Orang Pertama yang Mengklaim Walisongo Berasal dari Hadramaut Yaman

Orang Pertama yang Mengklaim Walisongo Berasal dari Hadramaut Yaman

Walisongo: Dzuriyah Nabi dari Jalur al-Kazimi dan al-Jailani

Perlu diketahui bahwa Walisongo adalah keturunan Nabi Muhammad SAW melalui jalur al-Kazimi al-Husaini dan al-Jailani al-Hasani , bukan berasal dari Klan Ba’alwi Hadramaut, Yaman. Hal ini penting untuk dipahami sejak awal karena nasab Walisongo tercatat dengan jelas dan terintegrasi di berbagai negara Timur Tengah , seperti Uzbekistan, Lebanon, Irak, Maroko, Pakistan, dan Yunnan, China.

Sejak abad ke-14 (1300 M), para Sayyid telah datang ke Nusantara dan mendirikan lembaga dakwah bernama Walisongo . Perlu dicatat bahwa Walisongo bukan jumlah tokoh, melainkan sebuah lembaga dakwah yang anggotanya lebih dari sembilan orang.

Pola Dakwah Walisongo: Berbaur dengan Masyarakat Lokal

Para Sayyid yang berdakwah di Nusantara memilih untuk menghilangkan nama fam mereka , menggantinya dengan sebutan seperti Raden, Kiai, atau Gus , serta menggunakan nama daerah tempat mereka berdakwah. Hal ini dilakukan agar dakwah dapat berjalan dengan lebih santun dan menghindari konflik dengan masyarakat setempat .

Meski demikian, mereka tetap mencatat nasab mereka secara disiplin . Sunan Qudus (Sayyid Ja’far Shadiq) bertindak sebagai naqib Walisongo , memastikan garis keturunan tetap terdokumentasi. Catatan nasab ini masih bersambung hingga saat ini , menunjukkan keabsahan silsilah mereka.

Nasab Syekh Jumadil Kubro al-Kazimi al-Husaini

Salah satu leluhur Walisongo, Syekh Jumadil Kubro , memiliki nasab yang terdokumentasi secara internasional sebagai berikut:

Syekh Jumadil Kubro bin Zainal Husain bin Nashruddin bin Ajall Syamsuddin Umar Al Bukhori bin Kamaluddin bin Syamsuddin Umar Al Bukhori bin Imamuddin bin Qosim bin Muhammad Sya’ban bin Ahmad Balaqi bin Muhammad Al Husain Al Kholwati bin Muhammad Al Hakim bin Ali Al Akbar bin Muhammad Al Askari Al Ba’aj bin Ali An Naqi bin Muhammad At Taqi bin Ali Ar Ridho bin Musa Al Kadzim bin Ja’far As Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Sayyidina Husain Asy Syahid bin Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW.

Klan Ba’alwi Baru Datang ke Nusantara pada Abad ke-19

Berbeda dengan Walisongo yang datang pada abad ke-14, kaum Ba’alwi baru datang ke Nusantara pada abad ke-19 (1800 M) . Catatan nasab mereka pun baru dibuat pada tahun 1928 melalui lembaga Rabithah Alawiyah (Maktab Daimi) .

Orang yang pertama kali menyebarkan klaim bahwa Walisongo berasal dari Hadramaut, Yaman adalah LWC Van Den Berg , seorang orientalis dan ahli hukum Belanda. Dalam bukunya Le Hadhramout et les colony arabes dans l’archipel Indien (1886), ia menulis:

“Adapun hasil nyata dalam Penerbitan agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar di antara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku lain Hadhramaut (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (kaum Sayyid Syarif) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).”

Dalam bukunya, ia juga menyebut bahwa pada abad ke-15, di Jawa sudah terdapat keturunan Arab yang memiliki jabatan tinggi dan bergaul dengan penguasa Hindu. Namun perlu dicatat bahwa Van Den Berg bukanlah seorang ahli nasab dan hanya berasumsi berdasarkan pengamatan kolonialnya.

Kesimpulan

  1. Walisongo bukan berasal dari Hadramaut, Yaman , tetapi merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur al-Kazimi al-Husaini dan al-Jailani al-Hasani.
  2. Catatan nasab Walisongo lebih tua dan terintegrasi dengan catatan Timur Tengah , berbeda dengan Ba’alwi yang baru datang pada abad ke-19 dan mencatat nasabnya pada tahun 1928.
  3. Klaim bahwa Walisongo berasal dari Hadramaut pertama kali dibuat oleh LWC Van Den Berg , seorang Belanda yang bukan ahli nasab.
  4. Oleh karena itu, klaim yang menyebut Walisongo berasal dari Hadramaut tidak memiliki dasar sejarah maupun ilmiah .

Apa yang terjadi sekarang?

WaAllahu a’lam.

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *