MORAL HABIB PERLU DIPERTANYAKAN DALAM MENANGGAPI MASUKAN /KRITIKAN ILMIAH YANG DISAMPAIKAN GURU GEMBUL

Fenomena terkait Habib Hanif dan isu yang diangkat oleh Guru Gembul, terutama mengenai kritik terhadap beberapa tokoh dari kalangan habaib seperti Bahar Smith dan Rizieq Shihab, dapat dijelaskan dengan pendekatan ilmiah dan berpegang pada etika serta akhlak yang baik.
*1. Kritik Sosial yang Muncul*
Dalam masyarakat, kritik sosial adalah hal yang wajar terjadi, terutama ketika figur publik seperti Bahar Smith dan Rizieq Shihab menonjolkan perilaku dan retorika yang dianggap kontroversial. Kritik yang diutarakan oleh Guru Gembul berfokus pada respons masyarakat yang geram atas perilaku dan sikap keras yang diperlihatkan oleh beberapa tokoh. Retorika yang cenderung konfrontatif sering kali mengundang respons negatif dari masyarakat luas.
Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan publik, perilaku seorang tokoh sangat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kelompok yang diwakilinya. Ketika perilaku seorang tokoh bertentangan dengan norma sosial atau akhlak yang baik, kritik yang muncul dari masyarakat adalah reaksi alami yang seharusnya ditanggapi dengan introspeksi diri.
*2. Respons yang Seharusnya: Introspeksi Diri*
Sebagai tokoh agama atau pemimpin komunitas, introspeksi diri adalah bagian penting dari akhlak Islam. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk selalu melakukan muhasabah atau evaluasi diri, terutama ketika ada kritik yang datang dari masyarakat. Sikap introspeksi menunjukkan kedewasaan dalam beragama dan berakhlak.
Namun, fenomena yang dijelaskan oleh Guru Gembul menunjukkan bahwa alih-alih introspeksi, beberapa pihak malah terlibat dalam upaya framing atau pengalihan isu dengan menyebarkan narasi bahwa kritik ini tidak berdasarkan kenyataan, atau bahwa tokoh-tokoh seperti Guru Gembul hanya “ngalor ngidul” (bercerita tidak jelas). Ini adalah respons yang kontraproduktif karena mengalihkan fokus dari substansi kritik ke hal-hal yang bersifat personal.
*3. Akhlak dalam Menghadapi Kritik*
Islam mengajarkan umatnya untuk bersikap tenang dan bijak dalam menghadapi kritik. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat dalam bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kritik, baik yang datang dari masyarakat maupun dari individu, seharusnya menjadi momen untuk menilai kembali tindakan dan perilaku, bukan untuk membela diri secara berlebihan atau menyerang balik tanpa dasar. Sikap defensif yang berlebihan tanpa mengindahkan substansi kritik akan mencerminkan kurangnya kedewasaan dalam menghadapi perbedaan pendapat.
*4. Pentingnya Akhlak dalam Dakwah*
Dalam konteks dakwah, baik oleh habaib maupun tokoh agama lainnya, akhlak yang baik menjadi fondasi utama yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah SAW diutus sebagai rahmatan lil ‘alamin, yang berarti membawa kasih sayang dan kebaikan bagi seluruh umat manusia. Jika seorang tokoh agama menampilkan sikap kasar, provokatif, atau tidak mencerminkan akhlak mulia, dakwah yang disampaikan menjadi tidak efektif dan bisa menimbulkan kebencian di masyarakat.
Habib Hanif dan tokoh lain yang berkaitan dengan peristiwa ini seharusnya memahami bahwa respons masyarakat terhadap tokoh agama sangat terkait dengan bagaimana mereka memperlihatkan akhlak dalam tindakan sehari-hari. Jika masyarakat merasa kecewa atau geram, itu adalah kesempatan untuk melakukan introspeksi, bukan menyebarkan narasi yang membingungkan atau menyerang balik tanpa dasar.
*5. Kesimpulan*
Secara ilmiah dan berpegang pada kebenaran, kritik yang disampaikan oleh masyarakat dan tokoh seperti Guru Gembul seharusnya dipahami sebagai bagian dari proses dialog sosial yang normal. Alih-alih terjebak dalam sikap defensif, introspeksi diri menjadi solusi yang lebih bijak. Seorang tokoh agama, khususnya dari kalangan habaib, seharusnya memahami pentingnya menjaga akhlak dalam dakwah dan menunjukkan sikap terbuka terhadap kritik.
Tanggapan yang bijak dan berakhlak dalam menghadapi kritik akan memperkuat citra positif seorang tokoh agama, sementara sikap defensif dan pengalihan isu hanya akan memperburuk persepsi publik terhadap tokoh tersebut.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *