Merendahkan dan Melaknat Bukan Ajaran Rasulillah

Merendahkan dan Melaknat Bukan Ajaran Rasulillah

 

Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi

Mengutip kandungan surah Al-Hujurat ayat 11,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan/mengolok-olok kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

 

Menurutnya ayat Alquran tersebut sangat jelas dan tegas melarang seorang laki-laki atau pun perempuan untuk merendahkan/mengolok-olok orang lain. Sesuatu yang dilarang di dalam Alquran secara tegas menunjukkan hukum haram. Sehingga bagi siapapun yang melakukan perundungan/bullying hukumnya haram dan berdosa.

 

Dalam ajaran Islam melakukan perundungan atau mengejek itu haram apalagi melaknat kepada seseorang. Seringkali karena kesal dan emosi, lidah kita terlanjur terucap melaknat orang lain. Entah itu pemimpin, tokoh, kolega atau tetangga. Bahkan ulama yang tidak kita sukai atau setujui pendapatnya pun dengan enteng kita laknat. Kita melaknat mereka atas nama Allah. Bagaimana tuntunan Rasulullah SAW dalam hal ini?

 

Rasulullah bersabda:

 

‎إِنَّ اللَّعْنَةَ إِلَى مَنْ وُجِّهَتْ إِلَيْهِ فَإِنْ أَصَابَتْ عَلَيْهِ سَبِيلًا أَوْ وَجَدَتْ فِيهِ مَسْلَكًا وَإِلَّا قَالَتْ يَا رَبِّ وُجِّهْتُ إِلَى فُلَانٍ فَلَمْ أَجِدْ عَلَيْهِ سَبِيلًا وَلَمْ أَجِدْ فِيهِ مَسْلَكًا فَيُقَالُ لَهَا ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ

 

“Sesungguhnya laknat itu akan tertuju kepada orang yang dilaknat, jika benar dia berhak dilaknat maka laknat itu akan menimpanya namun jika tidak laknat itu akan berkata: Wahai Robbku, aku ditujukan kepada si fulan namun aku tidak mendapatkan jalan kepadanya (aku mendapatinya tidak berhak dilaknat), lantas dikatakan kepadanya: Kembalilah kepada orang yang melaknat.” (Musnad Ahmad)

 

Itu artinya kita diminta berhati-hati mengucapkan laknat. Ucapan itu bisa kembali kepada kita kalau ternyata orang yang kita laknat itu, di sisi Allah, tidak layak dilaknat.

 

‎رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَلَاعَنُوا بِلَعْنَةِ اللَّهِ وَلَا بِغَضَبِهِ وَلَا بِالنَّارِ

 

Rasulullah Saw bersabda: “Janganlah kalian saling melaknat dengan mengucapkan, ‘Allah melaknat kamu atau Kamu mendapatkan murka Allah atau semoga Allah memasukkanmu ke dalam neraka.’” (Sunan at-Tirmidzi)

 

Itu sebabnya dalam riwayat di atas Allah melarang kita melaknat seolah kita menentukan nasib, status dan keselamatan orang itu kelak. Padahal belum tentu mereka layak dilaknat. Mungkin karena kita emosi dan memandang diri kita benar dan mereka yang salah. Siapa tahu justru kita yang salah.

 

‎قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَكُونُ اللَّعَّانُونَ شُفَعَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

 

Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya para pelaknat itu tidak akan dapat menjadi syuhada’ (orang-orang yang menjadi saksi) dan tidak pula dapat memberi syafa’at pada hari kiamat kelak.'” (Shahih Muslim)

 

Bahkan sebuah peringatan keras dari Rasulullah agar tidak mudah melaknat orang tua pihak lain karena orang tersebut akan balas melaknat orang tua kita. Kita menjadi sebab orang tua kita dilaknat. Ini termasuk dosa besar.

 

‎قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ

 

Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya termasuk dari dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya sendiri, ” beliau ditanya; “Kenapa hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Seseorang mencela (melaknat) ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas mencela ayah dan ibu orang yang pertama.” (Shahih Bukhari).

 

Mari kita tebar rahmat, bukan malah mudah melaknat. Doakan mereka yang menzhalimi kita agar mendapat petunjuk ilahi. Setiap manusia punya potensi kebaikan dan membawa ruh ilahi. Ini saja sudah layak buat kita menahan diri untuk tidak mudah melaknat orang lain.

 

Waallahu A’lam

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *