Narasi Mukibin Untuk Membela Nasab Ba’alwi Mudah Di Patahkan

Mereka membangun narasi syubhat bagi yang meragukan nasab Ba’alwi, karena sudah tidak bisa lagi untuk berfikir secara waras. Mereka terbelenggu oleh doktrin serta terpenjara di dalam fanatisme buta. Hanyalah yang mau merobohkan tembok kedunguan, dialah yang merdeka sepenuhnya dari perbudakan spiritual.

 

Inilah sejumlah narasi yang di bangun oleh para mukibin, namun sangat mudah untuk di patahkannya:

 

1. Bahwa nasab Ba’alawi sudah pernah diijma’ para nassabah (ahli nasab) kevalidannya. Hukum khorqul ijma’ (menyalahi ijma’) tidak boleh dan tidak dibenarkan. Bahkan sebagian dari mereka mengatakan bahwa nasab Ba’alawi adalah di antara nasab paling shohih yang nyambung kepada Nabi.

 

Jika ruang berfikir kritis disumbat maka itu namanya pembodohan, Islam menentang itu. Nasab Ba’alwi di katakan diantara nasab paling shohih, namun kenyataanya sampai tulisan ini di upload, mereka secara resmi belum bisa menjawab sejumlah pertanyaan publik. Dari uji kitab sezaman, uji secara kesejarahan, serta uji dengan ilmu genetik semuanya gagal untuk menyatakan bahwa nasab Ba’alwi itu shohih.

 

2. Jika ingin tatabbu’, yang mengingkari nasab Sadah Ba’alawi jumlahnya sangat sangat sedikit dibanding ulama yang memvalidkan. Orang yang faham sejarah dan bersikap inshaf, pasti tahu soal ini. Apalah arti segelintir orang di depan raksasa nassabah? Khilafnya tak dianggap. Dulu pernah ada pengingkaran di Timur Tengah, tapi tak lama syubhatnya padam karena hujjahnya sangat lemah.

 

Bahwa kebenaran tidak bisa di ukur dengan jumlah secara matematika, namun hanya bisa di nilai dari seberapa cerdas untuk memahami sesuatu secara ilmiyah dengan nalar. Jikalau penelitian dari KH Imaduddin Utsman Al Bantani lemah secara ilmiyah niscaya akan mudah terpatahkan lalu redup, namun kenyataanya penelitian semakin berkembang dan semakin hari semakin diminati oleh publik.

 

3. Berbicara soal hubungan ulama Nusantara dengan Sadah Ba’alawi. Antara lain ada KH. Sholeh Darat Semarang, guru dari KH. Hasyim Asy’ari dan Syaikh Mahfudz Tremas, yang mencatat dalam salah satu kitabnya, beliau pernah belajar kepada Habib Syaikh bin Ahmad Bafaqih Botoputih Surabaya sewaktu Habib Syaikh tinggal di Semarang.

 

Urusan silsilah nasab itu berbeda jauh dengan urusan silsilah ilmu, jangan di campur. Ini membuktikan bahwa, Kiai kita sudah mencontohkan bahwa kemuliaan ilmu diatas nasab, maka bergurulah kepada siapapun atas dasar ilmu bukan nasab. Walau mereka nasabnya bermasalah akan tetapi ia seorang yang berilmu dan alim serta akhlaqnya baik, lalu apa salahnya jika kita berguru kepadanya.

 

4. Habib Syaikh Bafaqih Botoputih memiliki anak bernama Muhammad. Habib Muhammad memiliki anak bernama Alawi. Habib Alawi Bafaqih ini dimakamkan di komplek pemakaman Menara Kudus.

 

Akan aneh jika hanya beralasan tempat pemakamanya di samping makam orang mulia itu pertanda ia adalah orang mulia. Akan aneh pula jika tempat pemakamanya di samping makam Nabi itu tanda ia sebagai seorang dzuriyah nabi apa lagi dicap sebagai Nabi. Jadi tempat pemakaman tidak bisa dijadikan sebuah patokan jika ia sebagai dzuriah Nabi.

 

5. Soal bagaimana sebagian masyayikh dan Kiai kita takdhim kepada Habaib, tak perlu diragukan lagi. Dari dulu hingga sekarang jika ada Yek (sebutan untuk habib kecil/muda) yang ngaji diMadrasah akan menggratiskan biaya syahriyahnya. Jika ada Yek yang kompeten untuk memimpin atau menjadi lurah pondok, maka para masyayikh akan memintanya untuk berkenan dicalonkan. Jika yek tadi berkenan maju sebagai calon ketua, sudah hampir dipastikan dia yang akan menang. Kurang keren bagaimana takdhim masyayikh dan santri kepada Habaib?

 

Para masyayikh dan Kiai kita takdhim kepada Habaib, itu atas dasar khusnudzon karena dahulu belum pernah ada ulama Nusanta yang meneliti tentang nasab Ba’alwi. Namun di era kisaran tahun 2022 lalu viral di tahu 2023, KH Imaduddin Utsman Al Bantani menawarkan sebuah tesis ilmiyah yang meneliti keabsahan nasab Ba’alwi, dan sampai saat ini belum ada yang dapat membuat antitesisnya.

 

6. Kita sebagai alumni harus ikut manhaj dalam berfikir dan beramal. Para masyayikh dan Kiai sangat akrab dan menaruh hormat kepada mereka.

 

Secara adab kita di didik untuk menghormati kepada siapapun serta menentang segala bentuk rasisme, maka dalam hal ini kelompok dari siapakah yang merendahkan manusia atas dasar nasab??

 

7. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita mengikuti jejak beliau para masyayikh dan Kiai dalam mentakdhimi para sadah habaib. Jika tidak bisa mentakdhimi, minimal tidak menjelek-jelekkan mereka.

 

Ketahuilah bahwa, memberantas nasab palsu kepada Nabi SAW, hukumnya fardu kifayah dan fardu ain, tergolong amar ma’ruf nahi munkar. Jangan di freaming sebagai kebencian.

 

Ulama yang melakukan:

 

1. Ibnu Hazm al-Andalusi dan Imam Tajuddin As-Subki, membongkar kepalsuan nasab Bani Ubaid.

2. Al-hakim An-Naisaburi, membongkar kepalsuan Abu Bakar ar-Razi, mengaku dzuriyah melalui Muhammad bin Ayyub al-Bajali.

3. Adz-Dzhabi, membongkar kepalsuan nasab Ibnu Dihyah al-Andalusi.

4. Ibnu hajar al-Asqolani yang membongkar kepalsuan nasab Syekh Abu Bakar al-Qumni. (Ushulu wa Qowaid Fi Kasfi Mudda’I al-Syaraf: 11)

5. ⁠KH Imaduddin Utsman Al Bantani, Indunisyi. Membongkar nasab palsu klan Ba’alwi imigran asal Yaman di Indonesia. 13H/2022M.

 

Wajib menyebarkan kepalsuan nasab yang ia ketahui, dan haram mendiamkannya kedustaan tersebut, yang demikian itu termasuk istihqor bi haqqi al mustofa (merendahkan hak Nabi Muhammad SAW)

 

Imam Ibnu Hajar al-Asqolani al-berkata:

“Seyogyanya, setiap orang kecemburuan terhadap nasab mulia Nabi dan mendhobit (memeriksanya), agar tidak bernasab kepada Nabi SAW kecuali dengan sebenarnya”. (Ash-Showa’iq al Muhriqoh: 2/537)

 

Syekh Ibrahim bin Qosim berkata:

“Dan seorang alim tidak boleh menyembunyikan ilmu (nasab)ini, termasuk amanah dalam ilmu dan membongkar tercampurnya nasab adalah bagian dari amar ma’ruf dan nahi munkar” (Ushulu wa Qowaid Fi Kasfi Mudda’I al-Syaraf: 13)

 

Imam Malik bin Anas berkata:

“Barangsiapa yang bernisbah kepada keluarga Nabi, yakni dengan batil maka ia harus dipukul dengan pukulan yang pedih dan di umumkan serta dipenjara” (Ushulu wa Qowaid Fi Kasfi Mudda’I al-Syaraf: 9)

 

Jaman ini, Alkhamdulillah terbongkar pula nasab palsu klan Ba’alwi asal Yaman, yang diinisiasi awal oleh KH Imaduddin Utsman Al Bantani, melalui Tesis nya, menemukan celah/gap riset yang menjadi pertanyaan riset, yang menuntut dijawab dengan bukti data ilmiah.

Yaitu: tiadanya data ilmiah atas nama “Ubaidillah” yang diklaim sebagai leluhur klan Ba’alwi Yaman yang diklaim sebagai putra dari Sayid Ahmad bin Isa.

 

Pertanyaan riset ini disosialisasi KH Imaduddin Utsman Al Bantani di berbagai daerah. Awalnya mengundang respon panas dan mulai terpilah kelompok pro dan kontra. Pertanyaan kevalidan bukti data sosok Ubaidillah dalam nasab Ba’alwi Yaman tak pernah direspon Robitoh Alawiyah secara resmi, untuk menjawab surat resmi Kiai Imaduddin Utsman Al Bantani untuk bertemu dan berargumentasi secara terbuka, sejak surat dikirim.

 

Lewat setahun sudah sejak awal dilaunching Tesis KH Imaduddin Utsman Al Bantani, masih tanpa reply dari Maktab Daimi Robitoh Alawiyah /MDRA, selaku lembaga pencatat nasab “keturunan Nabi SAW” yang konon sesumbar ketua Robitoh: Ustad Taufik Segaf adalah “paling lengkap Sedunia”.

 

Padahal KH Imaduddin Utsman Al Bantani menambah 12 pertanyaan risetnya. Dan juga telah mengirimkan surat resmi ke MDRA untuk dijawab. Akan tetapi sama sekali belum direspon sampai saat ini.

 

Setelah menjalankan berbagai temu ilmiah se negri, diskusi dengan berbagai ahli dalam dan luar negri, yang terus menguatkan metode kaji literatur yang semakin intensif dan lengkap, maka tibalah pada kesimpulan akhir bahwa nasab Ba’alwi bukan lagi meragukan, munqoti’, tapi mardud, lemah, bahkan batal.

 

Waallahu Alam




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *