PKI*

Setelah kemerdekaan, beberapa tokoh bermarga Ba’alwi juga tercatat aktif dalam Partai Komunis Indonesia (PKI):

  • *D.N. Aidit:* Ketua PKI, dieksekusi pada 1965. Anaknya, Ilham Aidit, mengonfirmasi garis Ba’alwi dalam keluarganya.
  • *Ahmad Sofyan Baroqbah dan Fahrul Baraqbah:* Keduanya merupakan anggota PKI yang aktif dan dieksekusi atas keterlibatan mereka.

Keterlibatan tokoh-tokoh bermarga Ba’alwi dalam organisasi anti-Islam dan anti-Pancasila ini menjadi catatan sejarah yang penting untuk dikaji ulang dalam narasi keturunan “habib” yang dianggap sakral.

*4. Kritik terhadap Klaim Nasab Ba’alwi*

Ba’alwi mengklaim bahwa mereka merupakan keturunan Nabi SAW melalui jalur: ‘Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin ‘Isa al-Muhajir. Namun, klaim ini:

  • *Tidak tercatat dalam literatur nasab primer* dari abad-abad yang berdekatan dengan masa hidup Ubaidillah.
  • *Bertentangan dengan data genetika modern*, yang menunjukkan bahwa banyak Ba’alwi membawa haplogroup G, sementara keturunan Nabi SAW yang sah secara ilmiah terbukti membawa haplogroup J1.
  • *Dikonstruksi melalui literatur sekunder* yang muncul berabad-abad setelah tokoh yang diklaim sebagai leluhur hidup, seperti kitab karya Ali al-Sakran dari abad ke-9 H yang tidak menyertakan sanad atau sumber kuat.

*5. Distorsi Sejarah: Pemalsuan Nasab dan Pemakzulan Tokoh Lokal*

Nama “Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa” yang menjadi poros nasab klan Ba’alwi *tidak pernah ditemukan dalam kitab-kitab nasab klasik yang mu’tabar*, seperti karya Ibn Hazm, al-Sam’ani, atau Ibn al-Kalbi. Nama “Ubaidillah” sebagai anak Ahmad bin Isa baru muncul dalam kitab karya Ali al-Sakran yang hidup pada abad ke-9 H, menulis tentang tokoh abad ke-4 H tanpa sanad yang jelas.

Selain itu, telah ditemukan banyak bukti pemalsuan sejarah lokal oleh Ba’alwi:

  • *KRT Sumadiningrat* (tokoh keraton) dijadikan “bin Yahya” dalam rekayasa nasab.
  • *Mbah Malik*, keturunan Pangeran Diponegoro, diubah menjadi “bin Yahya” secara sepihak.
  • *Imam Bonjol* diklaim sebagai bagian dari Ba’alwi, padahal tidak ada satu pun bukti otentik dari sejarah Minangkabau yang menyebut demikian.

Sejarah Indonesia dan NU mengalami distorsi besar akibat klaim-klaim tidak berdasar ini.

 

*6. Kesimpulan*

Narasi bahwa Ba’alwi datang ke Nusantara sejak abad ke-13 sebagai penyebar Islam adalah tidak akurat secara historis. Gelombang besar kedatangan mereka terjadi pada abad ke-19, dipicu oleh kemiskinan dan konflik di Hadramaut, serta peluang kerja di Hindia Belanda. Beberapa tokoh Ba’alwi bahkan bersekutu dengan kolonial Belanda, mengkhianati perjuangan rakyat, dan terlibat dalam gerakan komunis.

Selain itu, klaim nasab mereka sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW tidak terkonfirmasi dalam kitab-kitab nasab yang diakui para ahli, dan bertentangan dengan temuan genetika modern. Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih kritis dan ilmiah dalam menerima klaim-klaim nasab, terlebih ketika klaim tersebut digunakan untuk memperoleh keistimewaan sosial atau politik.

Fakta-fakta sejarah ini menyingkap sisi kelam yang selama ini disembunyikan oleh propaganda spiritual keturunan. Mereka bukan pewaris Nabi Muhammad SAW, baik secara nasab, akhlak, maupun peran sejarah. Justru banyak dari mereka menjadi alat kolonial, merusak perjuangan kemerdekaan, bahkan terlibat dalam komunisme yang anti-Tuhan.

Tulisan ini bukan untuk menyerang individu, melainkan untuk meluruskan sejarah yang telah lama dikaburkan. Saatnya umat Islam Indonesia membuka mata dengan akal, hati nurani, dan ilmu pengetahuan, agar tidak terjebak dalam kultus palsu yang menyesatkan.

 

*Daftar Pustaka*

  1. KH Imaduddin Utsman al-Bantani, Penelusuran Nasab Ba’alwi (naskah tesis)
  2. Jajat Burhanuddin, “Diaspora Hadrami di Indonesia,” Studia Islamika, Vol. V No.1, 1999
  3. Van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, INIS, 1989
  4. Utsman bin Yahya, Manhaj al-Istiqamat fi al-Din bi al-Salamat, Maktabah al-Madaniyah, Jakarta
  5. M. Adil Abdullah, “Tgk Imuem Lueng Bata Ultimatum Habib Abdurrahman Az Zahir,” Serambi News
  6. Tirto.id: “Sayid Komunis yang Diburu Tentara Baret Merah”
  7. Republika: “Simpang Siur Kabar DN Aidit Keturunan Rasulullah”
  8. Rumah123.com: “Silsilah Habib Rizieq Shihab”

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *