MUKIBIN Kabib Memburu Kyai Syarifudin: Benarkah ini Santri NU? (Sumbu Pendek)

*MUKIBIN Kabib Memburu Kyai Syarifudin: Benarkah ini Santri NU? (Mudah Terprovokasi)*

ย 

Baru-baru ini, video yang menampilkan santri-santri dari Demak dengan spanduk di tangan banyak beredar. Bahkan mereka menargetkan seorang kyai ? yaitu ย Kyai Syarifudin dari Tegal. Hanya karena Kyai Syarifudin menyatakan bahwa Gus Dlowi berdosa karena mengikuti Habib Ba’alwi, yang selama ini diakui sebagai dzuriyah Nabi hanya berdasarkan husnudzon tanpa hujah yang kuat.

 

 

*Santri NU atau Santri Radikal?*

Pertanyaan besar muncul: apakah ini tabiat santri NU yang selama ini dikenal tenang, selow, dan penuh akhlak mulia? Ataukah ini pola baru dari santri radikal yang mudah marah ketika “disenggol”? *Sikap semacam ini tidak mencerminkan tradisi NU yang dikenal dengan kesejukannya*. Seharusnya, santri adalah sosok yang menjaga kedamaian dan tidak mudah terprovokasi.

Bukannya mengedepankan dialog, mereka justru menggelar aksi dengan gaya seperti “kaum sebelah” yang cepat naik darah. Ironis bukan? Apalagi mereka mengusung santri-santri muda yang masih minim pemahaman dan pengalaman soal persoalan besar ini. Apa efek ini menjadi mukibin (pembela buta Kabib Ba’alwi) sehingga mudah terbakar emosi?

 

*Ketidakkonsistenan dan Fenomena Mukibin*

Kemana santri-santri ini ketika Gus Dur dihina habis-habisan? Ingat, Gus Dur pernah disebut oleh seorang kabib (riziq shihab) dengan : โ€œbuta mata, buta hatiโ€. Atau, di mana mereka ketika KH Hasyim Asy’ari direndahkan oleh kabib Faisal Asegaf? Tidak ada gelombang aksi, tidak ada pembelaan lantang. Tapi, ketika seorang Kyai Syarifudin berbicara soal dosa mengikuti Ba’alwi, mereka tiba-tiba turun ke jalan. Apakah ini membekukan dalam menunjukkan loyalitas?

Jika memang mengaku santri NU sejati, bukankah seharusnya mereka mencontoh keteladanan Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari? Beliau selalu mengedepankan ilmu dan hikmah, bukan amarah dan emosi.

 

*Demonstrasi atau Aksi Tanpa Ilmu?*

Turunnya santri ke jalan untuk aksi seperti ini mengingatkan pada pelajar yang pernah demo menggugat Menteri Polhukam. Ketika diajak diskusi, apa yang terjadi? Tidak ada yang nyambung dengan topik pembahasan ketika diskusi berlangsung, Jauh dari substansi. Begitu juga dengan para santri muda ini. Bukannya membela agama dengan ilmu, mereka justru membawa spanduk dan emosi. Siapa yang diuntungkan?

Jelasnya, para Kabib Ba’alwi yang hanya menonton dari jauh sambil tertawa, menikmati perseteruan di antara pribumi!

 

*Santri sebagai Calon Cendekiawan Muslim*

Santri adalah calon cendekiawan muslim, harapan umat, dan penjaga agama. Mestinya, mereka mengukur lebih bijak dalam menghadapi ketidaksepahaman pikiran atau pendapat. Bukannya buru-buru seperti aksi kelompok teroris.

Perbedaan pendapat harus diselesaikan dengan ajakan diskusi. Dalam diskusi, ada ruang untuk saling bertukar argumen, mencari titik temu, dan mempelajari kebenaran secara objektif. Bukankah ini cara yang lebih sesuai dengan adab santri sejati?

Dengan mengedepankan akhlak, santri tidak hanya akan dihormati, tetapi juga menjadi teladan bagi umat. Emosi dan kemarahan hanya akan memperburuk martabat mereka. Jika ada yang salah, luruskan dengan cara yang bijak, santun, dan penuh hikmah.

 

*Refleksi untuk Santri NU*

Santri adalah harapan umat. *Jangan biarkan gelar mulia ini tercoreng hanya karena emosi sesaat*. Jika benar-benar ingin menjaga nama baik guru atau almamater, *lakukan dengan ilmu, dialog, dan akhlak*. Jangan sampai menjadi alat bagi kelompok tertentu yang justru memanfaatkan emosi kalian untuk agenda mereka.

Dan yang paling penting, kontradiksi bahwa *tugas santri adalah menjaga perdamaian, melestarikan tradisi akhlak mulia, dan menjadi penjaga agama serta bangsa*. Jika ada perbedaan, ajaklah diskusi terbuka dengan adil, bukan turunkan massa untuk melakukan demonstrasi dnegan ancaman. Jangan sampai menjadi santri yang hanya โ€œpintar teriakโ€, tetapi minim hikmah.

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *